5 Hari Suriah Bombardir Wilayah Ghouta Timur, Lebih 400 Warga Sipil Tewas

Epochtimes.id- Serangan bertubi-tubi baru-baru ini dilakukan pasukan Suriah terhadap kawasan yang dikuasi pemberontak penentang Presiden Bashar al-Assad di Ghouta Timur membunuh puluhan orang pada Kamis (22/02/2018).

Serangan tersebut menyebabkan lebih banyak jumlah warga sipil yang tewas dalam serangan lima hari oleh pemerintah Suriah. Angka korban ditulis oleh AFP diperkirakan lebih dari 400 jiwa.

Seruan gencatan senjata demi kemanusiaan di perang paling berdarah dalam konflik selam tujuh tahun di Suriah, gagal menghentikan 46 lebih orang terbunuh ketika serangan udara dan tembakan roket Suriah.

Pendukung rezim Suriah, Rusia mengatakan bahwa “tidak ada kesepakatan” di Dewan Keamanan PBB mengenai gencatan senjata 30 hari untuk Suriah dan memberikan amandemen terhadap rancangan resolusi memungkinkan pengiriman bantuan dan evakuasi warga sipil dari daerah Ghouta Timur yang dikepung.

Ketika para diplomat menggelar pemungutan suara di Dewan Kemanan PBB, sejumlah warga sipil berkumpul di ruang bawah tanah. Sementara itu, pasukan pemerintah menghujani daerah kantong dengan roket dan bom, mengubah kota menjadi ladang reruntuhan dan menghancurkan rumah sakit.

Kelompok bantuan Doctors Without Borders mengatakan sebnayak 13 dari fasilitas yang didukung di Ghouta Timur rusak atau hancur hanya hitungan tiga hari. Akibatnya, staf yang tersisa hanya sangat sedikit memberikan pertolongan terhadap ratusan korban luka setiap hari.

Seorang anak berjalan di dekat bangunan-bangunan yang rusak di kota Douma yang terkepung, Ghouta Timur, Damaskus, Suriah pada tanggal 20 Februari 2018. (Reuters / Bassam Khabieh/via The Epochtimes)

Di rumah sakit Douma, kota utama di daerah kantong sebelah timur Damaskus, mayat-mayat yang terbungkus kain kafan putih sudah berjejer di lantai, dua di antaranya adalah anak-anak.

“Lima hari serangan udara dan tembakan artileri secara intens oleh rezim tersebut dan sekutu Rusia telah membunuh 403 warga sipil, termasuk 95 anak-anak,” kata Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia.

Hujan bom saat pagi hari dari pesawat tempur pada Kamis (22/02/2018). Beberapa di antaranya orang Rusia menurut Observatorium Suriah.

Rusia sejauh ini menolak keterlibatan langsung dalam serangan terhadap Ghouta. Namun surat kabar pemerintah pro-pemerintah Suriah Al-Watan melaporkan pada Kamis lalu bahwa pesawat tempur dan penasihat Rusia telah bergabung dalam pertempuran tersebut.

AS mengatakan pada bahwa Rusia memiliki “tanggungjawab” atas kematian tersebut.

“Tanpa dukungan Rusia terhadap Suriah, kerusakan dan kematian pasti tidak akan terjadi,” kata Juru Bicara Departemen Luar Negeri Heather Nauert kepada wartawan.

Rezim dan pasukan sekutu telah berkumpul di sekitar daerah kantong, di mana diperkirakan 400.000 warga sipil berdomisili. Pasukan pro Assad ini akan menggelar serangan darat yang mungkin terjadi untuk menyingkirkan kelompok Islam dan jihadis.

“Kami terdiri 14 wanita dan anak-anak yang tinggal di sebuah ruangan seluas 10 kaki, tanpa toilet dan tempat untuk mandi,” kata Umm Abdo yang berusia 53 tahun, yang bergabung dengan sebuah kelompok besar di ruang bawah tanah sebuah sekolah di Arbin.

Jeda perang ketika hujan pada Kamis (22/02/2018) menyebabkan sejumlah penduduk keluar dari ruang bawah tanah dan tempat penampungan mereka untuk membeli makanan, memeriksa properti mereka atau menanyakan tentang keluarga dan tetangga mereka.

Di kota Hammuriyeh, sebuah antrean menjalar di luar sebuah toko saat penduduk kelaparan mencoba untuk memenuhi persediaan makanan. Namun sebuah roket menebarkan kepanikan dan mengirim kembali semua orang ke tempat persembunyian mereka.

Di Douma, seorang anak laki-laki mencoba menjajakan korek api di jalan tapi tembakan roket dengan cepat memaksanya untuk kembali berlari menghindari dari efek ledakan roket.

Perang saudara Suriah kini telah berlangsung selama bertahun-tahun. Ratusan ribu warga tewas dan 11 juta orang terpaksa menjadi pengungsi meninggalkan kampung halaman mereka. (asr)

Sumber : AFP/NewIndianExpress