Direktur Intelijen Nasional Amerika Ragukan Kesungguhan Niat Dialog Korea Utara

EpochTimesId – Baru-baru ini pejabat Korea Selatan mengumumkan bahwa Korea Utara bersedia melakukan dialog dengan Amerika Serikat tentang denuklirisasi. Namun, Direktur Intelijen Nasional Amerika Serikat, Dan Coats, dalam acara dengar pendapat parlemen menyatakan keraguannya terhadap ucapan Kim Jong-un.

“Tidak ada bukti bahwa pemimpin Korea Utara Kim Jong-un bersedia melepaskan senjata nuklirnya,” ujar Dan Coats, seperti dikutip dari Voice of America (VOA) pada 7 Maret 2018.

Chung Eui-Yong (kanan) bersama Presiden Korea Utara, Kim Jong-Un. (South Korean Presidential Blue House/Getty Images/The Epoch Times)

Kepala Kantor Keamanan Nasional Istana Cheong Wa Dae (Gedung Biru), Chung Eui-yong sudah kembali dari kunjungannya ke Pyongyang pada 6 Maret 2018. Dalam konperensi pers, dia mengatakan bahwa Kim Jong-un telah menyatakan kesediaannya untuk berdialog dengan AS tentang rencana denuklirisasi.

Korut juga berjanji menghentikan uji coba senjata nuklir saat dialog berlangsung.

“Korea Utara dengan jelas menyatakan niatnya untuk melakukan denuklirisasi semenanjung selama tidak menghadapi ancaman militer dan mendapatkan jaminan keamanan dirinya. Korea Utara tidak memiliki alasan untuk mempertahankan program nuklir mereka,” demikian menurut Chung Eui-yong di depan awak media.

Pada masa lalu, pemerintah AS telah mencoba untuk bernegosiasi dengan Korea Utara mengenai isu nuklir tersebut. Dan Coats dalam sebuah acara dengar pendapat parlemen pada 6 Maret 2018 menyatakan Amerika jangan membuang waktu untuk bermain-main dengan rezim komunis.

“Dan hasilnya (dialog pada masa lalu) sangat mengecewakan. Akhirnya Korea Utara justru menang dalam merebut waktu (berhasil memanfaatkan kesempatan untuk mengembangan program nuklir).”

“Kim Jong-un berulang kali menyatakan tidak ingin menghapus senjata nuklir. Ia yakin bahwa senjata nuklir sangat penting dalam mempertahankan kekuasaan bagi keluarga Kim dan kelangsungan hidupnya. Hingga saat ini kami tidak memiliki sedikit pun bukti bahwa Kim Jong-un bersedia melepaskan senjata nuklir,” beber Coats.

Sementara itu, Robert Ashley yang hadir dalam acara dengar pendapat parlemen mengaku sependapat dengan Coats. Ashley mengatakan bahwa dia pribadi tidak optimis terhadap pernyataan kesediaan Kim Jong-un menghapus senjata nuklir.

Pada pagi hari itu, ketika Korea Utara menyatakan kesediaannya untuk menegosiasikan pelucutan senjata nuklir, Presiden Donald Trump menulis di Twitter bahwa pertemuan (antar kedua Korea) mungkin merupakan sebuah kemajuan. Tapi harapan akan kemajuan menuju dialog bisa saja palsu.

Trump menggarisbawahi niat Korea Utara bahwa selama dialog akan menunda uji coba nuklir. Menurutnya itu karena pemerintah Korea Utara telah merasakan sakit akibat sanksi keras Amerika Serikat.

“Kita lihat saja nanti,” ujar Trump.

perdagangan nuklir bawah tanah
Foto ini diambil pada 29 November 2017 dan dirilis pada 30 November 2017 oleh Kantor Berita Pusat Korea Utara Korea Utara, menunjukkan peluncuran rudal interballistik Hwasong-15. (AFP PHOTO / KCNA VIA KNS)

Pengamatan eksternal menemukan, pihak berwenang Pyongyang tidak berkomentar setelah pihak Korea Selatan mengumumkan kesediaan Korea Utara untuk bernegosiasi dengan Amerika Serikat mengenai denuklirisasi.

Beberapa pejabat baik Amerika maupun Korea Selatan berpendapat senada dengan Coats. Mereka mengkhawatirkan bahwa, jika mengingat kegagalan perundingan sebelumnya, Korea Utara mungkin sedang mencoba untuk mengulur-ulur waktu.

Korut dikhawatirkan memainkan skenario lawas yang sama, agar mendapatkan kesempatan mengembangkan senjata. Mereka berusaha meringankan sanksi yang diberlakukan oleh Amerika Serikat dan Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Wakil Presiden AS Mike Pence mengatakan, semua pilihan sudah dibeberkan ‘di atas meja’. Amerika Serikat akan terus memberi tekanan kuat sampai terlihat bukti nyata atas tindakan Korea Utara guna mendorong penghapusan senjata nuklir milik mereka sendiri. (Tang Feng/NTDTV/Sinatra/waa)