Balas Dendam Perang Dagang, Tiongkok Larang Impor Kedelai Amerika Serikat

EpochTimesId – Hubungan dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok mengalami ketegangan. Hasil panen seperti kedelai mungkin saja digunakan pemerintah Tiongkok untuk membalas dendam kepada Amerika Serikat.

Setelah sebelumnya, AS mengenakan tarif tinggi terhadap impor panel surya buatan Tiongkok. Namun, media AS melaporkan bahwa apa yang dilakukan otoritas Beijing itu dapat menimbulkan efek kebalikan karena akan menaikkan harga jual daging babi Tiongkok.

Tiongkok merupakan importir terbesar kedelai Amerika Serikat, kira-kira sepertiga hasil panen kedelai AS dibeli oleh Tiongkok. Kedelai itu terutama digunakan sebagai pakan babi ternak di Tiongkok yang jumlahnya mencapai 400 juta ekor lebih.

Seorang yang mengetahui masalah tersebut mengatakan kepada reporter Bloomberg, bahwa pemerintah Tiongkok sedang mendalami rencana untuk membatasi impor kedelai AS. Aksi itu dikatakan sebagai upaya balas dendam kepada Amerika Serikat atas pengenaan tarif tinggi terhadap impor panel surya buatan Tiongkok.

Penangguhan masuknya kedelai AS oleh pemerintah Tiongkok akan berdampak langsung pada petani Amerika Serikat di wilayah Barat Tengah. Namun, langkah tersebut juga akan membawa risiko besar bagi Tiongkok sendiri.

Tiongkok adalah produsen dan konsumen daging babi terbesar di dunia. Menaikkan biaya pakan petani babi dapat meningkatkan harga jual daging di negara yang berpopulasi 1,3 miliar jiwa itu.

Harga pangan selalu menjadi isu sensitif dalam politik internal komunis Tiongkok. Salah satu alasan mengapa Partai komunis Tiongkok berhasil merebut kekuasaan dari Chiang Kaishek pada tahun 1949 adalah akibat manajemen ekonomi pemerintah Kuo Min Tang (Partai Nasionalis Tiongkok) yang buruk dan mengakibatkan hiperinflasi.

Lonjakan harga di tahun 1980an juga memicu ketidakpuasan publik yang menyebabkan terjadinya demonstrasi di Lapangan Tiananmen.

“Menggunakan kedelai untuk membalas dendam kepada Amerika Serikat (bagi Tiogkok) akan menjadi skenario terburuk,” kata Li Qiang, seorang analis utama di Shanghai Huiyi Consulting Co. Ltd.
“Daging babi adalah makanan pokok bagi masyarakat Tiongkok,” sambungnya.

Di sebuah peternakan babi di Tianjin, kekhawatiran para operator semakin meningkat. Shi Ruixin, seorang petani mengatakan bahwa jika pemerintah membatasi impor kedelai AS, biaya budidayanya akan meningkat secara substansial.

“Harga pakan babi, harga jual daging babi tentu akan naik,” ujar sang operator.

Musim panen kedelai di Amerika Serikat merupakan salah satu alasan mengapa ia memiliki kedudukan kuat di pasar yang tak tergantikan.

Sun Chao, ketua Tianjin Tianjiao Group, pemasok pakan babi yang cukup ternama mengatakan bahwa kedelai AS mampu memenuhi kebutuhan peternak Tiongkok antara bulan Oktober hingga Februari. Pada masa tersebut, tanaman kedele Amerika Latin masih belum waktunya untuk dipanen.

“Pasokan dari Amerika Serikat ini tidak tergantikan,” tegas Sun Zhao.

Laporan Bloomberg menyebutkan, dengan meningkatnya ketegangan perdagangan AS-Tiongkok, pejabat Tiongkok sejak bulan lalu mulai mempelajari tentang memberikan batasan untuk impor kedelai dari AS.

Kementerian Perdagangan Tiongkok mengadakan pertemuan dengan beberapa perusahaan Tiongkok untuk mengumpulkan umpan balik, namun tidak sampai pada sebuah kesimpulan.

Sementara Pemerintah AS juga mulai waspada. “Kita sangat prihatin dengan pembatasan perdagangan tidak adil yang mungkin dihadapi komoditas AS, termasuk ekspor kedelai ke Tiongkok,” kata Menteri Pertanian AS, Sonny Perdue.

“Kami sedang mempelajari semua perlengkapan yang mungkin dapat membantu untuk pemangku kepentingan kita,” sambung Perdue.

Trump sedang mencari terobosan untuk mempersempit defisit perdagangan dengan Tiongkok. Defisit perdagangan AS-Tiongkok tahun lalu naik 8,1 persen menjadi 375 miliar dolar AS.

Pada bulan Januari 2018, administrasi Trump mengumumkan kenaikan tarif impor panel surya dan mesin cuci buatan Tiongkok. Selain itu juga, administrasi Trump pada tahun lalu mulai menyelidiki masalah dumping komoditas ekspor tiongkok seperti aluminium dan baja, serta isu-isu kekayaan intelektual.

Sebagai pembalasan, Tiongkok sudah mulai melakukan inisiasi investigasi anti-dumping dan anti-subsidi terhadap komoditas gandum AS.

Grant Kimberley, seorang petani AS mencurigai adanya tindakan pemerintah Tiongkok terhadap kedelai AS. Pemilik kebun kedelai yang pernah dikunjungi Xi Jinping pada tahun 2012 itu menanam 4.000 hektar jagung dan kedelai di Iowa.

Dia mengatakan bahwa pembatasan terhadap kedelai akan menghasilkan fluktuasi tajam pada harga komoditas tersebut dan akan mengganggu perdagangan global.

“Itu dapat menyakitkan setiap orang. Masyarakat di Tiongkok akan menderita, begitu juga bagi masyarakat Amerika Serikat. Saya tidak mengerti mengapa mereka mau berbuat seperti itu,” ujar Kimberley, sedih. (Qin Yufei/ET/Sinatra/waa)