Kim Jong-un Menyatakan Kesediaannya untuk Membongkar Fasilitas Nuklir Korut

oleh Chen Juncun

Media Korea Selatan mengutip pemberitaan sumber menyebutkan bahwa saat bertemu dengan delegasi Korea Selatan yang dipimpin Chung Eui-yong, Kim Jong-un mengklaim bahwa Korea Utara bersedia membongkar fasilitas senjata nuklir, bukan hanya membekukan saja.

Analis berpendapat bahwa Kim Jong-un bisa jadi akan menuntut imbalan dari denuklirisasi Korea Utara. Di antaranya termasuk Amerika Serikat menarik militernya secara permanen dari Korea Selatan.

Media Korea Selatan ‘Joongang Ilbo’ mengutip seorang sumber asal pemerintah mengatakan bahwa Kim Jong-un telah menyatakan kesediannya untuk denuklirisasi Korea Utara. “Tidak hanya membekukan saja, tetapi termasuk pemusnahan senjata-senjata nuklirnya”.

Sumber tersebut mengatakan : “Apakah Korea Utara benar-benar berniat meninggalkan nuklir, kita perlu menunggu dan melihat mulai sekarang”

Seorang sumber lainnya menyebutkan bahwa pesan keinginan Kim Jong-un untuk membebaskan negaranya dari senjata nuklir telah disampaikan kepada Presiden Trump melalui delegasi khusus Korea Selatan yang berkunjung pada 5 Maret lalu.

Sumber tersebut mengatakan : “Dalam laporan singkat (Utusan Khusus Korea Selatan) yang disampaikan kepada Gedung Putih itu telah meliputi komitmen Kim Jong-un untuk mencapai denuklirisasi sebagaimana yang diharapkan Trump.”

Sedangkan ‘Donga Ilbo’ mengutip ucapan pejabat senior Cheong Wa Dae memberitakan, Kim Jong-un ingin menandatangani sebuah kesepakatan damai sekaligus menjalin hubungan diplomatik dengan Amerika Serikat, termasuk menempatkan Duta Besar di Pyongyang.

Apakah denuklirisasi Korea Utara tanpa imbalan ?

Menurut laporan ‘Korea Times’, Balbina Hwang, seorang profesor tamu di Universitas Georgetown yang bertugas sebagai penasihat khusus untuk Departemen Luar Negeri AS selama masa pemerintahan Bush percaya bahwa. Korea Utara mungkin akan menuntut imbalan dari denuklirisasi, dengan meminta Amerika Serikat menarik tentaranya dari Korea Selatan.

Balbina Hwang mengatakan, dalam dialog terakhir antar kedua Korea itu ada disinggung soal seluruh Semenanjung Korea harus bebas senjata nuklir. Ini adalah poin penting karena itu juga terkait dengan persyaratan utama yang dikehendaki Korea Utara.

Dari sudut pandangnya, persyaratan yang dituntut Korea Utara adalah mencari “pengamanan”  Jika Korea Utara meninggalkan senjata nuklirnya, Korea Selatan juga harus meninggalkan payung perlindungan nuklir dari AS sehingga militer AS harus keluar dari Semenanjung Korea.

Kim Jong-un dalam pembicaraan dengan delegasi Korea Selatan menyatakan, jika keamanan terjamin, Korea Utara tidak ada alasan untuk memiliki senjata nuklir.

Balbina Hwang menunjukkan, mungkin akhirnya Korea Selatan harus memutus tali persekutuan dengan Amerika Serikat sebagai harga yang perlu dibayar. Balbina tidak tahu apakah ini yang terbaik untuk kedua negara. Tapi ini jelas sesuatu yang harus diputuskan oleh Korea sendiri, tetapi tidak bisa dan tidak boleh diputuskan oleh Amerika Serikat.

Namun demikian Balbina masih bersikap ragu terhadap berhasil tidaknya pertemuan yang akan dilangsungkan sebelum bulan Mei mendatang berakhir. Ia mengatakan bahwa dalam jangka panjang, ia tidak mengharapkan banyak perubahan aktual atau kemajuan dari pembicaraan semacam itu, karena mungkin saja pertemuan itu mengalami keguguran di tengah jalan akibat tidak mencapai kemajuan.

Selama ini Korea Utara memanfaatkan dialog sebagai modal untuk memperoleh bahan bakar minyak, pasokan makanan atau untuk mencairkan dana yang terkena pembekuan. Negara tersebut juga mencatat rekor sering melanggar komitmen yang telah disepakati.

Sebelumnya, Kyle Ferrier, direktur urusan akademis dan penelitian di Korea Economic Institute, sebuah organisasi nirlaba yang berlokasi di Washington, DC, mengatakan bahwa dialog Kim Jong-un dengan Trump mungkin dapat memunculkan tuntutan yang lebih besar, seperti Amerika Serikat harus menarik militernya dari Korea Selatan secara permanen.

Ia mengingatkan, baik Amerika maupun Korea Utara dalam mengambil keputusan mengalah sekecil apapun perlu berhati-hati, karena “Di masa lalu, Korea Utara sering melanggar  kesepakatan,” katanya. (Sinatra/asr)