Awal Manis Perang Dagang RRT-Amerika Serikat — Perang Madu (1)

Selama belasan tahun terakhir ahli biologi terus menerus memperingatkan kalangan pertanian akan bahaya punahnya lebah, yang disebut Colony Collapse Disorder atau CCD.

Antara tahun 2006 hingga 2007, peternak lebah AS mendapati mereka kehilangan 30% hingga 90% kotak madu. Dalam banyak koloni lebah, sejumlah besar lebah pekerja tiba-tiba menghilang. Tanpa adanya lebah pekerja, koloni lebah tidak bisa hidup.

Dari tahun 2015 hingga 2016, sebanyak 5.000 peternak lebah di AS telah kehilangan 44% koloni lebah mereka. Tidak hanya di musim dingin terjadi lenyapnya koloni lebah, di musim panas juga demikian.

Center for Biological Diversity di bulan Maret tahun lalu merilis laporan, mereka memperkirakan dari 1.400 jenis spesies lebah yang ada di Amerika Utara, lebih dari 700 jenis di antaranya telah di ambang kepunahan.

Global Research merilis laporan di bulan November 2017 lalu, menyebutkan punahnya organisme laut dalam jumlah besar, dan berlangsung dengan sangat cepat, dan ini adalah akibat dari pencemaran, menghangatnya suhu air, serta hilangnya keseimbangan ekosistem.

Laporan menyoroti, peternak lebah sejak tahun 2006 telah mulai bisa merasakan koloni lebah mereka terus berkurang, koloni lebah di padang rumput pada berbagai negara bagian di AS dan bagian tengah serta barat AS, bahkan mengalami kehilangan mencapai 70%.

Jika lebah benar-benar punah, lalu apa yang terjadi? Selain membuat madu, lebah juga merupakan penyebar serbuk bunga yang paling penting. Dari 100 jenis tanaman pertanian di dunia, lebah melakukan penyerbukan terhadap 70 jenis di antaranya, dan 70 jenis tanaman pangan ini menghidupi 90% populasi seluruh dunia.

Jika tidak ada lebah, kita akan kehilangan tanaman pangan yang mengandalkan lebah untuk penyerbukannya, jadi hewan yang mengkonsumsi tanaman pangan tersebut juga akan punah, buah-buahan dan sayur mayur di toko swalayan sebagian besar juga akan hilang.

Selain lebah, serangga lain yang melakukan penyerbukan seperti kupu-kupu, burung, dan kumbang, juga mengalami kepunahan dalam jumlah besar.

Dari 100 jenis tanaman pertanian di dunia, lebah melakukan penyerbukan terhadap 70 jenis di antaranya, dan 70 jenis tanaman pangan ini menghidupi 90% populasi seluruh dunia

Tahun lalu PBB bahkan memperingatkan, jika bumi kehilangan serangga-serangga yang melakukan penyerbukan ini, pasokan pangan dunia akan mengalami masalah. Ancaman terbesar bagi manusia adalah berkurangnya jumlah lebah dunia. Einstein pernah mengatakan, “Dalam lima tahun setelah punahnya lebah, manusia pun akan ikut punah.”

Dalam 5 tahun terakhir, 30% lebah Amerika atau hampir 1/3 dari total koloni lebah, telah punah. Dan kecepatan punahnya lebah terus meningkat cepat; kerugian bagi peternak lebah setiap tahun mencapai USD 30 milyar (Setara Rp 403 triliun).

Pemerintah AS menginvestigasi hal ini, menyalahkan penyebab lenyapnya koloni lebah pada hilangnya lahan hijau, perubahan iklim, penggunaan insektisida, lenyapnya lingkungan ekosistem, berbagai jenis virus, bahkan pada banyaknya menara telekomunikasi ponsel.

Apa dampak yang timbul akibat punahnya lebah? Kehidupan manusia saat ini akan mengalami perubahan!

Penyebab lain punahnya lebah sungguh mengejutkan, yakni dipicu sifat tamak manusia. Biasanya, peternak lebah akan meninggalkan sebagian madu untuk dikonsumsi oleh koloni madu sepanjang musim dingin, madu yang ‘diproduksi dan dimakan’ sendiri oleh lebah ini adalah makanan yang memiliki kemampuan anti virus dan anti bakteri.

Namun untuk meningkatkan produksi madu, peternak sekarang justru memberikan sirup jagung fruktosa tinggi (HFCS) bagi lebah sebagai makanan musim dinginnya, dan tidak meninggalkan madu alami yang diproduksi lebah. HFCS buatan manusia ini sama sekali tidak memiliki kemampuan untuk kebal virus. (SUD/WHS/asr)

Bersambung

Xie Tan adalah John M. Olin Palmetto Chair Professor at University of S. Carolina Aiken, Amerika Serikat