Anak Hingga Menjelang Remaja Sebaiknya Dilarang Akses Media Sosial

ErabaruNews – Seorang psikolog anak terkemuka di Australia mengatakan bahwa orang tua harus bersikap tegas dengan melarang penggunaan media sosial bagi anak-anak. Saran psikolog itu disampaikan setelah sebuah kematian seorang gadis remaja yang tragis.

Kasus kematian itu menarik perhatian luas terhadap masalah intimidasi dan bullying online di sosial media.

Dr. Michael Carr-Gregg mengatakan kepada ABC, seperti dikutip NTDTV, bahwa anak-anak di bawah usia 12 tahun sebaiknya dilarang menggunakan media sosial.

“Sesederhana itu. Namun saya pergi ke sekolah dasar di Australia dan kepala sekolah menarik rambut mereka karena orang tua tidak memberlakukannya,” kata Carr-Gregg.

“Anda mendapatkan 60 persen sampai 70 persen anak sekolah dasar berada di Facebook, Twitter, Instagram dan Snapchat. Mereka tidak memiliki kedewasaan neurologis untuk mengelola jejak digital mereka,” kata Dr. Gregg.

“Kita harus menyampaikan pesan itu kepada orang tua, kita harus mendidik mereka, dan saat ini kita tidak melakukannya dengan cukup.”

Carr-Gregg mengatakan bahwa dia sedih dengan kasus yang menimpa keluarga Everett. Putrinya Amy, yang dikenal sebagai ‘Dolly’, bunuh diri setelah diganggu secara online.

Keluarga tersebut mengadakan upacara pemakaman di kota Katherine, Northern Territory, baru-baru ini. Dolly meninggal pada 3 Januari 2018.

Delapan tahun yang lalu, Dolly tampil dalam kampanye Natal untuk pembuat topi Australia ikonik, Akubra. Mereka pun merilis sebuah pernyataan tentang kematian remaja yang mendukung hashtag #stopbullyingnow #doitfordolly #justbekind.

Gregg mengatakan kepada ABC bahwa anak yang terus-menerus menjadi korban, adalah salah satu faktor risiko bunuh diri remaja. Yang terburuk adalah, ketika terjadi saat anak memasuki usia remaja mereka.

“Kami tahu bahwa puncak bullying di Australia terjadi di sekitar masa transisi, jadi ketika mereka beranjak dari sekolah dasar ke sekolah menengah. Kami tahu ada beberapa anak yang empati emosionalnya tidak berkembang dengan baik,” kata Gregg.

“Ambang batas toleransi perbedaan sangat rendah dan hasilnya jika Anda berbeda, Anda akan dipilih (untuk di bully),” katanya.

“Bukannya itu memberi mereka kegembiraan. Itu hanya sesuatu yang mereka lakukan, karena mereka tidak tahu harus berbuat apa lagi.”

Gregg mengatakan bahwa krisis intimidasi Australia tidak akan mudah dipecahkan.

“Apa yang kita butuhkan untuk menjadi orang tua adalah pencegahan,” lanjutnya.

Dia menambahkan bahwa mereka perlu pendekatan yang lebih terpadu pada tingkat sekolah dalam menangani masalah ini.

The Everetts telah memulai fondasi ‘Dolly’s Dream’ yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan intimidasi, depresi, kegelisahan dan bunuh diri pada kaum muda. (waa)