Rezim Tiongkok Demi Supremasi Angkatan Laut, Berlomba Membangun 8 Kapal Penjelajah Sementara AS Tidak

Lonjakan Tiba-tiba Dalam Kekuatan Angkatan Laut Rezim Tiongkok Dapat Mengundang Perang

Rezim Tiongkok telah menantang supremasi militer AS selama bertahun-tahun dengan pembangunan militer habis-habisan. Pembangunan beberapa kapal kelas besar, kapal-kapal penjelajah angkatan laut berteknologi tinggi dapat mengindikasikan perubahan keseimbangan kekuatannya di perairan Asia, dan merupakan pertanda meningkatnya persaingan global antara dua kekuatan angkatan laut tersebut.

Produksi massal rancangan kapal perang tingkat lanjut, yang hanya menjadi topik spekulasi di kalangan pengamat sampai tahun 2017, diluncurkan dengan kecepatan yang sangat tinggi. Sebanyak 8 lambung kapal merek baru sedang dibangun bersamaan dengan Angkatan Laut Amerika Serikat yang tidak memiliki rencana untuk mengganti 22 kapal penjelajah yang ada, yang sudah berumur puluhan tahun.

People’s Liberation Army Navy (PLAN), Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat, Tiongkok, secara resmi mengarahkan pada perkembangan kapal perangnya Tipe 055 hanya sebagai “penghancur”. Namun, Departemen Pertahanan AS dan sebuah laporan baru-baru ini oleh Congressional Research Service (CRS) AS mengklasifikasikan kapal perang seberat 13.000 ton tersebut sebagai “Kapal penjelajah”, kemungkinan karena ukurannya yang besar dan gudang penyimpanan senjatanya yang luas.

Kapal Tipe 055 yang pertama mulai dibangun di galangan kapal Jiangnan di Shanghai dan diluncurkan (artinya kapal tersebut telah dimasukkan ke dalam air untuk tahap akhir konstruksi) pada tanggal 28 Juni 2017. Pada Januari 2018, setidaknya ada 4 lambung kapal baru tipe 055, 2 di Galangan Kapal Jiangnan dan 2 lainnya di Galangan Kapal Dalian di Propinsi Liaoning dikonfirmasi sedang dibangun, seperti yang terlihat pada gambar satelit. Salah satunya hampir siap diluncurkan.

Kecepatan yang tinggi dimana Tiongkok telah berkomitmen untuk memproduksi massal kapal perang tipe 055 baru ternyata menjadi salah satu kejutan bagi pengamat militer internasional di tahun 2017, karena pada awalnya dipikirkan bahwa desainnya masih eksperimental dan akan membutuhkan lebih banyak waktu untuk matang.

Namun, pada awal Februari 2017, laporan-laporan media Tiongkok mengutip sumber yang tidak disebutkan namanya memproyeksikan bahwa Tiongkok akan segera meluncurkan setidaknya 8 Tipe 055 pada sejumlah produksi sekaligus yang pertama dari 2017-2018, sebuah prediksi yang sebagian besar akurat dan konsisten dengan laporan terbaru yang telah dikonfirmasi tersebut.

keunggulan kapal perang angkatan laut tiongkok
Mulai tahun 2017 Tiongkok memproduksi secara massal sejumlah kapal tipe 055 yang canggih. Foto Internet menunjukkan Galangan Kapal Dalian, salah satu dari dua galangan kapal utama Tiongkok, telah meletakkan posisi untuk pembangunan dua kapal tipe 055. (Foto internet via Global Security)

Sebagai kapal-kapal tempur permukaan premium untuk armada PLAN, Tipe 055 diperkirakan akan menjadi bagian integral dari kelompok tempur kapal induk masa depan Tiongkok di samping kapal-kapal penghancur tipe 052D yang lebih kecil dan kapal-kapal pengawal 054A. Dua kelas terakhir kapal-kapal  perang tersebut juga telah diproduksi secara massal dalam jumlah besar dalam beberapa tahun terakhir.

Ada juga laporan-laporan bahwa Tiongkok tidak hanya berencana untuk membangun kapal induk pesawat udara bertenaga nuklir setelah dua atau tiga kapal induknya yang pertama, yang bertenaga konvensional, namun juga berencana untuk membangun kapal perang besar versi tenaga nuklir seperti kapal penjelajah Tipe 055. Dengan melakukan hal itu, akan memberi armada PLAN sebuah jangkauan global yang jauh lebih sedikit bergantung pada basis-basis asing, kata Richard Fisher, seorang senior di International Assessment and Strategy Center (Pusat Penilaian dan Strategi Internasional).

Tiongkok, 8, Lawan Amerika Serikat, 0

Kapal penjelajah tipe 055 dilengkapi dengan sensor dan senjata terbaru dan paling mampu yang bisa dihasilkan industri militer Tiongkok. Kapal berkapasitas 13.000 ton ini memiliki sistem radar array yang membuat tahapan aktif dan berkelanjutan yang dapat mendeteksi target udara dari jauh, dan dipersenjatai dengan setidaknya 112 tabung sel-sel sistem peluncuran vertical, vertical launching system (VLS), yang mengandung keanekaragaman untuk anti udara, anti kapal, dan rudal-rudal jelajah serangan darat.

Sebagai perbandingan, kapal-kapal penjelajah kelas Ticonderoga milik Angkatan Laut AS dan kapal-kapal penghancur kelas Arleigh Burke (umumnya mengarah ke kapal-kapal perang Aegis milik Angkatan Laut AS) masing-masing menggantikan sekitar 10.100 ton dan 9.300 ton dan masing-masing membawa 122 dan 96 sel VLS, secara berurutan.

Sementara Tiongkok secara bersamaan membangun setidaknya 5 dan mungkin sampai dengan 8 kapal tipe 055, Angkatan Laut AS tidak memiliki rencana untuk mengganti apapun untuk 22 kapal penjelajah kelas Ticonderoga yang lama. Mereka dibangun lebih dari dua dekade yang lalu dari tahun 1980-an sampai 1990-an dan masih merupakan kapal perang permukaan inti yang melindungi kelompok tempur Angkatan Laut AS saat ini.

angkatan laut tiongkok lawan angkatan laut AS amerika
Kapal penjelajah Ticonderoga Angkatan Laut AS Shiloh di Sagami Bay, Jepang pada 14 Oktober 2012. (Kazuhiro Nogik / AFP / GettyImages)

Pengganti kelas Ticonderoga, program “Next Generation Cruiser” atau CG (X), dibatalkan pada tahun 2010 oleh pemerintahan Obama, yang mencela pemotongan anggaran dan alasan-alasan lain. Kurangnya kapal penjelajah baru berarti Angkatan Laut AS segera dapat dipaksa untuk mengandalkan kapal-kapal penghancur kelas Arleigh Burke yang lebih kecil dan sedikit lebih rendah untuk melindungi kapal-kapal induk pesawat udara yang kritis dan armada kapal pengawal saat kapal penjelajah kelas Ticonderoga pensiun.

Meskipun Angkatan Laut AS telah memulai kembali produksi kapal penghancur kelas Arleigh Burke yang baru, sebuah laporan baru dari Layanan Riset Kongres mengatakan bahwa pembangunan kapal angkatan laut AS sudah tertinggal dari Tiongkok, dan kesenjangan tersebut telah berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir.

Kendala anggaran dan ketidakstabilan tidak hanya menghalangi kapal perang baru untuk dibangun, namun juga menciptakan ketersendatan dalam pelatihan dan pemeliharaan armada. Kekurangan tersebut telah dipersalahkan karena menyebabkan dua insiden mematikan yang terpisah pada tahun 2017 di mana kapal penghancur Aegis Angkatan Laut AS bertabrakan dengan kapal-kapal komersial.

angkatan laut amerka AS lawan angkatan laut tiongkok
Angkatan Laut A.S. belum memiliki rencana yang layak untuk mengganti 22 kapal pnjelajah kelas Ticonderoga (CG-47, yang menunjukkan warna hijau), yang diproyeksikan akan pensiun dari layanan secara bertahap di tahun-tahun mendatang. (Rencana Pembuatan Kapal Anggaran Tahun 2017 yang diterbitkan oleh Kantor Anggaran Kongres)

Di sisi lain, armada pengawal depan PLAN yang sedang berkembang diperkirakan akan mengubah keseimbangan angkatan laut di dalam perairan Asia, kata sebuah laporan tahun 2017 yang ditulis bersama oleh James R. Holmes dari Naval War College AS dan Toshi Yoshihara, seorang senior di Center for Strategic and Budgetary Assessments (Pusat Penilaian Strategis dan Anggaran). Laporan tersebut mengatakan bahwa produksi kapal perang besar Tiongkok yang cepat dalam beberapa tahun terakhir, seperti kapal penjelajah tipe 055, bukanlah sebuah kebetulan dan hampir pasti “dirancang, dikembangkan, dan dibeli” bertahun-tahun sebelumnya.

Keterlambatan penambahan di AS sebagai tanggapan terhadap Tiongkok, kata laporan tersebut, dapat membuka zona bahaya di mana Beijing tergoda untuk menyerang sebelum keuntungannya secara bertahap hilang dari pandangan. Ini karena rezim Tiongkok mungkin membuat perhitungan “sekarang atau tidak” untuk mengantisipasi persenjataan kembali AS yang mungkin terjadi, serupa dengan keputusan Kekaisaran Kaisar Jepang yang dibuat melawan Kekaisaran Rusia yang bersaing pada tahun 1904, atau melawan Amerika Serikat pada tahun 1941 di dalam persiapan untuk serangan ke Pearl Harbor.

“Tiongkok telah meletakkan dasar untuk sebuah kompetisi yang akan diukur dalam beberapa dekade,” tulis Holmes dan Yoshihara. “Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya harus menerima kenyataan: mereka menghadapi persaingan jangka panjang di laut melawan pesaing yang imajinatif, tekun dan tangguh.” (ran)

ErabaruNews