Tiongkok Tidak Siap Perang Dagang Amerika Yakin Masih Ada Jalan Damai

EpochTimesId – Menteri Perdagangan Amerika Serikat, Wilbur Ross pada hari Kamis (22/3/2018) pekan lalu mengatakan bahwa instruksi Presiden Trump tentang memungut tarif hukuman hanya ditujukan untuk memperbaiki perdagangan yang tidak adil. Dia tidak berpikir bahwa keputusan presiden itu akan menyulut perang dagang antar Amerika-Tiongkok.

Presiden AS Donald Trump, satu hari sebelumnya menandatangani instruksi presiden memungut tarif sebesar 60 miliar dolar AS atas komoditas impor dari Tiongkok. Inpres itu dikeluarkan sebagai sanksi atas pencurian hak kekayaan intelektual dan rahasia dagang milik AS oleh pihak Tiongkok.

Ketika menerima wawancara CNBC, Ross mengatakan bahwa 60 miliar Dollar AS itu hanya sebagian kecil dari jumlah transaksi perdagangan antar kedua negara tersebut. Dia sudah memperkirakan juga bahwa Tiongkok pasti akan mengambil beberapa tindakan pembalasan.

“Tetapi saya kira tidak akan membuat bumi kiamat,” kata Ross.

Buruh memuat baja untuk dikirim ke seluruh Pacific Northwest di Pacific Machinery & Tool Steel Company di Portland, Oregon, pada 6 Maret 2018. (Natalie Behring/Getty Images/The Epoch Times)

Menanggapi gembar-gembor media tentang kemungkinan perang dagang, Ross menjelaskan, pihak Amerika Serikat tidak bermaksud untuk menyulut perang. Tarif-tarif hukuman tersebut tidak akan membawa kedua negara ke alam resesi ekonomi.

“Kecuali untuk memperbaiki posisi neraca perdagangan antar AS-Tiongkok yang tidak seimbang,” tegasnya.

Memo instruksi presiden hari Kamis itu merupakan imbas dari hasil pengusutan terhadap pencurian hak kekayaan intelektual dan rahasia dagang oleh pihak Tiongkok yang sudah diselesaikan oleh Robert Lighthizer.

Sambil menandatangani memo tersebut, Trump mengatakan bahwa pencurian hak kekayaan intelektual dan rahasia dagang oleh pihak Tiongkok sudah masuk tahap di luar kendali. Dia mengaku tidak akan membiarkan hal tersebut terus terjadi.

“Masih ada tindakan lain yang akan menyusul, ini hanya bagian awal dari banyak tindakan AS di masa datang,” tegas Trump.

Kantor Perwakilan Perdagangan AS (Office of the United States Trade Representative, USTR) akan menerbitkan daftar komoditas impor dari Tiongkok yang terkena penambahan tarif dalam waktu 15 hari kerja. Mereka juga akan membuka periode komentar atau tanggapan selama 30 hari.

Video Pilihan :

https://youtu.be/fTKcu82AtsA

Selain itu, Trump pada 8 Maret mengumumkan bahwa akan memberlakukan tarif 25 persen terhadap baja impor dan 10 persen tarif untuk produk almunium eks Tiongkok mulai 23 Maret 2018.

Kanada dan Meksiko memperoleh pengecualian. Hari Kamis, pemerintah AS juga menegaskan bahwa Uni Eropa, Australia, Argentina, Selandia Baru dan Korea Selatan dibebaskan dari peraturan tersebut.

Semua lapisan masyarakat pada umumnya percaya bahwa tarif pada produk baja dan aluminium itu hanya diarahkan kepada Tiongkok.

Trump dan Xi Jinping (NICOLAS ASFOURI/AFP/Getty Images)

Dalam acara dengar pendapat di DPR AS, Ross mengatakan bahwa Kementerian Perdagangan akan bertindak sesuai Undang-undang Perluasan Perdagangan tahun 1962, klausula 232. Aturan itu menuntut investigasi atas produk baja dan aluminium impor dari Tiongkok untuk memastikan sejauh mana komoditas dari Tiongkok atau negara lain memberikan ancaman terhadap keamanan nasional.

Ia mengatakan bahwa keputusan yang diambil Presiden Donald Trump sangat penting dalam upaya untuk melindungi industri baja dan aluminium Amerika Serikat dari serangan produk negara lain yang sifatnya merusak.

“Produk industri baja Tiongkok sebulan adalah produk setahun bagi AS, rasio yang jauh dari kata seimbang,” katanya.

Ross juga menyinggung soal kelebihan kapasitas produk baja adalah masalah global. Sehingga dalam melakukan tindakan, Amerika Serikat menghadapi 35 negara, termasuk Tiongkok.

Amerika Serikat dan Tiongkok tidak akan mengakhiri perdagangan global tetapi membawa masalah-masalahnya ke meja perundingan.

Hari Jumat (23/3/2018) kemarin, Departemen Perdagangan Tiongkok mengumumkan tindakan pembalasan terhadap impor produk baja dan aluminium AS. Mereka menerbitkan daftar yang memuat 7 jenis, 128 item komoditas impor yang akan dikenakan tarif yang mencapai total 3 miliar Dollar AS.

Menurut database perdagangan PBB jenis-jenis komoditas impor dari Tiongkok yang menyebabkan pincangnya transaksi perdagangan terletak pada komoditas yang diatur dalam Bab 2 (daging dan makanan lainnya), Bab 73 (produk baja) dan Bab 12 (minyak sayur, biji-bijian, tanaman industri atau obat, pakan ternak), di antaranya Bab 02 dan 12 termasuk juga beberapa bagian dari produk pertanian.

Beberapa ahli mengatakan bahwa dilihat dari pengalaman masa lalu saat terjadi konflik perdagangan antar kedua negara tersebut, pihak Tiongkok selalu akan melakukan sedikit balas dendam. Namun, kemudian akan diikuti dengan penyelesaian di meja perundingan.

Di jaman Obama, setelah konflik soal mobil kecil dan ban truk ringan impor dari Tiongkok terkena tarif hukuman selama tiga tahun. Tiongkok juga membalas dengan menerapkan tarif tambahan atas impor mobil dan daging ayam dari AS.

Bulan Januari lalu, Trump memberlakukan tarif protektif tinggi pada panel surya impor dan mesin cuci asal Tiongkok. Tiongkok kemudian juga meluncurkan penyelidikan terhadap sorgum impor dari AS, apakah terlibat dumping dan menerima subsidi impor dari pemerintah AS.

Alec Phillips, pakar ekonomi dan politik Goldman Sachs mengatakan, bobot dari pembalasan menaikkan tarif komoditas impor antara AS dan Tiongkok, tampak yang dilakukan otoritas Beijing lebih ringan daripada yang diterapkan oleh otoritas Washington. Tetapi lebih terkonsentrasi di daerah-daerah sensitif secara politis seperti pertanian Amerika Serikat.

Menteri Perdagangan Wilbur Ross mengatakan, tindakan balasan yang diambil oleh Tiongkok tidak akan menjadi akhir dari perdagangan global, tetapi membawa para pihak kembali ke meja perundingan.

“Mungkin saja terjadi saling menyerang tetapi saya percaya bahwa isu dapat diselesaikan secara damai melalui perundingan,” kata Ross, yakin. (Lin Yan/ET/Sinatra/waa)