Jangan Lupakan Kuba: Makin Mendapat Propaganda, Makin Menjadi Neraka

Oleh Daniel Lacalle, Kepala Ekonom, Tressis GestiĆ³n

Sangat mudah untuk melupakan tentang Kuba. Ia di sana. Ia tidak mengganggu siapa pun. Namun, ini tetap menjadi contoh terbaik mengapa komunisme tidak bekerja dan tidak akan pernah berhasil.

Sebuah konsorsium internasional baru-baru ini harus menyelamatkan Kuba dengan batas kredit sebesar $9,6 miliar dan dengan memaafkan sebagian utang-utangnya. Pembatalan utang rezim tersebut oleh beberapa negara, sayangnya, tidak membantu mempromosikan kebebasan dan demokrasi, namun malah melanggengkan kediktatoran tersebut.

Kebohongan besar rezim komunis dan para pendukungnya, digunakan untuk membenarkan kesengsaraan tersebut di mana mereka telah menenggelamkan negara ini dalam lima dekade terakhir, adalah embargo perdagangan yang tidak ada. Tidak ada. Embargo bukanlah sebuah blokade.

Embargo? Kuba memiliki lebih dari 27 perjanjian bilateral dengan 90 negara. Embargo? Ekspor ke Kuba, menurut Bank Dunia, mencapai 17,15 persen dari PDB pada 2015.

Amerika Serikat adalah salah satu mitra dagang terbesar Kuba, dengan $180 juta berpindah tangan pada tahun 2015. Spanyol adalah investor terbesar Kuba dan mitra dagang terbesar ketiga. Dalam blokade nyata, tidak ada barang yang layak disebut akan tergelincir.

Namun, kekeliruan dari blokade yang disangka benar ini secara terus-menerus digunakan untuk menutupi kesalahan dan membenarkan kesengsaraan dan penindasan kediktatoran tersebut. Kenyataannya, rezim Castro, seperti pemerintahan sosialis, adalah mesin yang memboroskan dan menghamburkan subsidi-subsidi.

Pemborosan Besar

Rezim Castro menghancurkan subsidi-subsidi dari Uni Soviet antara tahun 1960 dan 1990 setara dengan lima rencana Marshall, namun gagal memperbaiki pertumbuhan ekonominya atau memanfaatkan transfer yang besar ini untuk meningkatkan produktivitas. Antara tahun 1960 dan 1990, Kuba menerima lebih dari $65 miliar dari Uni Soviet, belum lagi uang yang diterima dari negara-negara sosialis lainnya.

Kuba bahkan mendapat keuntungan dari subsidi dari rezim Venezuela, yang dengan sendirinya menerima miliaran dari Tiongkok, yang mencakup 70 persen konsumsi negara tersebut. Juga menerima ratusan juta dari organisasi internasional.

Meskipun demikian, peringkat Nationmaster, yang membandingkan gaji rata-rata untuk negara-negara di seluruh dunia, menempatkan Kuba sebagai tempat terakhir (176 tempat) di dunia, dengan gaji rata-rata $25,05 per bulan pada tahun 2014.

Kekurangan produk-produk dasar mempengaruhi 70 persen populasi tersebut, menurut El Diario de Cuba dan Infobae. Angka-angka ini membatalkan propaganda terkenal yang mengklaim bahwa “tidak ada kekurangan gizi,” karena hampir semua orang Kuba menderita akibat kekurangan ekonomi dari satu jenis atau lainnya.

Siapa pun yang bepergian ke Kuba dapat melihat bahwa pengulangan “tidak ada kekurangan gizi pada anak” secera terus-menerut tersebut adalah salah dan hanya mencoba membela sebuah rezim yang masih menggunakan kartu jatah dan menyebarkan kesengsaraan.

UNICEF hanya memperhatikan bahwa jumlah anak-anak dengan berat badan kurang telah berkurang hingga 4 persen, sebuah angka besar dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya.

Selain itu, Kuba memikul “perawatan kesehatan gratis yang paling mahal di dunia,” seperti yang saya katakan di Havana. Dongeng tentang kualitas dan universalitas perawatan kesehatan tersebut telah terbongkar beberapa kali. MarĆ­a Werlau, dari LSM Cuba Archive, menjelaskan, “Perawatan kesehatan di Kuba sangat buruk bagi warga biasa. Ada apartheid (diskriminasi atas dasar ras) yang menyukai elit penguasa dan orang-orang asing yang membayar dengan dolar.”

Satu-satunya cara Kuba bisa mengejar negara berkembang lainnya adalah dengan menyingkirkan komunisme. (ran)

Daniel Lacalle adalah kepala ekonom di hedge fund Tressis dan penulis “Escape From the Central Bank Trap,” diterbitkan oleh BEP.

ErabaruNews