Saat Mahasiswi Korea Utara Dijadikan Sapi Perah untuk Menggaet Devisa

oleh Wu Ying

Epochtimes.id- Media Korea melaporkan bahwa untuk menghindari sanksi Perserikatan Bangsa-Bangsa, diktator Korea Utara Kim Jong-un sekarang memanfaatkan mahasiswi Korut yang magang kerja di beberapa restoran di Tiongkok untuk menggaet devisa.

Mereka selain dibatasi kebebasannya juga sebagian besar upah magangnya akan ditahan petugas yang ditunjuk pihak Pyongyang.

Reporter media ‘Daily NK’  sengaja mengunjungi Tiongkok untuk mendalami masalah tersebut menemukan, di sejumlah restoran patungan modal Korea Utara dengan Tiongkok yang berada di Dandong dan kota lainnya di propinsi Liaoning.  Selain bisa melihat para pekerja berusia muda, juga akan menemui beberapa mahasiswi muda dengan memakai seragam sekolah sedang bekerja sebagai pramusaji.

Sebagian besar dari mereka itu berasal dari Jang Chol Gu University of Commerce di Pyongyang. Menurut tata tertib, mereka wajib bekerja magang di restoran atau hotel-hotel yang berada di Tiongkok selama 2 tahun setelah 2 tahun mengikuti pelajaran di kampus.

Pihak berwenang Korea Utara mulai menerapkan tata tertib ini pada tahun 2014. Namun, mahasiswi Korea Utara juga tidak memiliki kebebasan sebagaimana yang dialami para tenaga kerja Korea Utara lainnya. Selain itu, sebagian besar upah magang mereka harus diserahkan ke pihak berwenang Korea Utara.

Sanksi PBB memiliki setidaknya 3  resolusi mengenai pekerja asing asal Korea Utara, termasuk melarang otoritas Korea Utara mengekspor tenaga kerja (resolusi no.2371). Para pekerja asing asal Korea Utara harus segera kembali ke negaranya setelah kontrak berakhir (resolusi no. 2375),

Dan resolusi yang ditandatangani akhir tahun lalu yakni no. 2397, yang menetapkan pekerja Korea Utara yang masih bekerja di luar negeri harus kembali ke Korut dalam waktu dua tahun.

Analisis ‘Daily NK’ menyebutkan, Pyongyang mengirim mahasiswinya untuk magang di Tiongkok yang tujuannya adalah untuk menghindari sanksi PBB.

Reporter ‘Daily NK’ mengatakan bahwa gadis-gadis mahasiswi tersebut berkarakter lebih berani, tidak malu-malu jika dibandingkan dengan para pramusaji yang dikirm ke Tiongkok kira-kira 3 tahun lalu.

“Mereka tidak gugup setelah mengetahui bahwa kita adalah warga Korea Selatan,” jelas sumber itu. Bahkan secara blak-blakan mengungkapkan perasaan ingin bisa berkunjung ke Seoul.

Ketika mereka kita tanya “Apakah di sini menyediakan Soju (minuman distilasi asal Korea) ?” Gadis pramusaji menjawab : “Soju Korea Selatan ? Kami memiliki soju bagian selatannya Korea Utara (memiliki arti yang sama dengan Korea Selatan)”.

Seorang mahasiswi Korea Utara memberitahu reporter ; Daily NK’, jam kerja mereka setiap hari  melebihi 12 jam mulai dari pukul 09:30 dengan istirahat 1 hari dalam 1 bulan. Setelah 2 tahun bertugas, mereka akan dipulangkan ke Pyongyang. Upah selama magang kerja sangat sedikit. Kebutuhan sehari-hari biasanya akan disediakan oleh orang yang bertanggung jawab.

Selain bertugas sebagai pramusaji, para mahasiswi tersebut juga harus naik panggung untuk mengisi acara show selama kurang lebih setengah jam setiap hari setelah pukul 17:30. Acara show itu termasuk nyanyi solo, memainkan instrumen secara solo, tari-menari, memainkan musik ringan dan lainnya.

Mereka juga mengeluh dengan kewajiban setiap hari menggunakan sepatu berhak setinggi 10 cm yang sangat melelahkan, selain itu mereka juga tidak diperbolehkan untuk duduk-duduk. Setiap malam harus belajar bahasa Mandarin selama 30 menit, tidak diperkenankan bebas bepergian atau menggunakan pakaian milik pribadi, tidak boleh memakai ponsel. Hanya bisa menulis surat bila ingin berhubungan dengan keluarga di Korea Utara.

Seorang sumber asal kota Dandong mengatakan : “Status resmi para gadis-gadis itu adalah mahasiswi magang yang menerima upah 500 dollar AS setiap bulannya. Uang itu tidak diberikan langsung kepada individu, tapi diserahkan kepada penanggungjawab mereka.” (Sinatra/asr)