Netizen Memihak Pembunuh, Menyoroti Ketidakadilan Sistem Hukum Tiongkok

Sebuah kisah pembunuhan baru-baru ini telah menjadi perhatian media Tiongkok dan netizen secara online.

Dan tidak seperti kebanyakan kasus pembunuhan, banyak orang berpihak pada si pembunuh.

Pada malam Tahun Baru Imlek, Zhang Koukou (35 tahun) balas dendam pada tiga orang yang terlibat dalam kematian ibunya. Zhang menyaksikan ibunya dipukuli sampai mati saat berusia 13 tahun.

Lebih dari dua dekade kemudian, dia memulai misi balas dendamnya, membunuh Wang Zixin dan kedua putranya, Wang Zhengjun dan Wang Xiaojun.

Pada 15 Februari segera setelah siang hari, Wang Zixin (71 tahun) sedang dalam perjalanan pulang untuk menyiapkan makan malam besar untuk liburan malam Tahun Baru Imlek. Zhang, mantan tentara pasukan khusus, muncul entah dari mana dan menikamnya berkali-kali dengan pisau. Zhang kemudian menggunakan pistol untuk membunuh Wang Zhengjun, dan menyayat tenggorokan Wang Xiaojun.

Setelah insiden tersebut, media Tiongkok, termasuk Beijing News, mewawancarai penduduk desa setempat di kampung halaman Wang di desa Wangping di Kota Hanzhong, Propinsi Shaanxi, untuk mencari tahu mengapa Zhang melakukan kejahatan kekerasan ini. Beberapa rincian tidak konsisten di antara berbagai laporan media, namun berita utama seputar insiden tersebut terjadi pada tahun 1996.

Tahun 1996 dimana keluarga Zhang terlibat dalam perselisihan dengan keluarga Wang, yang merupakan tetangga. Ibu Zhang terlibat dalam pergumulan dengan salah satu putra Wang. Akhirnya, Wang Zhengjun memukul ibu Zhang di kepala dengan sebuah tongkat kayu, yang menyebabkan kematiannya. Pada saat itu, Wang Xiaojun adalah kepala desa setempat, sebuah jabatan pemerintahan tingkat bawah. Wanglah yang menggunakan pengaruh kekuasaannya untuk mengizinkan saudaranya dibebaskan atas pembunuhan tersebut, terhadap hukuman tujuh tahun penjara. Penduduk desa mengatakan bahwa saudara laki-laki tersebut terakhir baru menjalani tiga tahun dari tahun yang seharusnya.

pembunuhan balas dendam
Petugas polisi paramiliter Tiongkok mengawasi kerumunan orang di sebuah pekan raya Tahun Baru Imlek di kuil di Beijing pada tanggal 19 Februari 2018. (Greg Baker / AFP / Getty Images)

Dihadapkan pada ketidakadilan semacam itu, Zhang berbalik untuk membalas dendam. Dia membakar mobil Wang Xiaojun, namun telah menyuruh para penduduk desa yang telah berkumpul untuk memastikan api itu dikendalikan, karena dia khawatir akan menyebar ke rumah-rumah terdekat.

Setelah dia menyelesaikan urusannya tersebut, Zhang pergi ke makam ibunya untuk memberi penghormatan. Dia memakan semangkuk mie di warung setempat, lalu menyerahkan diri ke polisi.

Anggota keluarga Wang lainnya tidak terluka.

Berita tersebut menuai curahan simpati dari para netizen Tiongkok, yang mengira Zhang melakukan perbuatan yang benar untuk membalas dendam ibunya.

Beberapa menulis esai panjang untuk membela dirinya, termasuk sebuah cerita pendek biografi yang ditulis dengan gaya klasik Tiongkok. Banyak yang mencatat bahwa orang Tionghoa kuno menganggap pembalasan dendam kepada orang tua sebagai tindakan kehormatan dan kesalehan, mencantumkan contoh tokoh penting dari sejarah Tiongkok. The Classic of Rites, teks penting di dalam norma Konfusianisme, menyatakan: Jika orang tua dibunuh, anak-anak dan musuh fana mereka tidak dapat hidup di bawah langit yang sama, tulis netizen.

Seorang pejabat Partai, kepala lembaga penelitian hukum yang berafiliasi dengan negara, menulisnya ke WeChat, sebuah platform media sosial yang populer, untuk meminta pembebasan Zhang.

Yang lain bertanya siapa orang yang melindungi si pembunuh, pada tahun 1996? Apakah orang-orang itu masih dalam posisi berkuasa? Dalam sebuah masyarakat tanpa aturan hukum yang netral, kekuasaan dapat selalu menginjak hukum tersebut, kata komentator politik Tiongkok, Wu Xiaohua. “Mereka yang tidak memiliki kekuatan atau pengaruh akan menggunakan kekerasan untuk mencari keadilan,” kata Wu.

Setelah berita tentang kasus pembunuhan Zhang menjadi viral, polisi setempat memberikan versi cerita mereka, berdasarkan dokumen hukuman yang dikeluarkan setelah pengadilan Wang pada tahun 1996. Ibu Zhang telah berjalan menuju rumah keluarga Wang dan meludah di wajahnya, memicu konfrontasi. Ketika ibu Zhang menggunakan alat besi untuk memukulnya, Wang Zhengjun membalas dan memukul kepalanya, menyebabkan kematiannya. Banyak netizen protes keras atas ketidakadilan yang nyata, dan tidak mempercayai cerita tersebut.

Pada 21 Februari, akun WeChat “Cloud Media” melakukan wawancara dengan ayah dan saudara perempuan Zhang, yang menolak versi cerita tersebut. Saudara perempuan Zhang, Zhang Libo, mengatakan keluarga Wang telah menyuap penduduk desa untuk bersaksi melawan keluarga Zhang di pengadilan. (ran)

Zhang Dun memberikan kontribusi untuk laporan ini.

ErabaruNews