Lewat Perjalanan Panjang dan Berliku Wanita Jerman Akhirnya Temukan Tambatan Spiritual

oleh Venus Upadhayaya/Tian Yun

Sarnath, taman rusa tempat Sakyamuni pertama kali mengajarkan Dharma, terletak di India utara, adalah salah satu dari empat tempat suci Buddhisme India kuno.

Di sinilah Christians Elisabeth Teich, seorang wanita bangsa Jerman, mengelola sebuah tempat penginapan B&B. Rumah bata kecil yang berada persis di belakang Big Buddha Tower, terlindung di bawah pepohonan hijau yang rindang dengan warna-warni bunga yang sedang mekar di taman.

Suatu pagi, reporter mendorong pintu depan berwarna kuning dan masuk ke dalam ‘wilayah’  Chris dan terus melangkah sampai memasuki dunia batinnya.

Chris panggilan Christians Elisabeth Teich, berasal dari Jerman. Ia memang pecinta alam sejak kecil, dan setelah tumbuh dewasa, ia gemar melakukan perjalanan jauh untuk menikmati budaya eksotis dari berbagai negara. Selama puluhan tahun ini dengan sebuah ransel di punggung, ia sudah melakukan perjalanan ke 55 negara di dunia.

Di usianya yang ke 21 itu Chris untuk pertama kali mengunjungi India. Pada saat itu, dia adalah seorang siswa yang sedang mempelajari seni pahat. Dan ia pun tidak pernah membayangkan bahwa kerajaan Budha kuno ini memiliki takdir indah yang terikat erat dengan dirinya.

Di masa mudanya, Chris suka mempelajari berbagai buku religius dan filosofis, kemudian memulai sebuah perjalanan. “Saya sangat haus untuk melihat dunia ketika usia menginjak dua puluhan, tapi saya tidak punya uang sehingga saya bergantung pada kendaraan seadanya untuk menjelajahi banyak negara seperti Prancis, Spanyol, Italia, Belanda, Inggris, Skotlandia, Irlandia dan Afrika Utara. Kadang kala saya bahkan bermalam di daerah-daerah pertanian atau di hutan. ”

Chris juga pernah menjadi pekerja sosial untuk membantu mendirikan sekolah dan rumah buat anak-anak di Afrika. Selama kelaparan besar terjadi di Ethiopia pada tahun 1985, ia menjadi sukarelawan di sana untuk membantu penyelamatan. Dengan mata kepala sendiri ia menyaksikan penderitaan dan kematian sejumlah warga Ethiopia.

Setelah 7 tahun di Afrika, Chris kemudian pindah ke Amerika Latin untuk berkerja selama 6 tahun melayani masyarakat setempat. Di sana, ia kembali menyaksikan kenyataan pahit.

Pengalaman ini membuat hatinya terguncang, dan mendorongnya untuk memahami apa makna sebenarnya dari keberadaan manusia dan apa pula yang menjadi akar penyebab ketidakberuntung manusia ?

Selama berlanglang buana ini Chris belum mampu memecahkan pertanyaan menyangkut kehidupan yang muncul dalam benaknya.

Sementara saat berada di Brasil, ia melihat sebuah selebaran yang memperkenalkan daerah Ladakh, India yang menjadi pendorong dirinya untuk kembali ke India. Beberapa tahun kemudian, Chris menikah dengan pria yang sekarang menjadi suaminya.

Pemandangan dataran tinggi Ladakh. (KennyOMG / Wikimedia Commons)

Untuk menghindari cuaca Sarnath yang panas dan kelembaban yang cukup tinggi, Chris setiap tahun selalu pergi dan tinggal selama beberapa bulan di Dataran Tinggi Ladakh.

Suatu ketika, dalam sebuah kegiatan peringatan Hari Perempuan, Chris melihat seorang wanita Tiongkok Amerika sedang duduk bermeditasi. Dia langsung tertarik dan melangkah maju untuk bertanya, dari mulut wanita itulah ia mulai mengenal latihan meditasi Falun Dafa.

Chris sebelumnya telah banyak mengenal tentang doktrin dan praktek budidaya hidup-spiritual. Secara kebetulan ia sekarang bertemu dengan Falun Dafa dan muncul minat untuk mendalaminya. Setelah berpikir panjang, Chris memutuskan untuk berkultivasi melalui ajaran Falun Dafa.

Chris sedang membaca ‘Zhuan Falun’, buku utama Falun Dafa. (Venus Upadhayaya/NTD)

Tidak terasa 15 tahun berlalu sudah. “Falun Dafa ini benar-benar telah mengubah diri saya. Dulu tubuh saya banyak masalah, sini sakit sana sakit, dan lenyap setelah saya berlatih Falun Dafa. Sekarang, saya dapat mengatasi  masalah yang muncul dalam praktek kehidupan sehar-hari dengan pikiran yang lebih tenang dan sabar,” kata Chris.

Setelah berlatih Dafa, Chris sudah memilik kesehatan yang prima dan pikiran yang tenang. Tentu kabar baik ini ingin ia sebarkan kepada orang lain. Jadi ia kembali dengan ransel di punggung pergi ke berbagai daerah di India untuk memperkenalkan Falun Dafa.

Sejauh ini, dia telah mengunjungi lebih dari 60 buah sekolahan, banyak tempat di India seperti Ladakh, wilayah timur laut India, Uttar Pradesh, Uttarakhand, Himachal Pradesh dan Karnataka sudah pernah ia jelajahi untuk memperkenalkan Falun Dafa.

Di sela waktu latihan Falun Dafa bersama murid-murid, Chris juga membicarakan isu tragis yang dialami Falun Dafa : Praktek meditasi dengan duduk damai ini terus dilarang dan berusaha untuk ditumpas secara brutal oleh pemerintah di negara asalnya yaitu Tiongkok.

Chris mengatakan : “Partai Komunis Tiongkok (PKT) mempropagandakan ajaran yang tidak mengenal Tuhan dan mulai melakukan penganiayaan dan pembunuhan sadis terhadap praktisi Falun Dafa yang tidak bersalah sejak tahun 1999”

“Ketika saya memberi tahu para guru dan murid sekolahan tentang keajaiban Falun Dafa, saya juga memberitakan kepada mereka bagaimana PKT menganiaya orang-orang baik ini. Namun, di sisi lain, masyarakat seluruh dunia justru menerima dan menyambut baik metode kultivasi spiritual ini,” katanya.

Chris sedang melakukan klarifikasi fakta kepada masyarakat Ladakh. (Courtesy of Christians Elisabeth Teich)

Wajah Chris, menggantung tahun-tahun angin dan embun beku, mengungkapkan ketenangan dan kegembiraannya. Saat berbicara dengannya, Anda bisa merasakan kebahagiaannya sepenuh hati. Jenis kebahagiaan, dengan daya tarik yang bergerak, seolah mencairkan kepahitan hidup.

Meskipun keriput mulai timbul di wajah Chris yang telah di makan usia, tetapi ketenangan dan kegembiraan yang dipancarkan dari dalam hatinya sungguh menarik, pancaran itu layaknya memiliki daya magnit yang mampu memikat rasa bahagia dan menolak kepahitan yang dialami dalam kehidupan orang-orang yang berada di dekatnya.

Chris foto bersama warga di depan panel klarifikasi fakta Falun Dafa di Ladakh. (foto Minghui)

Dengan mengingat kembali masa-masa lalunya yang penuh keunikan, Chris berujar :

“Dengan berkeliling dunia, saya memperoleh banyak cinta dan kehangatan. Namun bagaimanapun juga, hasil terbaik yang saya dapatkan adalah memperoleh tambatan spiritual … Penderitaan dunia belum berakhir, tapi saya menemukan sekaligus membagikan ajaran Sejati – Baik – Sabar kepada setiap orang agar mereka dapat memungut kembali harapan yang telah sirna untuk memulai lagi kehidupan yang lebih baik”.

Mentari sedang menebarkan cahaya warna kuning emas di pekarangan rumah yang tidak besar ini. Di depan pintu bagian atas terpapar sebuah spanduk yang bertuliskan FALUN DAFA IS GOOD! (Sinatra/asr)

Sumber : Epochtimes.com

 

1 COMMENT

Comments are closed.