Amerika Tidak Akan Kendorkan Tekanan Demi Lucuti Nuklir Korea Utara

ErabaruNews – Amerika Serikat tidak akan tertipu dengan Korea Utara, walau kini melunak dan meminta perundingan dengan Korea Selatan. Amerika mengaku bukan saatnya untuk mengendorkan tekanan terhadap Korea Utara.

Menteri Luar Negeri Rex Tillerson mengatakan negara-negara anggota PBB harus semakin solid memberikan tekanan kepada Korut. Dia meminta agar Tiongkok dan Rusia, juga sepenuh hati mendukung sanksi PBB.

“Untuk menerapkan sepenuhnya sanksi-sanksi yang telah disepakati sangat penting bagi keberhasilannya. Kita membahas pentingnya bekerja sama untuk mencegah penghindaran sanksi dan penyelundupan,” ujar Rex Tillerson, seperti dikutip dari VOA, Selasa (23/1/2018).

Baru-baru ini, menteri luar negeri dari 20 negara sepakat bahwa komunitas internasional harus memperbaiki efektivitas sanksi terhadap Korea Utara. Tujuan akhirnya adalah negara itu meninggalkan program senjata nuklirnya.

Para diplomat puncak itu membahas program rudal nuklir dan balistik Pyongyang yang kontroversial dalam sebuah pertemuan di Vancouver, Kanada. Mereka memperingatkan dunia agar tidak naif mengenai niat di balik dialog Korea Utara baru-baru ini dengan negara tetangganya Korea Selatan.

Alarm peringatan yang salah tentang segera terjadinya serangan rudal telah memicu kepanikan di Hawaii. Mereka menanggapi bahwa ini merupakan peringatan tajam mengenai kekhawatiran akan agresi nuklir Korea Utara.

Para menteri luar negeri dari 20 negara mengirimkan pesan terpadu, “Korea Utara yang memiliki senjata nuklir tidak dapat diterima.”

pelanggaran sanksi PBB oleh tiongkok
Gambar-gambar yang diambil pada tanggal 19 Oktober 2017 ini menggambarkan usaha kapal RYE SONG GANG 1 milik ‘Korea Kumbyol Trading Company’ dalam melakukan perdagangan “kapal ke kapal”, kemungkinan minyak, untuk menghindari sanksi. (U.S. Treasury Department)

Menteri Luar Negeri Kanada, Chrystia Freeland dalam kesempatan itu memperingatkan dunia agar tidak tertipu oleh Korea Utara. Dia mengaku menyambut baik kesepakatan minggu lalu antara Korea Utara dan Korea Selatan untuk mengadakan diskusi antar militer.

“Ini semua merupakan isyarat yang menggembirakan, tetapi saya ingin mengatakan bahwa tidak ada kemajuan sejati yang dapat dicapai dalam mengatasi ketidakstabilan di semenanjung Korea sampai Korea Utara melakukan perubahan arah, dan secara pasti setelah diverifikasi telah meninggalkan semua senjata pemusnah massalnya,” ujar Freeland.

Seorang pengamat, Harry Kazianis menilai, Korea Utara kini sedang mengulur waktu untuk menyempurnakan kemampuan nuklir. Mereka juga berusaha mendapatkan keringanan sanksi.

Analis dari Center for National Interest, sebuah lembaga riset kebijakan publik di Washington, DC, mengatakan sebenarnya tahun ini, pada tahun 2018 ini diprediksi bahwa ekonomi Korea Utara akan menjadi salah satu ekonomi dari hanya beberapa negara yang benar-benar akan mengalami kemunduran.

“Kondisi itu adalah pertanda besar dan tantangan nyata dengan sanksi-sanksi yang telah diberlakukan. Yang menjadi alasan bahwa Korea Utara mengalami semua ini adalah karena mereka menginginkan senjata nuklir untuk menghantam Amerika Serikat,” jelas Kazianis. (VOA/waa)