Sebelum Vatikan Mengalah Lebih Lanjut Terhadap PKT Perlu Mengetahui Tujuan Akhir Komunisme

Cheng Xiaorong

Partai Komunis Tiongkok berniat mengontrol semua umat manusia, dari jasmaniah hingga rohaniah. PKT mempropagandakan ateisme, merusak budaya tradisional, menekan kebebasan berkeyakinan dan menjadikan dirinya boss bagi kalangan beragama, sungguh kejahatan dan kesewenang-wenangan tiada tara.

Pada 22 Januari, menurut informasi media Katolik “Asia News”, Uskup Zhuang Jianjian (88) dari Keuskupan Shantou provinsi Guangdong pada Oktober 2017 telah menerima dua kali perintah Vatikan untuk mengundurkan diri.

Pada akhir tahun lalu, ia dibawa ke Beijing dalam kondisi pengawasan ketat, ia dipertemukan dengan ketua dan wakil ketua Gereja “Patriotik” bentukan PKT dan pejabat Biro Keagamaan.

Perwakilan Vatikan di tempat pertemuan meminta uskup Zhuang untuk mengundurkan diri dan menyerahkan posisinya pada Huang Bingzhang, anggota senior Kongres Rakyat Nasional PKT dan Keuskupan Shantau provinsi Guangdong.

Pada tahun 2011 Vatikan pernah memerintahkan untuk mengusir Huang Bingzhang dari keuskupan Shantau, dengan dalih bahwa Huang ditunjuk oleh PKT maka tidak berhak menjadi umat Katolik yang mengurusi Keuskupan Shantau.

Laporan juga mengatakan bahwa Keuskupan Mindong Fujian, menurut sumber informasi, Uskup Guo Xijin dari Gereja Bawah Tanah diminta untuk memberikan posisinya pada Zhan Silu yang dipilih oleh PKT.

Uskup Zhuang Jianjian (kanan) yang dipaksa menyerahkan posisinya kepada uskup Huang Bingzhang, anggota senior Kongres Rakyat Nasional PKT dan Keuskupan Shantau provinsi Guangdong dari Gereja “Patriotik” binaan PKT (kiri). (INTERNET)

Dikarenakan  Guo Xijin menolak untuk bergabung dengan Gereja “Patriotik (PKT)”, maka tahun lalu pada Hari Paskah ia dipenjara selama satu bulan, dimasa tahanan ia diminta pula untuk menandatangani sebuah dokumen yang menyatakan dirinya ‘rela’ diturunkan jabatannya menjadi asisten Uskup.

Uskup Katolik sudah sejak dahulu ditunjuk oleh Sri Paus, namun PKT bersikeras mengangkat sendiri para uskup yang menyebabkan hubungannya dengan Vatikan menjadi tegang, sebagai akibat, umat Katolik Tiongkok telah lama terbagi menjadi Gereja Rumahan dan Gereja Patriotik.

Gereja-gereja yang mematuhi PKT secara resmi “diakui” oleh pemerintah sebagai organisasi “Patriotik”, sedangkan Gereja Rumahan tidak terdaftar di pemerintah dan belum mendapatkan “ijin” serta tergolong bersifat “bawah tanah” yang setiap saat menghadapi penindasan.

Beberapa tahun terakhir ini, berita tentang situasi penindasan PKT terhadap Gereja Rumahan terus menyebar, termasuk pemukulan dan kekerasan terhadap umat serta pemenjaraan pimpinan gereja dan lain sebagainya.

Screen grab rekaman pembongkaran Golden Lampstand Church di kota Linfen di utara Provinsi Shanxi, 9 Januari 2018. (Foto milik anggota gereja)

Pada 13 September 2009 dini hari, sebuah insiden kekerasan terjadi di kampung Nanhan desa Zhang Zhuang Kabupaten Fushan Kota Linfen Provinsi Shanxi.

Seorang pejabat lokal memimpin ratusan polisi setempat untuk menghancurkan “Fu Yin Xie Chang (Pabrik Sepatu Evangelium)” milik Gereja Rumahan yang belum selesai dibangun. Mereka juga memukuli para pekerja sehingga puluhan umat Kristiani terluka.

Wang, salah satu staf/anggota pabrik, pada saat insiden itu tulang pahanya dipukul hingga retak. Ia berkata kepada wartawan: “Saya hidup sekian lama, belum pernah melihat kebrutalan semacam ini.”; “Ayah saya mantan anggota Tentara Pembebasan Rakyat PKT. Sejak kecil hingga dewasa saya diajarkan harus menghormati pemerintah (PKT). Namun setelah terjadi insiden ini, bagaimana saya bisa menghormati mereka?”

Pada April 2012, Vatikan mengecam perilaku PKT yang mengangkat sendiri (tanpa persetujuan Vatican) Uskup Katolik dan menuduh PKT menganiaya umat Katolik yang setia kepada Vatikan.

Saat itu, Fu Xiqiu penanggung jawab “Asosiasi Bantuan Terhadap Tiongkok” sebuah organisasi Kristen di Amerika Serikat menyatakan bahwa hal ini terkait dengan kanon dan doktrin Katolik.

Menurut dia : “Ini sepenuhnya adalah hak pastur itu sendiri, masalah kualitas keyakinannya sendiri terhadap agamanya dan bukan agenda politik. Anda dapat membayangkan para pastur, penginjil atau pendeta di gereja membutuhkan satu rezim ateisme untuk screening dan pelatihan guna mendapatkan kualifikasinya baru boleh berkhotbah dan memimpin pembacaan Alkitab?

Selama hampir 70 tahun ini, sejarah kekuasaan PKT menunjukkan sifat kejahatan partai komunis secara gamblang. Ia melenyapkan kemanusiaan, menyangkal ketuhanan, memutuskan hubungan antara manusia dengan Tuhan, menghancurkan kesempatan dan masa depan warganya kembali ke jati diri dan berbuat kebajikan.

Di satu sisi PKT membersihkan agama dengan gila-gilaan, tapi di sisi lain ia mendirikan ‘gapura kesucian’ untuk dirinya sendiri, mendirikan Biro Urusan Agama untuk ‘membimbing’ dan ‘memeriksa serta menyetujui’ kegiatan keagamaan di wilayahnya dengan pengontrolan ketat, selain itu dengan kata ‘Patriotik’ sebagai jebakan, menuntut umat beragama menaati “Kepemimpinan Partai”.

PKT berupaya menciptakan fenomena kebebasan beragama di permukaan, dalam kenyataannya mereka menindas kebebasan berkeyakinan dan menindas umat beragama yang dituduh tidak patuh terhadapnya.

Mengenai kompromi Vatikan dengan PKT baru-baru ini, ada analisa yang beranggapan, Vatikan bermaksud dengan tindakan seperti itu untuk mendorong pembentukan hubungan diplomatik dengan RRT yang selama ini memang belum terjalin dan meningkatkan jumlah umat Katolik di Tiongkok.

larangan merayakan natal di tiongkok
Foto yang diambil pada tanggal 24 Desember 2017 ini menunjukkan peserta yang mengambil video saat paduan suara menyanyikan himne dalam sebuah misa natal di sebuah gereja di Fuyang di propinsi Anhui timur Tiongkok. Laporan dari seluruh Tiongkok menunjukkan bahwa perayaan Natal tahun ini umat Kristen Tiongkok telah ditekan secara luas oleh otoritas tersebut. (AFP / Getty Images)

Ada ilmuwan mengkritisi dengan keras sekali, hal ini melanggar makna eksistensi agama itu sendiri, dan sama saja dengan bertransaksi dengan iblis.

Buku “Tujuan Akhir Komunisme” menyatakan dengan jelas: Roh jahat komunis mengendalikan PKT, dengan melalui penghancuran budaya dan moralitas umat manusia, ia berupaya mencapai tujuan akhir untuk memusnahkan orang-orang di daratan Tiongkok dan memusnahkan umat manusia.

PKT sedang selangkah demi selangkah untuk merealisasikan muslihat ini. Kemunafikan dan kekejaman PKT dalam menangani masalah keagamaan membuat orang terperangah serta tujuan rile dibaliknya lebih mengerikan.

Dalam menghadapi rezim yang menentang Ilahi, bagaimana mungkin Vatikan bisa mengalah? (LIN/WHS/asr)