Program Drone Kantor Pos Rusia Tabrak Tembok dalam Penerbangan Perdana

EpochTimesId – Sebuah drone atau pesawat tak berawak buatan Rusia sedang dalam perjalanan tugas perdana untuk mengirim parcel. Sayangnya, drone itu justru menabrak tembok dan hancur berkeping-keping di kota Ulan-Ude, Siberia, awal pekan ini.

Insiden itu bahkan mengejutkan penduduk lokal. Pejabat daerah pun berhamburan menuju tempat kejadian.

Kendaraan udara tak berawak dikirim untuk mengirim paket kecil ke desa tetangga dalam sebuah upacara seremoni. Peresmian dan ujicoba itu dimaksudkan untuk memamerkan cara baru untuk mengirim surat di daerah Buryatia yang berpenduduk jarang. Daerah itu terletak 4.400 km lebih di timur Moskow.

Sebuah drone pengirim surat hancur berkeping-keping ketika ujicoba pengiriman. Ini merupakan bagian dari proyek Post Rusia untuk mengirim surat ke daerah-daerah terpencil, di Ulan-Ude, ibu kota Republik Buryatia, Rusia, pada 2 April 2018. (Anna Ogorodnik/Reuters/The Epoch Times)

Rekaman video dari tempat kejadian menunjukkan drone yang lepas landas dari peluncuran miniatur bantalan logo biru dan putih perusahaan Post Rusia. Drone mengudara selama beberapa detik sebelum kehilangan ketinggian dan menabrak bangunan tiga lantai di depan kerumunan kecil penonton yang terdengar mengucapkan sumpah serapah.

Tidak ada yang dirugikan dalam insiden itu. Drone hanya meninggalkan puing-puingnya di tanah.

‘Rusia Post’ segera mengklarifikasi dan mengklaim bahwa drone itu hadir di acara peluncuran hanya sebagai tamu. Mereka mengatakan pesawat tak berawak itu dibuat oleh perusahaan bernama Rudron/Expeditor 3M, yang telah mengatur pengujian. Perusahaan pembuat drone tidak berhasil dihubungi untuk dimintai konfirmasi.

Layanan pos Rusia telah mengumumkan rencana pada tahun 2016 untuk mulai menggunakan drone untuk pengiriman paket di seluruh negara yang luas.

Video rekomendasi Erabaru Chanel :

https://youtu.be/fTKcu82AtsA

Alexei Tsydenov, kepala wilayah Buryatia yang hadir di lokasi jatuhnya pesawat, mengatakan bahwa lebih dari 100 koneksi Wi-Fi di area tersebut dapat mengganggu penerbangan pesawat tak berawak.

“Kami tidak akan berhenti dengan ini, kami akan terus mencoba,” kata Tsydenov.

Dia menambahkan bahwa perangkat itu berharga sekitar 20.000 dolar AS atau sekitar 260 juta rupiah.

“Mereka yang tidak (mau) mengambil risiko tidak (akan) mendapatkan hasil,” sambungnya.

Perusahaan logistik dan pengecer di seluruh dunia mulai mencoba drone untuk menjangkau pelanggan jarak jauh. Drone juga dikembangkan untuk pelamnggan yang bersedia membayar harga premium untuk kecepatan pengiriman. (Reuters/The Epoch Times/waa)