Trump Ingin Bentuk Tentara Angkatan Luar Angkasa

EpochTimesId – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump menyuarakan ide untuk mendirikan sebuah cabang militer baru. Angkatan baru itu akan didedikasikan untuk perang antariksa.

Seruan Trump itu disampaikan dalam sebuah pidato kepada anggota dinas militer di California pada hari Selasa, 14 Maret 2018 waktu setempat.

Meskipun gagasan Trump ini adalah hal baru dalam wacana di tingkat atas politik Amerika, para ahli angkatan bersenjata terkemuka telah lama memperingatkan bahwa ruang angkasa adalah perbatasan militer.

Laporan intelijen Rusia dan China mengungkap bahwa mereka mengembangkan laser yang bisa meledakkan satelit di luar angkasa. Informasi itu pun menimbulkan kekhawatiran di kalangan petinggi militer dan di Kongres AS.

Mereka khawatir bahwa musuh asing sedang mengejar teknologi ruang angkasa untuk menantang dan mengalahkan Amerika Serikat.

“Mereka telah membangun senjata, menguji senjata, membangun senjata untuk beroperasi dari bumi ke luar angkasa, senjata mematikan, senjata laser, dan mereka tetap merahasiakannya,” klaim Jenderal John Hyten, kepala Komando Strategis AS, mengatakan pertengahan Desember tahun lalu, seperti dikutip dari CNN.

“Mereka membangun kemampuan untuk menantang Amerika Serikat, untuk menantang sekutu kita, dan untuk mengubah keseimbangan kekuatan (militer) di dunia. Kita tidak bisa membiarkan hal itu terjadi,” Hyten menambahkan.

Trump mengungkapkan niatnya untuk menciptakan cabang militer baru saat kunjungan pertamanya ke California pada hari Selasa (13/3/2018). Presiden berpidato di depan pasukan yang bertugas di Marine Corps Air Station Miramar.

“Strategi nasional baru saya untuk ruang angkasa mengakui bahwa ruang adalah wilayah perang, seperti darat, udara, dan laut,” kata presiden. “Kami bahkan mungkin memiliki Angkatan Antariksa.”

“Saya berkata, ‘Mungkin kita butuh kekuatan baru. Kami akan menyebutnya sebagai Space Force, ‘. Dan aku tidak terlalu serius. Lalu saya berkata, ‘Ide yang bagus sekali. Mungkin kita harus melakukan itu. Itu bisa terjadi. Itu bisa jadi cerita besar.'” ujar Trump bercerita.

Presiden Donald Trump berbicara di depan para tentara di Miramar Marine Corps Air Station pada tanggal 13 Maret 2018 di San Diego, California. (Sandy Huffaker/Getty Images/The Epoch Times)

Rusia dan China menemukan potensi yang mengubah satelit sebagai alat perang selama Perang Teluk 1991. Mereka berhasil mengetahui bahwa Amerika Serikat sukses menggunakan data intelijen yang dikumpulkan dari satelit.

Sejak saat itu, menurut Hyten, mereka telah mencari cara untuk mencegah Amerika Serikat memanfaatkan keuntungan ruang angkasa dalam konflik potensial.

Tapi misi penting satelit adalah pertahanan rudal. Dia mengatakan bahwa satelit tidak mudah untuk dipertahankan.

“Setiap rudal yang keluar dari planet ini pertama-tama dilihat oleh salah satu kemampuan peringatan rudal di atas,” kata Hyten.

Wakil Rakyat Mike Rogers (Republikan/Alabama) memperkuat kekhawatiran Hyten.

“Kebanyakan orang tidak memikirkan fakta bahwa cara pertama kita mendeteksi peluncuran oleh Korea Utara, sehingga kita dapat mengubah radar kita untuk mulai melacaknya dan mulai mengarahkan pencegat kita untuk bisa menabraknya tepat waktu, adalah satelit. Sampai di sana menunggu tanda tangan panas itu,” kata Rogers pada CNN. “Kami tidak bisa membiarkan satelit itu terpesona (tidak bereaksi) selama 10 atau 15 menit, akan sangat terlambat.”

Dark Matter Particle Explorer (DAMPE) (foto) sekarang mengumpulkan lebih banyak data dari luar angkasa untuk membantu peneliti mencari tahu apa yang mungkin terjadi.

Beberapa kompleksitas terlibat dalam konflik di luar angkasa, terutama karena tidak ada aturan main keterlibatan.

“Ini mungkin waktu yang tepat bagi negara kita untuk mulai membicarakan hal ini,” kata Heather Wilson, sekretaris Angkatan Udara.

Dia menambahkan bahwa jika terjadi serangan terhadap satelit AS, militer memerlukan sebuah kebijakan yang mempertimbangkan hal itu sebagai serangan militer.

Angkatan Udara AS sebenarnya sudah memiliki Command Space, atau Satuan Antariksa. Namun operator satelit selama ini hanya dianggap sebagai staf pendukung teknis untuk para komandan perang.

Kedepannya, operator satelit akan mengambil peran yang semakin sentral. Hal itu diklaim oleh Mayor Jenderal Joseph Guastella Jr., direktur operasi udara, ruang, dunia maya dan intelijen terpadu, pengawasan dan pengintaian di Komando Angkatan Udara.

Dibandingkan dengan pilot pesawat tempur yang berlatih simulator lingkungan pertarungan immersive, sistem pelatihan untuk operator satelit dirancang untuk menandingi lingkungan yang tidak ramah atau belum pernah dikunjungi.

Untuk mengatasi kesenjangan tersebut, Angkatan Udara telah meminta dana pada 2018 dan 2019. Anggaran itu akan digunakan untuk sistem yang mensimulasikan lingkungan perang antariksa.

“Kami berada di meja warfighter. Kami tidak berada di kursi murah lagi,” kata Guastella pada pertemuan breakfast Mitchell Institute di Capitol Hill pekan lalu. “Kami sedang dalam pergeseran budaya menjadi mentalitas perang.”

Mengembangkan dan menghasilkan teknologi ruang angkasa yang mendominasi atau lebih canggih dari musuh bisa menjadi pencegah. Teknologi itu akan memerankan fungsi yang serupa dengan postur nuklir Amerika, menurut Wakil Laksmana Angkatan Laut, Charles A. Richard.

“Cara terbaik untuk mencegah perang adalah harus siap untuk berperang, dan kita akan memastikan bahwa setiap orang tahu bahwa kita akan siap untuk berperang dan memenangkan perang di semua wilayah, termasuk di ruang angkasa,” Richard mengatakan pada bulan Maret yang lalu, seperti dilansir majalah National Defense. (NTD.tv/Ivan Pentchoukov/waa)

Video pilihan :

https://youtu.be/fTKcu82AtsA