Pengusaha Muda Sukses Tiongkok Bunuh Diri

Mao Kankan, seorang pengusaha sukses yang pernah dipuji sebagai salah satu dari empat talenta IT muda Tiongkok, bunuh diri pada 24 Januari. Dia berusia 34 tahun.

Surat kabar Taiwan Liberty Times melaporkan bahwa dia meninggal di rumahnya setelah membiarkan kompor gas nyala. Dia tidak meninggalkan catatan bunuh diri. Sebelum kematiannya, perusahaannya mengalami masalah keuangan.

Mao mendirikan Beijing Times Majoy Technology Co., perusahaan game, pada tahun 2004. Perusahaannya dikatakan telah merevolusi cara para pemain terlibat dalam game komputer.

Ia sering dipuji di media pemerintah Tiongkok sebagai contoh kesuksesan buatan sendiri sebagai cara untuk mendorong lebih banyak kaum muda untuk menjadi pengusaha. Setelah kematiannya, artikel muncul di portal-portal internet Tiongkok mengungkapkan kesedihan dan ratapan penyesalan jalur lintasan para pengusaha yang tidak dapat diprediksi dalam ekonomi Tiongkok.

pengusaha muda tewas bunuh diri
Seorang pria bermain game online di sebuah kafe internet di Beijing pada tanggal 27 Februari 2010. (Liu Jin / AFP / Getty Images)

Pada tahun 2015, perusahaan tersebut mengadakan usaha patungan dengan Wanjia Wenhua dan menjadi Zhejiang Wanjia Co. Dia menjabat sebagai CEO-nya. Usaha patungan tersebut melakukan bisnis di game, animasi ponsel, dan layanan keuangan internet, menurut Bloomberg.

Tetapi usaha patungan itu tidak stabil. Pada akhir 2016, total hutangnya mencapai 43,14 juta yuan (sekitar US$6,8 juta).

Pada akhir 2016, aktris Tiongkok Zhao Wei dan suaminya Huang Youlong mencoba untuk membeli saham pengendali Zhejiang Wanjia melalui sebuah perusahaan yang mereka kuasai, Tibet Longwei Culture Co., menurut Reuters.

Namun tawaran Tibet Longwei menarik perhatian regulator Tiongkok. China Securities Regulatory Commission mengatakan bahwa ia telah membuat pernyataan-pernyataan dan penghilangan-penghilangan yang menyesatkan dalam pengungkapannya selama penawaran tersebut.

Tawaran yang telah gagal tersebut membuat saham Zhejiang Wanjia turun drastis. Akhirnya, diambil alih oleh investor lain dan berganti nama menjadi Zhejiang Sunriver Culture Co., menurut Liberty Times.

Pada 2017, investor baru tersebut ingin menjual sahamnya dan tidak menyuntikkan lebih banyak modal ke perusahaan tersebut. Mao mengajukan rumah dan mobilnya sebagai jaminan untuk meminjam pinjaman.

Tetapi itu tidak cukup. Pada bulan Oktober 2017, perusahaan tersebut tutup. Pada saat itu, berutang pada karyawan sekitar dua juta yuan dalam upah yang tidak terbayar (sekitar $316.000).

Berita tersebut mengejutkan banyak pengusaha Tiongkok, yang menyampaikan rasa duka cita mereka pada media sosial.

Li Xiang, salah satu pengusaha top yang punya nama, dan pendiri perusahaan mobil pintar, CHJ Automotive, mendorong di akun Weibo (setara dengan Twitter milik Tiongkok) dalam tulisannya bahwa media dan masyarakat menghormati Mao dan tidak membuat penilaian yang tidak adil. (ran)

ErabaruNews