Amerika Siap Berangus Spionase Asing Melalui Belanja Sarana Teknologi

EpochTimesId – Kebanyakan serangan cyber di Amerika ternyata bertujuan mengeksploitasi kerentanan pada rantai pasokan atau belanja sarana dan perangkat teknologi pemerintah. Entah itu dalam chip atau perangkat yang sudah terinfeksi, ketika produk asing memasuki pasar.

“Ketika sebagian besar masyarakat Amerika berpikir tentang serangan cyber, kami berpikir tentang hacker yang melanggar jaringan perusahaan atau pemerintah, kemudian melanjutkan aksinya untuk mencuri data berharga,” ujar Ketua Komisi Komunikasi Federal (FCC) Amerika Serikat, Ajit Pai.

Masalah ancaman melalui rantai pasokan berarti bahwa banyak perangkat secara fundamental dilanggar melalui pintu belakang. Bisa juga melalui virus yang dipasang di bagian dalam perangkat komunikasi.

Bahkan jika pengguna menghapus perangkat lunak (software), kerentanan akan tetap ada. Dalam beberapa tahun terakhir, ini dikutip oleh banyak ahli di komunitas pertahanan dan komunitas cyber sebagai ancaman. Hal itu tidak hanya mengancam pelanggan dan perusahaan di Amerika Serikat, tetapi juga mengancam informasi dan data militer.

Masalah tersebut biasa terjadi pada perangkat buatan Tiongkok. Infeksi pra-instal telah ditemukan dalam segala hal, mulai dari smartphone Tiongkok hingga ceret listrik Tiongkok.

Chester Wisniewski, penasihat keamanan senior di perusahaan cybersecurity Sophos, mengatakan kepada The Epoch Times pada tahun 2013, “Mereka bisa berada dalam apa pun yang Anda pasang. Apa pun yang menggunakan listrik, hal semacam ini dapat disembunyikan di dalamnya.”

Masalah ini mungkin akan segera ditangani. Ketua FCC, Ajit Pai mengumumkan proposal pada 26 Maret 2018, untuk membantu menyelesaikan ancaman terhadap jaringan komunikasi AS yang ditemukan dalam rantai pasokan mereka.

“Meskipun FCC sendiri tidak dapat menjaga integritas rantai pasokan komunikasi kami, kami harus dan akan memainkan bagian kami dalam upaya pemerintah dan industri untuk melindungi keamanan jaringan kami,” kata Pai dalam sebuah pernyataan.

“Ancaman terhadap keamanan nasional yang ditimbulkan oleh penyedia peralatan komunikasi tertentu adalah masalah perhatian bipartisan,” kata Ajit. “‘Pintu belakang’ Tersembunyi ke jaringan kami di router, switch-dan hampir semua jenis peralatan telekomunikasi lainnya-dapat memberikan jalan bagi pemerintah yang bermusuhan untuk menyuntikkan virus, meluncurkan serangan denial-of-service, mencuri data, dan banyak lagi.”

Ajit Pai mengusulkan dalam konsep pemberitahuan bahwa uang dari Dana Layanan Universal FCC tidak boleh digunakan pada teknologi atau layanan dari perusahaan yang dicurigai beresiko.

“Teknologi atau layanan itu berpotensi menimbulkan ancaman keamanan nasional bagi jaringan komunikasi Amerika Serikat atau rantai pasokan komunikasi,” sambung Pai.

Selain Amerika Serikat, makin banyak negara lain yang khawatir dengan perusahaan telekomunikasi raksasa Tiongkok Huawei yang mungkin membawa risiko keamanan nasional. (Carsten oall/getty Images/Epoch Times)

Meskipun pernyataan itu tidak menyebutkan nama perusahaan atau negara secara langsung, banyak analis menyatakan bahwa hal itu dapat berdampak langsung pada perusahaan Tiongkok. Terutama terhadap perusahaan telekomunikasi Huawei dan ZTE, yang di masa lalu telah terdaftar sebagai ancaman keamanan.

Banyak perusahaan teknologi Tiongkok lainnya juga dapat dipengaruhi oleh kebijakan tersebut. Karena banyak yang ditemukan di masa lalu memiliki pintu belakang atau ancaman keamanan lainnya dalam produk mereka.

Kebijakan dari Partai komunis Tiongkok juga dapat berdampak pada perusahaan teknologi. Sebab perusahaan Tiongkok diharuskan untuk memberikan akses data pelanggan kepada rezim komunis.

 

‘Best Buy’, pengecer elektronik konsumen terbesar AS, diduga memutuskan hubungan dengan Huawei, menurut sumber yang mengetahui masalah ini. Ini mengikuti langkah serupa dari AT&T Inc.

Sementara ‘Best Buy’ tidak mengkonfirmasi langkah itu, juru bicara perusahaan hanya mengatakan kepada Reuters, “Kami membuat keputusan untuk mengubah apa yang kami jual karena berbagai alasan.”

Platform chating dan media sosial WeChat juga baru-baru ini dituduh sebagai ancaman keamanan. Kementerian pertahanan India mencatat WeChat dan sekitar 40 aplikasi Tiongkok lainnya sebagai ‘spyware’ pada Desember 2017. Bahkan Rusia pun memblokir WeChat pada Mei 2017, karena melanggar undang-undang tentang data pribadi.

Pada 2015, para peneliti cybersecurity menemukan spyware yang sudah terpasang di smartphone dari perusahaan Tiongkok, seperti Lenovo, Huawei, dan Xiaomi. Teknologi serupa, yang dapat memungkinkan memata-matai pengguna melalui fungsi apa pun pada perangkat, telah ditemukan dalam banyak bentuk teknologi Tiongkok lainnya.

Proposal Pai dimaksudkan untuk mengatasi ancaman ini dan ancaman lainnya. Dia menyerukan pemungutan suara pada tanggal 17 April 2018.

Video Pilihan Erabaru Chanel :

https://youtu.be/fTKcu82AtsA

Dia mengatakan, proposal itu akan melarang ‘Dana Layanan Universal’ sebesar 8,5 miliar dolar AS untuk membeli peralatan dari perusahaan yang menimbulkan ancaman keamanan nasional terhadap integritas jaringan komunikasi atau rantai pasokan mereka.

“Uang dalam program Dana Layanan Universal berasal dari biaya yang dibayar oleh rakyat Amerika,” katanya, “dan saya percaya bahwa FCC memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa uang ini tidak digunakan untuk peralatan atau layanan yang mengancam keamanan nasional.” (Joshua Philipp/The Epoch Times/waa)