Beijing Riwayatmu Kini, Setelah Jutaan Penduduk Musiman Pulang Kampung

oleh Li Xinan

Seiring dengan mudik kampung untuk merayakan Tahun Baru Imlek, Beijing kembali menyajikan adegan ‘Kota Kosong’ yang terjadi hampir setiap tahun sekali.

Namun tahun ini mungkin berbeda dengan yang lalu, karena sejumlah besar penduduk musiman yang digolongkan sepihak oleh pemerintah sebagai penduduk kelas rendah dan terkena pengusiran, entah berapa banyak yang akan kembali ?

Laporan Headline News pada 16 Februari menyebutkan bahwa pada musim mudik menyambut Tahun Baru Imlek, seluruh kota besar Tiongkok selalu menampilkan adegan perpindahan penduduk besar-besaran, tak terkecuali juga Beijing.

Namun Beijing tahun ini sepinya sampai mengerikan. Makan malam bersama keluarga di hotel-hotel berbintang yang dilakukan pada malam jelang Tahun Baru Imlek sudah terlaksana jauh hari sebelumnya, karena para pelayan maupun koki juga mau mudik kampung atau termasuk penduduk kelas rendah dan sudah terusir saat pembersihan. Ibukota Beijing kini mengalami kekosongan penduduk yang paling parah.

Suasana jalan raya di Zhongguancun South Road, Beijing pada 15 Februari 2018. (Epoch Times)

Selama Tahun Baru Imlek, belanja hanya bisa dilakukan di beberapa supermarket besar yang menjual sayur-mayur, buah-buahan, daging dan barang-barang lainnya dengan harga yang sudah dinaikkan.

Sedangkan para pedagang bebas yang menjajakkan sayuran atau buah-buahan pada dasarnya sudah memilih pulang kampung jauh hari sebelumnya. Beijing kini sudah kehilangan suasana tawar-menawar yang menyenangkan atau banting harga seperti yang terjadi di masa lalu.

Baca Juga : Inventarisasi Pengeluaran untuk Merayakan Tahun Baru Imlek Bagi Warga Tiongkok

Situs ‘Phoenix’ pada 8 Februari menerbitkan artikel bergambar yang menggambarkan kemeriahan suasana ibukota republik itu tidak terlepas dari peran serta yang besar dari pendukung musiman atau pendatang. Dengan kepulangan mereka ke kampung halaman, lalu lintas perkotaan Beijing menurun sangat drastis dari hari-hari sebelumnya.

Kereta api bawah tanah dan bus-bus yang biasanya selalu padat, kini tinggal 1, 2 penumpang.

Beberapa tempat tujuan wisata atau belanja dan jalan-jalan raya di ibukota juga tampak kelangkaan orang dan kendaraan, keramaian di hari-hari kerja, kota tua yang biasanya berisik kini menjadi sepi senyap.

Jalan Raya Qianmen (jalan yang melintas di depan Lapangan Tiananmen) Beijing yang biasanya mengalami padat merayap kini tampak lengang.

Selain para pekerja kasar, banyak siswa atau pekerja kerah putih yang berasal dari daerah hampir seluruhnya memilih bertahun-baru di kampung halaman mereka sendiri.

Suasana dalam gerbong kereta api bawah tanah di Beijing pada 15 Februari 2018. (Epoch Times)

Seiring ‘kepergian’ mereka, para penduduk asli Beijing tiba-tiba merasakan ruang keluarga mereka jadi luas, kendaraan di jalan tinggal sedikit, tak perlu lagi berdesak-desakan saat naik kendaraan umum. Meskipun untuk belanja sedikit mengalami kerepotan karena tidak semua toko membuka usaha.

Menurut indeks penduduk mudik dari kota tingkat satu tahun 2017 yang dikeluarkan oleh ‘360 Da Shu Ju Centre’ menunjukkan bahwa lebih dari separo jumlah penduduk kota terlibat mudik tahun baru. Kota Guangzhou (61.36%), Shenzhen (60.76%), Shanghai (56.76%) dan Beijing (52.01%).

Media Tiongkok ‘Nanfang Daily’ menyebutkan, di balik ‘Kota Kosong’ itu terdapat kesempatan kerja yang cukup besar. Karena itu menarik penduduk daerah untuk datang mengadu nasib. Namun Beijing sebagai ibukota, memiliki cakupan pekerja migran yang paling luas di bandingkan kota lainnya. Kebanyak dari mereka yang bekerja di Beijing itu berasal dari daerah propinsi Shandong, Hebei, Mongolia Dalam.

Kota Beijing (Google Maps)

Baru-baru ini, media Prancis AFP menemukan sejumlah besar penduduk musiman hanya membeli tiket satu kali jalan dari Beijing, Agence France-Presse menduga bahwa jutaan orang penduduk kelas rendah itu telah mulai meninggalkan Beijing untuk tidak kembali setelah usai perayaan Tahun Baru Imlek.

Baca Juga : Sejumlah Besar Pemudik Imlek dari Beijing Hanya Membeli Tiket Sekali Jalan

Beijing sudah tidak lagi menyambut baik kedatangan mereka meskipun mereka telah ikut berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi. Gerakan pembersihan terhadap para penduduk kelas rendah yang digelar oleh otoritas setempat membuat mereka kehilangan kesempatan untuk mengadu nasib di ibukota.

Baca juga : Pengusiran Penduduk Musiman Beijing Mengundang Protes Bersama

Yi Fu-hsien, pakar demografi dari University of Wisconsin kepada Radio Publik Nasional AS mengatakan bahwa jika para pekerja migran telah meninggalkan Beijing, maka Beijing akan menjadi ‘Sabuk Karat Tiongkok’.

Penduduk Beijing sendiri sedang mengalami penuaan, dan para pekerja migran sekarang berjumlah lebih dari separuh penduduk Beijing berusia 20 sampai 39 tahun. “Jika Anda tinggal di Beijing satu dekade lagi, maka Anda akan menjadi saksi dari kemunduran kota ini,” katanya. (Sinatra/asr)

Sumber : Epochtimes.com