Presiden Duterte Memperingatkan Adanya Ancaman Teror Baru di Filipina

Epochtimes.id- Presiden Filipina Rodrigo Duterte telah memperingatkan adanya ancaman teror baru di negara itu.

“Mungkin ada baiknya untuk mengantisipasi akan terjadi (serangan teror) dalam beberapa hari mendatang,” kata Duterte dalam pidato di tengah laporan semakin banyak pejuang asing di Filipina.

“Mereka ingin meledakkan (tempat) orang berkumpul, di bandara, pelabuhan laut, dan taman, karena apa yang terjadi di provinsi Mindanao,” kata Duterte mengacu pada kekalahan kelompok militan yang didukung Daesh atau ISIS mengepung Marawi.

“Seperti yang telah saya katakan, ancaman tersebut tetap ada,” tambah Duterte.

“Saran saya kepada pasukan keamanan kami, Angkatan Bersenjata Filipina dan Polisi Nasional Filipina, dalam hal ini keamanan terhadap terorisme,” katanya.

Sebelumnya, Sekretaris Pertahanan Nasional Delfin Lorenzana mengatakan kepada pasukan elit khusus negara tersebut untuk mempersiapkan kemungkinan pengepungan Marawi di kota lain.

Lorenzana mengakui pihak berwenang mengetahui masuknya sejumlah teroris asing ke Filipina selatan.

Juru runding utama Front Pembebasan Islam Moro (MILF), Mohaquer Iqbal, memperingatkan kekalahan kelompok Maute di Kota Marawi tidak berarti kekalahan kelompok-kelompok berorientasi ISIS di Mindanao.

“Harapan mereka akan muncul lagi,” katanya kepada Arabnews.

Iqbal mengulangi pernyataannya mengenai meningkatnya jumlah pejuang asing di Filipina selatan.

Militer baru-baru ini melaporkan mereka mengidentifikasi 48 teroris asing yang saat ini berada di Filipina. Militer kepada Mahkamah Agung menyebutkan sejumlah teroris telah memasuki Filipina selatan yang menyamar sebagai pengusaha atau wisatawan.

Iqbal menegaskan intelijen MILF mendukung tokoh tentara tersebut, dengan mengatakan, “Kami memiliki info sekitar 90 persen terverifikasi (kehadiran teroris asing). Kami memiliki laporan yang andal. ”

Beberapa teroris asing tersebut tiba di negara tersebut setelah pengepungan Marawi berakhir pada bulan Oktober. Banyak yang tiba melalui provinsi pulau Sulu dan Basilan, dan beberapa di antaranya “orang Kaukasia.”

Awal pekan ini, sebuah artikel yang dikeluarkan oleh think tank Asia Rajaratnam School of International Studies (RSIS) mengatakan kematian pemimpin ISIS di Asia Tenggara, Isnilon Hapilon dan Omarkhayam Maute, dinilai tidak secara mendasar hilangnya ancaman jihad di Filiphina.

Artikel tersebut mengatakan bahwa masih ada empat “pemimpin kunci” ekstremis Asia Tenggara: Amin Baco, Bahrumsyah, Abu Turaifie dan Bahrun Naim. ”

Baco, seorang Malaysia yang lahir di Sabah yang membangun kredensial jihad di Basilan dan Sulu, dilaporkan terbunuh saat pengepungan Marawi.

Namun, pada hari Rabu, Komandan Gabungan Komandan Sulu, Brigjen Cirilito Sobejana mengatakan militer berusaha untuk memverifikasi informasi ini.

Walaupun terluka, Baco berhasil melarikan diri dari pengepungan Marawi dan sekarang berada di Sulu bersama Grup Abu Sayyaf (ASG).

Iqbal mengatakan bahwa dia tidak memiliki informasi tentang keberadaan Baco. Namun komandan Toraife dari Bangsamoro Islamic Freedom Fighters (BIFF) disebut secara teratur memindahkan lokasinya karena serangkaian operasi militer pada kelompok ini.

“Baru-baru ini dia (Toraife) berada di Cotabato Utara,tapi sepertinya dia sudah pindah dari sana. Mereka tampaknya terus bergerak,” katanya.

Namun, Iqbal menjelaskan bahwa Toraife dan kelompoknya bukanlah ancaman utama pada saat ini. Pasalnya, kelompok ini tidak memiliki kemampuan untuk melancarkan serangan besar serupa dengan pengepungan militan Maute terhadap Marawi. (asr)

Sumber : AFP/Arabnews.com