Ucapan Selamat Trump untuk Xi Jinping yang Tidak Kunjung Datang

EpochTimesId – Xi Jinping terpilih kembali sebagai presiden pada 17 Maret 2018. Banyak kepala negara telah mengirimkan pesan ucapan selamat, salah satunya adalah pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un.

Jong-un tetap mengirim ucapan selamat meski belakangan menjalin hubungan dingin dengan Tiongkok. Tetapi Presiden Trump yang paling banyak menarik perhatian justru belum membuat pernyataan apapun.

Central News Agency melaporkan, situs resmi Kementerian Luar Negeri Tiongkok merilis kiriman pesan selamat dari beberapa kepala negara di dunia. Ucapan selamat dari Jong-un pun sengaja ditonjolkan.

Dalam informasi situs Kementerian Luar Negeri yang terus diperbarui itu, juga muncul ucapan selamat dari Presiden Rusia Putin, dan Kanselir Jerman Angela Merkel. Ada pula dari PM Jepang Shinzo Abe, Presiden Korea Selatan Moon Jae-in dan sejumlah pemimpin negara lainnya.

Namun, sampai berita tersebut diturunkan, ucapan selamat dari Presiden Trump belum juga nongol di situs resmi Tiongkok itu.

Menurut laporan, ketika Xi Jinping terpilih kembali sebagai Ketua PKT pada Oktober tahun lalu, Trump menyampaikan ucapan selamat melalui sambungan telepon kepada Xi Jinping.

Ketika Xi Jinping untuk pertama kalinya terpilih sebagai kepala negara Tiongkok lima tahun lalu, telepon ucapan selamat dari Presiden Obama langsung tiba hari itu juga. Obama tetap menyampaikan ucapan selamatnya sekalipun ia juga melampiaskan ketidakpuasan atas ulah hacker PKT terhadap AS.

Apakah Trump akan memberikan ucapan selamat, dan kapan? Itu menarik perhatian masyarakat Internasional.

Setelah Trump menjadi presiden, krisis nuklir Korea Utara selalu menjadi prioritas perhatiannya. Dengan eskalasi terus-menerus dari ancaman nuklir Korea Utara, Trump sering berinteraksi dengan Xi Jinping dan mendesak Beijing untuk menekan Korea Utara.

Trump juga beberapa kali sempat mengakui hubungan pribadinya yang baik dengan Xi Jinping. Tetapi dengan krisis di semenanjung yang terus meningkat, Beijing terus gagal dalam mengambil langkah-langkah yang menentukan untuk menghentikan krisis nuklir Korea.

Sampai saat ini, Trump telah mengumumkan setuju untuk menerima undangan Kim Jong-un dan kesediaannya untuk dialog langsung, dengan mengesampingkan Tiongkok.

Analis Xia Xiaoqiang berpendapat bahwa, PKT selama ini terus memberikan toleransi atas tindakan premanisme rezim Korea Utara. Jika bukan karena PKT ingin memanfaatkan Korea Utara sebagai bemper pertahanan guna melawan kebebasan dunia, maka tak pelak lagi PKT bertujuan untuk mengarahkan perhatian dunia dari dirinya yang sedang mengalami krisis hebat.

Pertemuan Donald Trump-Kim Jong-un dapat berarti bahwa PKT akan secara bertahap hingga akhirnya kehilangan kendali atas Korea Utara.

Pada saat yang sama, ketegangan antara AS-Tiongkok terus meningkat. Trump baru-baru ini telah menerapkan tambahan pajak untuk baja dan aluminium impor dari Tiongkok.

Pada bulan Agustus tahun ini, Amerika Serikat juga akan mengumumkan hasil terhadap penyelidikan kasus pencurian hak kekayaan intelektual oleh pihak Tiongkok. Jika hasil penyelidikan tersebut positif pelanggaran, perang dagang antara kedua negara dapat lebih memanas lagi.

Amerika Serikat dapat mengenakan pajak tambahan atas produk elektronik dan aksesorinya yang diimpor dari Tiongkok. Tentunya jika negeri Tirai Bambu terbukti mencuri kekayaan intelektual dari perusahaan AS.

Baru-baru ini, Trump menandatangani ‘Taiwan Travel Act’ yang mendorong kunjungan timbal balik oleh para pejabat AS dan Taiwan di semua tingkatan.

Media Jepang yakin bahwa kemungkinan pecahnya perang dagang AS-Tiongkok. Selain itu, dengan diberlakukannya ‘Taiwan Travel Act’, keseimbangan hubungan Tiongkok-AS sangat mungkin akan terancam.(Ling Yun/ET/Sinatra/waa)

Video pilihan Erabaru Chanel :

https://www.youtube.com/watch?v=fTKcu82AtsA&t=47s