Siswi SMA Korban Penembakan di Amerika Derita Mati Otak

ErabaruNews – Seorang Siswi SMA di Amerika Serikat, Jaelynn Willey, mengalami mati otak setelah ditembak oleh teman sekolahnya. Korban ditembak oleh Rolins Austin, 17 tahun, Selasa (20/3/2018) lalu.

Ibu korban kemudian memastikan bahwa putrinya yang berusia 16 tahun dinyatakan mati otak oleh para dokter. Peralatan yang selama ini menopang hidupnya pun akan dicabut, seperti dikutip dari VOA, Jumat (23/3/2018).

Mati otak, seperti dikutip dari wikipedia, mengacu pada kondisi tidak adanya distribusi darah dan oksigen ke dalam otak. Kondisi ini kemudian menyebabkan seluruh sistem otak, termasuk batang otak, saraf dan bagian-bagian otak lain yang mengatur aktivitas-aktivitas penghidupan seperti pernapasan dan denyut jantung, tidak lagi bekerja dengan sempurna.

Penembakan itu terjadi di SMA High Mills, Kota Great Mills. Selain Willey, seorang siswa lain juga terluka dalam insiden tersebut.

Instruktur senjata api Clark Aposhian memegang pistol saat mengajarkan kelas pelatihan senjata tersembunyi kepada 200 guru di Utah, Amerika Serikat, 27 Desember 2012 di West Valley City, Utah. (Foto : George Frey/Getty Images/The Epoch Times)

Rollins sempat diburu oleh petugas sekolah bersenjata api. Namun, polisi belum bisa memastikan apakah pelaku penembakan mati bunuh diri atau ditembak petugas sekolah.

Penyelidik mengatakan Rollins dan Jaelynn pernah berpacaran. Rollins diduga memang menargetkan mantan pacarnya karenasakit hati.

Sejumlah pelajar dievakuasi dari gedung SMA Marjory Stoneman Douglas setelah insiden penembakan yang menewaskan 17 orang pada 14 Februari 2018 di Parkland, Florida. (Foto : Joe Raedle/Getty Images/The Epoch Times)

Insiden ini terjadi hanya satu bulan setelah Nikolas Cruz menembaki sebuah sekolah di negara bagian Florida. Pelaku menewaskan 17 siswa SMA di kota Broward tersebut.

Presiden Donald Trump sudah menyerukan untuk mempersenjatai guru dan petugas sekolah yang terlatih. Namun, senjata itu harus dibawa dalam posisi tersembunyi.

Sebagian Negara Bagian sudah sejak lama menerapkan kebijakan tersebut. Sebagian negara bagian lainnya, baru menerapkannya akhir-akhir ini. Namun, sebagian besar lainnya masih enggan mengikuti seruan Donald trump. (VOA/The Epoch Times/waa)

https://youtu.be/fTKcu82AtsA