Mantan Agen Ganda Rusia Alami Kerusakan Mental Akibat Serangan Racun Saraf

EpochTimesId – Serangan racun saraf kelas militer terhadap mantan agen ganda Rusia, Sergei Skripal dan putrinya membuat mereka mengalami kerusakan kapasitas mental. Belum bisa dipastikan apakah mereka akan pulih, seperti diungkapkan seorang hakim Inggris, pekan lalu.

Otoritas Inggris mengatakan Rusia menggunakan senjata kimia era Soviet yang disebut Novichok untuk menyerang Skripal dan putrinya Yulia Skripal. Seperti dikutip The Epoch Times dari Reuters, Minggu (25/3/2018)

Ini adalah penggunaan ofensif pertama yang diketahui dari senjata semacam itu di tanah Eropa, sejak Perang Dunia II. Rusia sudah membantah terlibat, apalagi bertanggungjawab atas serangan tersebut.

Inggris meminta negara-negara Uni Eropa lainnya untuk menindaklanjuti jaringan mata-mata Rusia. Meskipun ada kemungkinan tidak akan menjadi tanggapan bersama pada KTT Uni Eropa di Brussels pada Kamis mendatang.

Pengadilan London memberi izin agar sampel darah diambil dari Skripal untuk diperiksa oleh inspektur senjata kimia. Pemeriksaan itu akan dilakukan guna mengkonfirmasi kesimpulan laboratorium penelitian militer Porton Down Inggris.

Seorang dokter yang tidak menyebutkan identitas, yang turut merawat Skripal, mengatakan kedua korban sangat terbius. Mereka bahkan tidak dapat berkomunikasi.

Kondisi itu membuat paramedis tidak mungkin untuk menilai, kapan atau sejauh mana kemampuan mental korban. Hal itu terungkap dalam keputusan pengadilan yang mengijinkan pengambilan sampel darah korban.

Video Pilihan Erabaru Chanel :

“Efek yang pasti dalam jangka panjang terhadap para korban masih belum jelas. Meskipun tes medis menunjukkan bahwa kapasitas mental mereka mungkin dikompromikan ke tingkat yang tidak diketahui dan sejauh ini tidak diketahui,” kata Hakim David Williams, dalam putusannya.

Skripal, yang pernah menjadi kolonel di kantor intelijen militer GRU Rusia, dan putrinya yang berusia 33 tahun ditemukan pingsan. Mereka kolaps di bangku trotoar di luar pusat perbelanjaan di kota Salisbury, Inggris selatan, pada tanggal 4 Maret 2018.

“Mereka berdua dalam kondisi stabil secara fisik dan sedang dirawat, atas dasar keinginan mereka agar tetap hidup,” kata dokter itu.

Keinginan tersebut adalah kepentingan publik menurut keputusan Williams di Pengadilan London. Keputusan itu tentang Perlindungan, yang membuat keputusan tentang kesejahteraan orang-orang yang tidak dapat melakukannya sendiri.

Williams mengatakan aplikasi untuk mengambil sampel telah dibuat mendesak pada Selasa pekan lalu. Skripal dan putrinya sangat kritis tetapi stabil, meskipun ia menambahkan, “Tidak dapat dibayangkan bahwa kondisi mereka bisa memburuk dengan cepat.”

Hakim Williams mengatakan seorang analis yang namanya harus dirahasiakan dari Porton Down telah memberikan bukti bahwa sampel darah yang diambil dari Skripal menunjukkan paparan racun saraf.

“Sampel yang diuji, dinyatakan positif mengandung racun saraf kelas Novichok atau racun saraf yang terkait erat dengan jenis tersebut,” kata keputusan Hakim.

Seorang polisi yang jatuh sakit setelah membantu Skripal sudah dipulangkan dari rumah sakit. Dia dipulangkan setelah lebih dari dua minggu menjalani perawatan intensif.

Petugas Forensik menggunakan pakaian pelindung mengamankan tenda forensik yang menyelimuti bangku di mana Sergei Skripal dan putrinya ditemukan kolaps pada tanggal 4 Maret 2018, di Salisbury Wiltshire, Inggris pada tanggal 8 Maret 2018. (Matt Cardy/Getty Images/The Epoch Times)

Duta besar Rusia untuk Inggris, Vladimir Yakovenko, tengah pekan kemarin mengatakan tidak yakin bahwa Racun eks-Soviet digunakan dalam penyerangan terhadap Skripal. Menurut Yakovenko, jika Novichok digunakan maka Skripal dan putrinya pasti sudah meninggal dunia.

Yakovenko bahkan menghardik Menteri Luar Negeri Inggris, Boris Johnson karena membandingkan tuan rumah Piala Dunia sepak bola Rusia musim panas ini dengan tuan rumah Nazi Jerman di Olimpiade tahun 1936.

Di Moskow, Presiden Vladimir Putin membahas kebijakan tidak ramah dan provokatif Inggris pada sidang dewan keamanan nasional, kantor berita RIA mengutip pernyataan Kremlin. (Reuters/The Epoch Times/waa)