Media Jerman Serukan Eropa Gabung AS Melawan Praktik Perdagangan Tiongkok yang Tidak Adil

Setelah berita tentang tarif yang diusulkan Amerika Serikat untuk barang-barang Tiongkok, negara-negara lain telah mengamati bagaimana perang perdagangan antara dua ekonomi terbesar dunia tersebut akan mengembang.

Dalam beberapa hari terakhir, media Jerman menyerukan Uni Eropa untuk bersekutu dengan Amerika Serikat dalam memerangi praktik-praktik perdagangan Tiongkok yang tidak adil.

Koran Frankfurter Allgemeine Zeitung menerbitkan sebuah editorial pada 22 Maret berjudul, “Fighting Alongside Washington,” dimana telah menentang pengambilalihan Tiongkok dalam memperjuangkan produksi baja yang berlebihan, telah dicapai melalui subsidi-subsidi pemerintah, yang merupakan daya penggerak bagi tarif-tarif AS atas impor baja dari awal. Daftar awal negara-negara impor yang ditargetkan termasuk Tiongkok dan negara-negara Eropa, tetapi pemerintah Gedung Putih sejak itu telah mengeluarkan pengecualian untuk Uni Eropa, Kanada, Meksiko, Australia, dan lain-lain.

Bersatu Melawan Tiongkok

Sebagai ganti mengintensifkan ketegangan perdagangan, “Eropa harus mendekati AS,” tulis dalam editorial tersebut. Menyarankan untuk membuat perjanjian perdagangan dengan mitra di seluruh Atlantik mirip dengan “Perjanjian Komprehensif dan Progresif untuk Kemitraan Trans-Pacifik” (Comprehensive and Progressive Agreement for Trans-Pacific Partnership) yang ditandatangani oleh sebagian besar negara-negara Asia-Pasifik.

“Negara-negara Barat harus bersatu bersama untuk memperjuangkan perdagangan bebas dan model sosio-ekonomi mereka sendiri,” tulisnya.

Hari berikutnya, surat kabar tersebut menerbitkan editorial lain, berjudul “Fruitless Hopes”, yang mendukung penggunaan tarif untuk menghukum Tiongkok karena mencuri kekayaan intelektual Barat.

Ia menyesalkan bahwa Barat telah berharap pemberian izin untuk Tiongkok masuk ke dalam ekonomi global akan dapat mendorong Tiongkok untuk menjadi masyarakat yang lebih terbuka, ternyata telah gagal. “Tiongkok secara terbuka menyatakan tuntutannya untuk menjadi hegemoni. Untuk melawan negara seperti itu, Barat perlu menghentikannya dari mendapatkan teknologi kunci. Tarif-tarif yang bersifat penghukuman adalah salah tindakan balasan yang benar.”

perang dagang amerika tiongkok
Bendera di Dewan Uni Eropa pada KTT para pemimpin Dewan Eropa di Brussels, Belgia pada 23 Maret 2018. (Jack Taylor / Getty Images)

Pada 22 Maret, Handelsblatt, surat kabar yang berbasis di Düsseldorf, Jerman, juga mendesak Eropa untuk menentang Tiongkok. “Uni Eropa telah secara konsisten mengajukan petisi [Tiongkok] untuk berlaku yang sama. Tetapi jika Tiongkok tidak mengubah kebijakannya terhadap perusahaan asing di Tiongkok, orang-orang Eropa harus meningkatkan hambatan terhadap investasi-investasi Tiongkok di bisnis-bisnis Eropa.”

Dan itu tampaknya adalah apa yang telah terjadi dengan tawaran Tiongkok untuk membeli saham di operator jaringan energi Jerman, 50Hertz. Pada 23 Maret, para pemegang saham mayoritas 50Hertz, perusahaan Belgia Elia, mengumumkan bahwa mereka akan menggunakan hak pre-emptive (tindakan pendahuluan sebagai pencegahan awal) untuk membeli 20 persen saham, mengalahkan State Grid, perusahaan utilitas milik negara Tiongkok. Reuters melaporkan bahwa ketika Tiongkok pertama kali menyatakan minatnya pada bulan Desember 2017, anggota parlemen Jerman khawatir bahwa tawaran Tiongkok tersebut akan memungkinkan rezim tersebut untuk mendapatkan “teknologi kunci.”

perang dagang amerika tiongkok
Sebuah tiang baja yang didukung oleh 50Hertz digambarkan di Stralendorf, Jerman utara, pada 17 Desember 2012. (Jens Buttner / AFP / Getty Images)

Kembali pada bulan Januari, sekretaris negara Jerman untuk urusan ekonomi, Matthias Machnig, mendesak undang-undang Uni Eropa yang lebih ketat untuk meneliti akuisisi Tiongkok terhadap perusahaan-perusahaan Eropa. “Sangat penting bahwa kita mendapatkan undang-undang yang lebih ketat di Uni Eropa tahun ini untuk menolak gagasan-gagasan pengambilalihan atau mengalirkan teknologi atau kecakapan teknik keluar,” katanya saat wawancara media.

Para pejabat AS juga menyatakan keinginan untuk bekerja dengan sekutu di Uni Eropa dan Jepang untuk mengatasi taktik perdagangan Tiongkok yang agresif.

Penasihat perdagangan Presiden Peter Navarro mengatakan selama percakapan telepon  22 Maret menjelang pengumuman Donald Trump tentang tariff-tarif yang telah menargetkan Tiongkok bahwa Amerika Serikat berharap untuk bekerja dengan “mitra dagang yang berpikiran sama” yang juga menghadapi masalah pencurian kekayaan intelektual. “Setiap orang yang berdagang dengan Tiongkok menghadapi masalah ini,” kata Navarro.

Tiongkok Mengalami Kekalahan Lebih Banyak

Komentator media juga telah membuat prediksi tentang pihak mana yang akan banyak mengalami kekalahan dalam perang dagang dengan sekuat tenaga.

Analis ekonomi Hong Kong Liao Shiming mengatakan rezim Tiongkok telah relatif pasif dalam perselisihan perdagangan belakangan ini karena sebagian besar analis dan ahli Tiongkok tidak memperkirakan Amerika Serikat akan mengambil tindakan serius. Mereka pikir Trump akan menggunakan perdagangan dengan Tiongkok hanya sebagai platform untuk memenangkan suara dalam pemilihan, Liao mengatakan kepada The Epoch Times.

Sementara itu, seorang blogger Tiongkok yang sudah lama dan sering berkomentar tentang berita ekonomi domestik, dengan nama samaran Manzu Yongshi, menulis artikel baru-baru ini yang membedah bagaimana Tiongkok sangat bergantung pada pasar Amerika.

Melihat barang-barang apa yang Tiongkok bergantung pada Amerika Serikat untuk sediakan, orang dapat melihat bahwa Tiongkok memiliki sedikit ruang gerak untuk membalas dengan membatasi impor AS, tulis blogger itu.

Mengutip data pabean Tiongkok, artikel itu mencantumkan kategori barang impor Tiongkok dari Amerika Serikat. Kategori teratas adalah peralatan elektromekanik dan audio. Tanpa barang-barang AS tersebut, Tiongkok harus mengimpor dari Korea Selatan atau Jepang, tetapi hubungan Tiongkok dengan kedua negara tersebut telah lama membatu.

Yang kedua adalah pesawat, mobil, kapal, dan transportasi lainnya. Rejim Tiongkok ingin barang-barang seperti itu dibuat dengan standar keamanan yang tinggi, seperti yang berasal dari Amerika Serikat. Satu-satunya pilihan lain adalah Uni Eropa, yang dapat memilih waktu yang tepat untuk menaikkan harga.

perang dagang amerika tiongkok
Pesawat-pesawat terlihat sedang dibangun di pabrik perakitan Boeing di North Charleston, South Carolina pada 25 Maret 2018. Pesawat Boeing 787 baru yang berkilau menuju Tiongkok Southern Airlines dan Air Tiongkok menunggu untuk dikirim. (Luc Olinga / AFP / Getty Images)

Yang ketiga adalah produk pertanian. Produk makanan impor menyumbang lebih dari 20 persen produksi pangan domestik. Rejim Tiongkok mengandalkan impor murah untuk menahan kenaikan harga barang-barang pertanian domestik, yang menyebabkan blogger menyimpulkan bahwa tidak mungkin rezim Tiongkok akan mengambil risiko meningkatkan harga makanan untuk berperang.

Kategori keempat, perangkat medis, sangat penting untuk kelangsungan hidup pasien.

Untuk Amerika Serikat, sebaliknya, kategori teratas peralatan elektromekanik (impor nomor satu dari Tiongkok) dan logam-logam murah (nomor empat) sudah ditargetkan melalui tariff-tarif yang telah diumumkan, sementara kategori lain dari mainan dan tekstil tidak penting.

Rejim Tiongkok juga telah melunakkan retorika mereka yang bermusuhan. Duta Besar Tiongkok untuk Amerika Serikat Cui Tiankai mengatakan kepada Bloomberg News dalam sebuah wawancara pada 23 Maret bahwa pihak berwenang Beijing bersedia melakukan upaya untuk meminimalkan defisit perdagangan dan “siap untuk membeli lebih banyak” barang-barang AS. (ran)

ErabaruNews