Bagaimana Tentara Afrika Membantu Menyelamatkan Taiwan

Zheng Chenggong dikenal sebagai salah satu pahlawan nasional Tiongkok karena merebut kembali Taiwan dari Belanda pada tahun 1662. Yang tidak begitu terkenal adalah bahwa dia mempekerjakan banyak tentara asing di samping pasukannya sendiri, dan dari jumlah mereka, dia menunjuk tentara-tentara Afrika sebagai pengawal pribadi.

Zheng Chenggong pahwalan tiongkok tahun 1662 bertempur melawan kolonial belanda
Potret Zheng Chenggong. (Gambar: wikimedia / CC0 1.0)

Antara akhir Dinasti Ming dan awal Dinasti Qing di pertengahan hingga akhir 1600-an, kekuatan di Eropa sangat terlibat dalam kolonialisme. Akibatnya, banyak orang asing datang ke Tiongkok. Orang-orang Afrika termasuk di dalam campuran tersebut. Beberapa datang sebagai korban perdagangan budak, sementara yang lain bergabung dengan ekspedisi yang berharap bisa menyebarkan agama Kristen ke Tiongkok.

Pada saat itu, orang-orang Tiongkok menganggap orang Afrika asli sebagai para pejuang yang terampil, prajurit yang galak dan setia. Tentara Afrika bertugas di tentara Spanyol, Portugal, dan Belanda. Mereka sangat penting bagi upaya kolonial tersebut untuk kekuatan Eropa.

Ayah Zheng, Zheng Zhilong, telah menjadi kuat dan kaya di bawah Dinasti Ming. Dia tidak ingin tunduk pada peraturan Dinasti Qing yang baru dibentuk, maka dia menobatkan dirinya di Fuzhou, sebuah kota di pantai tenggara Tiongkok. Bersamanya, dia memiliki 300 tentara Afrika dari berbagai kelompok etnis. Tentara-tentara tersebut adalah orang Kristen, dan mereka setia pada keluarga Zheng.

Dinyatakan dalam Journal of Chihuahua Council di Tiongkok:

“Tentara Afrika direkrut oleh Zheng Zhilong dari Makao dan tempat-tempat lain. Pemimpin mereka adalah Louis de Martos, orang yang cerdas dan bijaksana.”

Tentara-tentara ini tidak hanya ahli dalam menggunakan senapan, mereka juga sangat pandai membuatnya. Pasukan-pasukan ini menyediakan senjata dan logistik untuk tentara Zheng.

Akhirnya, tentara elit ini berjuang untuk Zheng Chenggong. Diantaranya adalah unit yang ditunjuknya sebagai pengawal pribadinya. Unit ini juga berjuang dalam pertarungan merebut kembali Taiwan dan memberikan kontribusi-kontribusi besar dalam pertempuran.

Zheng Chenggong pahlawan tiongkok tahun 1662
Ilustrasi Zheng Zhilong dan putranya Zheng Chenggong. (Gambar: wikimedia / CC0 1.0)

Pada bulan Februari 1661, Zheng Chenggong mengirim 25.000 tentara dan ratusan kapal perang untuk menyerang Taiwan. Taktik-taktiknya menggabungkan aksi militer dan manuver politik. Zheng mengirim tentara Afrikanya untuk membangkitkan pemberontakan dan pembelotan di antara prajurit Afrika di dalam tentara Belanda, yang datang dari perdagangan budak. Banyak dari mereka menyerah dan menjadi tentara untuk Zheng.

Pada tanggal 1 Februari 1662, tentara Belanda dikalahkan dan Gubernur kolonial Frederick Coyett menyerah. Belanda mengevakuasi Taiwan, mengakhiri pendudukan 38 tahun mereka terhadap pulau tersebut.

Setelah itu, hanya ada sedikit liputan tentara Afrika dalam sejarah Tiongkok. Catatan menyatakan bahwa pada saat putra Zheng Chenggong, Zheng Jing, memerintah Taiwan, tentara Afrika bertugas sebagai penjaga dan pelayan di istana. Beberapa wanita Tiongkok juga menikahi tentara-tentara tersebut dan memulai keluarga. Semua pria pemberani ini akhirnya menghabiskan sisa hidup mereka di tanah asing yang telah mereka perjuangkan. (Visiontimes/ran)

ErabaruNews