Perdana Menteri Anti Imigran Islam Kembali Menangi Pemilu Hongaria

EpochTimesId – Perdana Menteri Hongaria, Viktor Orban memenangkan pemilihan umum untuk ketiga kali berturut-turut. Dia memenangkan penghitungan awal untuk pemilihan umum anggota parlemen, Minggu (8/4/2018).

Dengan hasil ini, Orban hampir pasti akan segera menjabat sebagai Perdana Menteri untuk ketiga kalinya.

Dia memenangkan pemilihan dengan meraih dukungan dua pertiga kursi anggota parlemen. Kemenangan ini diduga kuat berkat pesan kampanye anti-imigrasi yang memperoleh dukungan mayoritas.

Perdana Menteri sayap kanan nasionalis itu memproyeksikan dirinya sebagai penyelamat budaya Kristen Hongaria dalam melawan migrasi Muslim ke Eropa. Itu menjadi sebuah citra yang selaras dengan jutaan pemilih, terutama di daerah pedesaan.

“Kami telah menang, Hongaria telah memenangkan kemenangan besar,” kata Orban yang merayakan bersama kerumunan besar pendukungnya yang bersorak-sorai di dekat sungai Danube di Budapest.

“Ada pertempuran besar di belakang kami, kami telah memenangkan kemenangan penting, memberi diri kami kesempatan untuk membela Hongaria.”

Para pendukung partai Fidesz merayakan hasil awal pemilihan parlemen di Budapest, Hongaria, pada 8 April 2018. (Leonhard Foeger/REUTERS/The Epoch Times)

Menurut hasil awal dengan 93 persen suara dihitung, data Kantor Pemilihan Nasional memproyeksikan Fidesz memenangkan 133 kursi. jumlah itu adalah mayoritas atau dua pertiga dari 199 kursi parlemen.

Jobbik nasionalis diperkirakan memenangkan 26 kursi, sementara Sosialis diproyeksikan sebagai peringkat ketiga dengan hanya 20 anggota parlemen.

Dua partai kiri yang lebih kecil, DK dan LMP, masing-masing memenangkan sembilan dan delapan kursi.

Itu berarti Orban dapat memiliki dua pertiga mayoritas kursi untuk ketiga kalinya. Dia akan memiliki kekuatan untuk mengubah undang-undang dasar.

Uni Eropa telah berjuang untuk menanggapi karena pemerintah Orban, dalam pandangan para pengkritiknya, menggunakan dua kemenangan telak pada 2010 dan 2014 untuk mengikis ‘checks and balances’ dalam sistem demokratis.

Kemenangan itu bisa membuat Orban lebih berani membentuk aliansi Eropa Tengah melawan kebijakan migrasi Uni Eropa. Orban, mantan perdana menteri pasca-komunis Hungaria yang paling lama menjabat, menentang integrasi yang lebih dalam dari blok Uni Eropa, dan bekerja sama dengan Polandia, telah menjadi kritik keras terhadap kebijakan Brussels.

Dia menyatakan terima kasih kepada para pemimpin Polandia atas dukungan mereka menjelang pemungutan suara.

Video Pilihan :

Pemimpin sayap kanan Prancis Marine Le Pen, presiden Front Nasional, adalah yang pertama mengucapkan selamat kepada Orban.

“Kemenangan besar dan jelas bagi Viktor Orban di Hungaria: pembalikan nilai dan imigrasi massal seperti yang dipromosikan oleh UE ditolak lagi. Nasionalis dapat memenangkan mayoritas di Eropa pada pemilihan Eropa berikutnya pada 2019,” Le Pen tweeted.

Pemilihan menghasilkan tingkat partisipasi pemilih sekitar 70 persen. Ini adalah yang tertinggi dari tiga pemilu sebelumnya.

Beberapa analis mengatakan dukungan utama Fidesz ada di kota-kota kecil dan desa-desa.

Dengan cengkeraman yang kuat pada media negara dan sekutu bisnisnya dalam mengendalikan surat kabar daerah, pesan Orban diperkuat di pedesaan. Di sana, banyak orang hanya menonton saluran berita televisi negara, yang telah menunjukkan imigran yang menyebabkan masalah di kota-kota Eropa Barat.

Partai oposisi terkuat di parlemen baru adalah Jobbik. Partai ini sebelumnya beraliran kanan jauh, namun kemudian menyusun kembali citranya sebagai kekuatan nasionalis yang lebih moderat.

Mereka berkampanye tentang agenda anti-korupsi dan mendesak upah yang lebih tinggi untuk memikat kembali ratusan ribu orang Hongaria yang telah meninggalkan Hungaria ke Eropa Barat.

Pemimpin Jobbik, Gabor Vona, mengatakan dia akan mengajukan pengunduran dirinya setelah kekalahan tersebut.

“Tujuan Jobbik, untuk memenangkan pemilu dan memaksa perubahan dalam pemerintahan, tidak tercapai. Fidesz menang. Ia menang lagi,” ujar Gabor.

Para aktivis dan oposisi mengatakan Orban telah menempatkan Hongaria pada jalur yang semakin otoriter dan sikapnya pada imigrasi telah memicu xenophobia.

Dengan pesan bahwa ia mewakili semua orang Hongaria yang menentang campur tangan asing, Orban memanfaatkan perasaan yang dimiliki banyak orang Hungaria yang merasakan ancaman terhadap identitas nasional mereka dan merasa diperlakukan sebagai warga kelas dua di Uni Eropa.

Dia menangkap momen ketika pada 12 Januari 2015, mengatakan imigrasi ke Eropa harus dihentikan. Sebagian besar alasan setelah serangan Paris yang diluncurkan oleh ekstrimis Islam.

“Kita seharusnya tidak melihat pada imigrasi ekonomi seolah-olah itu ada gunanya, karena itu hanya membawa masalah dan ancaman kepada orang-orang Eropa,” katanya kepada televisi negara. “Karena itu, imigrasi harus dihentikan. Itu sikap orang Hongaria.”

Pada September 2015, dia membangun pagar kawat di perbatasan Serbia untuk mencegah puluhan ribu migran melarikan diri dari perang dan kemiskinan di Timur Tengah dan Afrika. Sejak saat itu pemerintahnya telah memberlakukan serangkaian undang-undang untuk mengendalikan migrasi, dan tindakan kerasnya telah dikritik tajam oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Setelah memberikan suaranya di distrik Budapest yang kaya, dia mengatakan akan membela kepentingan Hungaria.

Ditanya oleh wartawan jika dia melawan Uni Eropa, Orban mengatakan, “Uni Eropa tidak hadir di Brussels. Uni Eropa ada di Berlin, di Budapest, di Praha dan di Bucharest.” (Reuters/The Epoch Times/waa)

Video Rekomendasi :

https://youtu.be/fTKcu82AtsA