Ferrari Seharga Tiga Setengah Miliar Dihancurkan Oleh Polisi Inggris

EpochTimesId – Seorang miliuner muda, Zahid Kahn mengemudikan mobil Ferrari 458 convertible senilai 280.000 dolar AS (sekitar 3,64 miliar) ke pengadilan. Dia memarkir mobilnya di depan gedung pengadilan.

Zahid Kahn datang ke pengadilan untuk menghadi tuntutan dari sejumlah penyewa properti miliknya.

Polisi menulis surat tilang karena dia parkir di tempat yangsalah. Tidak lama kemudian, sejumlah polisi mengambil mobilnya.

Polisi tidak pernah mengembalikan mobil itu. Sekitar setahun kemudian, polisi memberi Khan sebuah video yang menunjukkan mobilnya digiling hingga gepeng oleh mesin penghancur barang bekas.

Kahn adalah seorang miliuner muda Inggris berusia 31 tahun yang menikmati gaya hidup mewah. Dia membeli Ferrari 458 Spider putih guna memamerkan kekayaannya.

Kahn dipanggil oleh pengadilan Birmingham, karena sejumlah pelanggaran terhadap penyewa pada properti yang dimilikinya, pada bulan Desember 2016.

Zahid Kahn. (Photo : Facebook)

Miliuner muda itu dijatuhi hukuman denda dan 150 jam pelayanan kepada masyarakat. Dia kembali ke pengadilan pada Maret 2017 untuk mengajukan banding atas putusan tersebut.

Tiga dari gugatan bandingnya, mengganggu keamanan dan kenyamanan penyewa, gagal menyediakan alarm asap yang memadai, dan lisensi untuk beberapa hunian. Hakim banding tetap menghukum Khan. Namun, dendanya diturunkan menjadi 2.800 dolar, dari sebelumnya 10.500 dolar.

https://www.facebook.com/photo.php?fbid=927573174059162&set=a.107031359446685.17383.100004194644526&type=3

Kemudian semua berakhir menjadi buruk baginya. Pada 5 April, Khan dipanggil oleh Polisi West Midlands dan mobilnya disita. Khan tidak dapat menunjukkan dokumen yang membuktikan kepemilikan atau asuransi, jadi polisi berpikir mobil itu mungkin hasil curian.

Ternyata, mobil itu pernah rusak parah dalam kecelakaan dan sempat menjadi barang bukti kasus kecelakaan sebelum Khan membelinya.

Di Inggris, begitu mobil dinyatakan Kategori B, maka akan dianggap rusak di luar perbaikan yang aman dan harus dimusnahkan. Meskipun bagian dari kendaraan dapat digunakan pada mobil lain.

Perusahaan asuransi telah membayar polis kepada pemilik mobil Kategori B, dan mobil itu tidak diperbolehkan untuk dijual.

Menurut posting di halaman Facebook Khan, mobil telah dinyatakan tidak dapat dikembalikan dan seharusnya tidak pernah dijual kembali.

Video Pilihan :

https://youtu.be/fTKcu82AtsA

Khan mengklaim dia membeli mobil itu secara sah di pelelangan. Tetapi dia mengaku membangunnya kembali dengan bagian-bagian dari mobil Ferrari lain.

Bagaimanapun juga, polisi telah menyita mobilnya, dan Khan memiliki beban untuk membuktikan bahwa dia memiliki hak untuk mengambilnya kembali. Dan selama hampir satu tahun, dia gagal melakukannya.

Ketika Khan berencana mengajukan tuntutan hukum, polisi keburu menghancurkan mobilnya menjadi kubus kecil besi tua.

Ferari dihancurkan. (Zahid Khan/Facebook screenshot)

“Ini Ferrari saya, polisi menghancurkannya secara tidak sah!!” Tulis Khan di halaman Facebook-nya. “Butuh waktu hampir 1 tahun untuk merilis video, saya bertanya-tanya mengapa? Mobil saya diasuransikan, dan saya adalah pemiliknya.”

Orang mungkin berpikir bahwa jika dia adalah pemilik sah dari mobil itu, maka dia pasti memiliki dokumen untuk membuktikan klaim itu.

Khan mengklaim dia memiliki semua jenis dokumentasi yang dia butuhkan. Tetapi, dia masih tidak bisa mendapatkan mobilnya kembali.

“Anda membeli mobil yang dinyatakan sebagai kategori B dan itu diperbaiki dengan bagian yang dicuri. Tolong beritahu kami lebih lanjut tentang bagaimana sistem peradilan bersalah, karena Anda tertangkap melakukan pelanggaran hukum,” tulis seorang warganet di kolom komentar postingan itu.

“Polisi tidak punya hak untuk melakukan apa yang mereka lakukan dan itu sangat menyedihkan! Uang ini bisa menjadi penyebab yang baik, karena Ferrari yang rusak untuk bagian lebih berharga daripada mobil secara keseluruhan!” Khan membalas komentar.
Khan sendiri juga terlibat beberapa kasus pelanggaran hukum ringan berdasarkan catatan polisi.(Chris Jasurek/The Epoch Times/waa)