Prancis Berkabung Nasional untuk Letnan Kolonel yang Bertukar Tempat dengan Sandra Teroris

EpochTimesId – Perancis berduka dan berkabung nasional setelah seorang perwira Gendarmerie (Polisi Bersenjata) yang ditembak teroris ISIS meninggal dunia. Petugas keamanan itu meninggal akibat luka tembak, setelah secara sukarela mengambil tempat seorang sandera perempuan.

“Keberaniannya ketika bernegosiasi berhasil membebaskan seorang sandra dalam pengepungan terhadap seorang teroris Islamis. Selama pengepungan di kota Trebes di barat daya dekat pegunungan Pyrenees,” kata Presiden Perancis, Emmanuel Macron, seperti dikutip The Epoch Times dari Reuters.

Arnaud Beltrame, 44, adalah seorang polisi yang pernah bertugas di Irak. Dia sempat dilarikan ke rumah sakit, dan berjuang untuk bertahan hidup, setelah ditembak oleh pria bersenjata yang terafiliasi dengan ISIS.

Sebuah foto yang dirilis oleh Gendarmerie Prancis menunjukkan sosok Letnan Kolonel Arnaud Beltrame, perwira gendarme yang secara sukarela mengambil tempat seorang sandera selama pengepungan supermarket mematikan di Prancis barat daya pada Jumat, 23 Maret 2018. (Photo : Gendarmerie Nationale/Handout via Reuters/The Epoch Times)

Tindakan sang Letkol dari Brimob Prancis itu digambarkan sebagai aksi heroik.

“Dia gugur sebagai pahlawan, menyerahkan hidupnya untuk menghentikan pembunuh dan teroris jihadis,” kata Macron, dalam sebuah pernyataan sesaat sebelum fajar pada hari Sabtu, waktu setempat.

Macron mengatakan Prancis akan mengatur penghargaan nasional dalam kehormatan Beltrame. Kantor presiden mengumumkan hal itu setelah dia bertemu dengan anggota pemerintah dan pejabat yang terlibat dalam penyidikan serangan.

Penyerang itu diidentifikasi oleh pihak berwenang sebagai Redouane Lakdim, seorang warga Prancis keturunan Maroko berusia 25 tahun. Teroris itu sebelumnya tinggal di kota Carcassonne, tidak jauh dari Trebes.

Trebes adalah kota yang tenang dengan sekitar 5.000 warga, di mana teroris itu menyerang pada hari Jumat waktu setempat.

Lakdim sempat ditahan pihak berwenang karena terlibat kasus narkoba dan kejahatan kecil lainnya. Namun, menurut Jaksa Paris, Francois Molins, pelaku juga diawasi oleh petugas keamanan pada 2016-2017 karena keterkaitan dengan gerakan Salafi radikal.

Serangan teror tersebut dimulai ketika dia menembaki pemilik mobil yang dirampasnya hingga tewas. Dia juga menembaki sekelompok polisi yang mencoba mengejar dan menangkapnya, hingga membuat seorang polisi luka tembak di bahu.

Teroris Islamis itu kemudian menuju ke supermarket tempat dia membunuh dua orang warga. Korban adalah seorang karyawan dan seorang pelanggan. Sedangkan sebanyak 16 korban juga mengalami luka-luka, termasuk luka tembak.

Letnan Kolonel itu menawarkan untuk berganti tempat dengan seorang sandera, ketika sang Teroris masih enggan menyerah. Sang Letkol meletakkan telepon seluler dalam kondisi tersambung saat bertukar tempat dengan sandra.

Ketika suara tembakan terdengar, polisi elit menyerbu gedung swalayan dan berhasil membunuh teroris. Sumber-sumber polisi mengatakan Beltrame ditembak tiga kali, dan segera dievakuasi ke rumah sakit.

Letkol Beltrame adalah penerjun payung berkualifikasi yang bertugas di Irak pada tahun 2005. Dia juga bekerja sebagai bagian dari Pengawal Republik elit yang melindungi kantor dan tempat tinggal Elysee Place di Paris.

Serangan hari Jumat adalah serangan Islam pertama yang mematikan di Prancis sejak Oktober 2017. Ketika itu seorang pria menikam dua wanita muda hingga tewas di kota pelabuhan Marseille, sebelum tentara membunuhnya.

Politisi dari partai kiri dan kanan sepakat menyebut Beltrame sebagai ‘pahlawan’ di Twitter. Kesepakatan itu datang, termasuk dari pemimpin oposisi Laurent Wauquiez, pemimpin partai berhaluan ‘kanan jauh’ Partai Rally National, Marine Le Pen dan Olivier Faure.

Tanda pagar (tagar) #ArnaudBeltrame bahkan sempat menjadi tren di jejaring sosial, dimana orang-orang menyatakan rasa hormat dan terima kasih kepada sang Perwira. Warganet juga memberikan dukungan moral untuk sang istri.

Beberapa kota, Majelis Nasional dan kantor polisi menurunkan bendera setengah tiang untuk menghormati sang Letkol.

Masjid Agung Paris, yang terbesar di negara itu, bahkan menyatakan bahwa komunitas Muslim bergabung dalam status ‘berkabung nasional’ untuk seorang pria yang, “Gugur dengan gagah berani di bawah peluru teroris Redouane Lakdim dalam menjalankan tugas melindungi rakyat Prancis.”

Kelompok teroris ISIS pada hari Jumat (23/3/2018) mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu. Ratusan penyelidik terus mengembangkan kasus tersebut. Mereka juga mencari kemungkinan keterlibatan ‘teroris’ lain yang mungkin terlibat.

Polisi turut menangkap dua orang, sebagai bagian dari penyelidikan. Pada hari Jumat seorang wanita yang terkait dengan Lakdim ditangkap petugas. Sabtu malam seorang pria berusia 17 tahun yang dipastikan sebagai salah satu teman pelaku juga ditangkap oleh polisi.

Video pilihan Erabaru Chanel :

https://youtu.be/fTKcu82AtsA

Penelusuran di rumah penyerang menunjukkan catatan yang mengacu pada ISIS yang tampaknya merupakan surat wasiat. Aparat juga menyita telepon dan komputer.

Penyidik juga menemukan tiga alat peledak rakitan, pistol kaliber 7,65 milimeter dan pisau berburu.

Perdana Menteri Inggris, Theresa May memuji keberanian dan pengorbanan Beltrame di Twitter. Dia mengatakan bahwa mereka tidak akan pernah dilupakan.

Sementara Presiden AS, Donald Trump mengutuk tindakan kekerasan dari penyerang dan siapa saja yang memberinya dukungan.

“Kami bersama Anda @EmmanuelMacron!” Trump berkicau di Twitter.

Lebih dari 240 orang telah tewas di Perancis dalam serangan teror sejak tahun 2015. Serangan dilakukan oleh para teroris yang berjanji setia kepada ISIS, atau diilhami oleh kelompok ultra-garis keras itu.

Perancis adalah bagian dari koalisi negara yang pesawat tempurnya membom-bardir markas ISIS di Irak dan Suriah. Dalam beberapa bulan terakhir ISIS telah kehilangan banyak wilayah, yang diklaim diduduki sejak tahun 2014.

Sebuah serangan besar oleh kelompok bersenjata ISIS dan pembom bunuh diri menewaskan 130 orang di Paris pada November 2015. Sementara serangan yang lain menewaskan hampir 90 orang ketika seorang pria menabrakkan sebuah truk ke kerumunan orang di kota tepi pantai Riviera Nice, pada bulan Juli 2016.

Beberapa serangan selama sekitar setahun terakhir menargetkan polisi dan tentara, ketika dikerahkan dalam jumlah besar untuk melindungi warga sipil dan patroli tempat-tempat sensitif seperti bandara dan stasiun kereta api. (Reuters/The Epoch Times/waa)