Reaktor Nuklir Kembali Dioperasikan Kim Jong-un Usai Pulang dari Beijing

oleh Li Yun

Kim Jong-un langsung berubah sikap setelah pulang dari kunjungan ke Beijing. Media corong pemerintah Korea Utara tidak lagi menyinggung soal denuklirisasi, namun foto satelit menangkap asap dari area penempatan fasilitas nuklir kembali mengepul.

Tidak lama lagi, Kim akan bertemu dengan Moon Jae-in dan Donald Trump. Menurut media Jerman bahwa Kim Jong-un tampaknya sedang memanfaatkan denuklirisasi sebagai strategi tawar-menawar diplomatik luar negerinya.

Kim Jong-un pada awal pekan ini diam-diam mengunjungi Beijing, dan setelah tiba kembali di Pyeongyang, dalam laporan-laporan media corong pemerintah KCNA tidak lagi terdapat tulisan yang menyangkut isu yang sedang menghangat saat ini, yakni denuklirisasi Semenanjung Korea.

Selama bertemu dengan Xi Jinping di Beijing, Kim Jong-un telah menyatakan sikap keinginannya untuk mewujudkan denuklirisasi. Kim mengatakan bahwa jika Amerika Serikat dan Korea Selatan mau secara tulus menanggapi Korea Utara, maka ia pun tidak keberatan untuk ikut mewujudkan semenanjung yang bebas nuklir.

Dalam pertemuannya dengan Xi Jinping, Kim Jong-un mengatakan : “Sesuai dengan ajaran-ajaran Presiden Kim Il-sung dan Kim Jong-il, mewujudkan Semenanjung Korea yang bebas nuklir adalah sikap kita yang tidak berubah. ”

Menurut jadwal, Kim Jong-un akan menghadiri pertemuan puncak dengan Moon Jae-in pada 27 April dan dengan Presiden Trump pada bulan Mei. Sekarang beredar kabar bahwa Kim akan bertemu dengan PM. Shinzo Abe pada bulan Juni.

Sebuah media Jerman dalam analisanya menyebutkan bahwa, mengapa Kim Jong-un dalam waktu singkat sudah dapat menentukan jadwal pertemuan puncaknya dengan para pemimpin dunia ? Faktor utamanya tak lain karena strategi tawar-menawar diplomatik Korea Utara ‘laku dijual’.

Namun, The New York Times pada 27 Maret mengutip informasi yang diperoleh dari Pusat Keamanan Internasional dan Kerjasama di Stanford University dan Jane Intelligence Review yang mengacu pada analisis citra satelit memberitakan bahwa, sebuah fasilitas reaktor nuklir yang terletak di Yongbyon, Korea Utara sedang mengepulkan asap. Diperkirakan di sana sedang terjadi uji pengoperasian reaktor baru. Tampaknya program pengembangan nuklir Korea Utara tidak pernah dihentikan.

Fasilitas nuklir Yongbyon terletak di sekitar 100 km bagian utara dari kota Pyongyang. Kira-kira 104 km dari perbatasan dengan Tiongkok. 260 km dari Seoul. Pada tahun 1987, fasilitas tersebut sudah dapat digunakan untuk mengekstrak bahan mentah untuk pembuatan senjata nuklir, yakni plutonium.

Ada pembelot Korut yang memberitakan kepada media bahwa, sejak Kim Jong-un menjabat kepala negara, masyarakat terus didoktrinasi bahwa nuklir akan membuat Korea Utara menjadi semakin kuat, mampu melawan ancaman Amerika Serikat.

Karena itu, dia tidak percaya bahwa Kim Jong-un akan menggulingkan pernyataannya sendiri dan mengumumkan secara terbuka bahwa dia akan menghentikan senjata nuklir.

Radio Free Asia mengutip analisis Zhong Lewei, seorang sarjana Hongkong yang melakukan penelitian terhadap politik dan budaya sosial Korea Selatan, mengatakan bahwa, apakah Kim bersedia atau tidak meninggalkan nuklir masih terlalu dini untuk dibahas sekarang. Tetapi yang jelas bahwa ia memilih untuk mengunjungi Xi Jinping sebelum bertemu dengan Moon dan Trump, dengan harapan bahwa mumpung sedang terjadi ketegangan antara Beijing dengan Washington, sehingga Beijing dapat lebih banyak mendukung Kim dalam memainkan strategi diplomatik yang tawar menawar.

Zhong mengatakan, jika otoritas Pyongyang benar-benar ingin meninggalkan nuklir, sebelumnya ia akan bernegosiasi atau bertukar pandangan dengan negara-negara tetangganya.

Ketika Kim Jong-un mengunjungi Beijing, ia akan menerima setidaknya opini dan persetujuan Beijing. Karena masalahnya adalah sementara ini tidak ada negara yang berdiri di pihak pemerintah Pyongyang untuk melindungi kepentingan nasionalnya.

Ia berpendapat bahwa bertemu dengan Xi Jinping sebelum pertemuan dengan Moon dan Trump sedikit banyak akan memberikan kemantapan bagi Kim untuk melangkah.

Namun, juru bicara Gedung Putih Sarah Sanders pada awal bulan Maret mengatakan : “Jika Korea Utara tidak melakukan tindakan nyata dalam usaha untuk mewujudkan denuklirisasi, Trump akan menolak bertemu dengan Kim. Saya tegaskan bahwa, Amerika Serikat tidak akan mengambil langkah mengalah.” (Sinatra/asr)