Upaya Tiongkok Membalas Serangan AS Lewat Kedelai Bisa Gagal

oleh Wu Ying

Epochtimes.id- Dua negara ekonomi terbesar dunia, Amerika dan Tiongkok akhir-akhir ini sedang berselisih gara-gara isu perdagangan, Dan kedua belah pihak saling mengancam akan menaikkan tarif impor dan tarif hukuman terhadap komoditas impot antar mereka.

Meskipun pelaksanaan masih belum pasti, tetapi telah menimbulkan dampak pada komoditas global yang diperdagangkan.

Laporan Reuters pada  Jumat (6/4/2018) menyebutkan bahwa USDA (Departemen Pertanian Amerika Serikat) menegaskan bahwa sebanyak 458.000 ton kedelai AS telah dibeli oleh sebuah perusahaan perdagangan besar bukan asal Tiongkok.

Meskipun USDA tidak mengungkap siapa pembelinya itu, tetapi informasi tersebut secara efektif telah menstabilkan harga kedelai penyerahan berjangka yang diperdagangkan pada Bursa Komoditas Chicago (CBOT).

Sejumlah pedagang dan analis komoditas biji-bijian mengatakan bahwa pembeli dari transaksi ini berasal dari pengolah kedelai di benua Eropa termasuk Belanda dan Jerman. Jika berita itu benar, maka hampir 460.000 ton kedelai AS akan diekspor ke Uni Eropa. Dan trnasaksi tersebut akan menjadi transaksi tunggal terbesar dalam kurun waktu lebih dari 15 tahun terakhir.

Dalam rangka untuk melawan praktek perdagangan yang tidak antar Tipngkok – AS serta isu  pencurian hak kekayaan intelektual dan transfer teknologi paksaan, Presiden Trump pada 3 Aprril lalu mengeluarkan perintah eksekutif untuk menaikkan tarif impor dan tarif hukuman terhadap komoditas asal Tiongkok sebesar minimal 25% yang nilai keseluruhannya mencapai 50 miliar Dollar AS.

Hari berikutnya, otoritas Beijing juga mengenakan tarif yang sama dan nilai yang sama pada komoditas asal AS, termasuk kedelai dan pesawat Boeing.

Pada 5 April, Trump mengatakan bahwa dia sedang meminta perwakilan perdagangan untuk mempertimbangkan apakah akan memberlakukan tarif tambahan pada produk Tiongkok hingga nilainya mencapai 100 miliar dolar AS.

Amerika Serikat adalah pengekspor kedelai terbesar kedua di dunia setelah Brazil, dan Tiongkok adalah pembeli kedelai terbesar, menyumbang sekitar dua pertiga dari perdagangan kedelai global.

Tiongkok pada tahun 2016 telah mengimpor kedelai sebanyak 93 juta ton yang pemasok utamanya adalah Brasil, Amerika Serikat, dan Argentina.

Menurut data statistik Peterson Institute for International Economics (PIIE) : Sekitar 62 % dari kedelai AS diekspor ke Tiongkok. Jumlah dana penjualan kedelai ke Tiongkok tahun lalu mencapai 14 miliar Dolar AS. hampir sebanding dengan dana hasil ekspor pesawat (14,3 miliar) dan otomotif (10 miliar) ke Tiongkok.

Ketegangan perdagangan antar AS – Tiongkok akhir-akhir ini telah menyebabkan gejolak harga komoditas berjangka tertentu di bursa komoditas dunia pekan lalu.

Setelah Beijing mengancam akan membalas tindakan AS dengan menaikkan tarif impor kedelai AS, maka harga kedelai penyerahan berjangka di bursa turun sebesar 5 %, meskipun terjadi rebound tetapi akhirnya turun sekitar 1%.

Harga kedelai asal AS biasanya lebih tinggi dari kedelai asal Brazil, tetapi setelah ancaman Beijing itu membuat harga kedelai Brazil memecahkan rekor tertinggi dalam sejarah.

Jack Scoville, analis Price Futures Group Inc. mengatakan : “Apa yang kami lihat sekarang adalah bahwa sedang terjadi penyesuaian pasar komoditas kedelai, faktor-faktor politik telah mendorong kenaikan harga kedelai Brazil”.

Beberapa pedagang mengatakan, perdagangan kedelai yang dikonfirmasi USDA pada hari Jumat itu beberapa di antaranya adalah pedagang yang biasanya membeli kedelai Brazil, tetapi karena kenaikan harga kedelai Brasil yang cukup tinggi sehingga beralih membeli kedelai AS.

Seorang pedagang AS yang tidak mau disebutkan namanya mengatakan : “Baru-baru ini harga kedelai AS lebih rendah dari kedelai Brazil, Beberapa penjualan baru-baru ini dilakukan dengan pelanggan baru, dan beberapa dari mereka awalnya memesan kedelai Brasil”.

Pedagang mengatakan, kedelai penyerahan berjangka yang dijual saat ini penyerahannya adalah antara bulan Mei – Juli. Periode ini adalah puncak ekspor kedelai Brazil, tetapi paling rendah bagi pengiriman kedelai AS. Itu karena masalah musim panennya yang berbeda.

Jack Scoville mengatakan : “Kami melihat akan lebih banyak kedelai AS dijual ke lebih banyak tujuan baru daripada sebelumnya (ke Tiongkok), setidaknya dalam jangka pendek akan terjadi seperti itu, sampai harga kedelai Brasil kembali stabil”. (Sinatra/asr)