Cerita Tiongkok Kuno: Ikan Menunjukkan Rasa Syukur

Pada musim semi tahun ke-13 periode Tianbao (sekitar tahun 754) dari Dinasti Tang, Cheng Liu dan Hui Li sering membawa muatan ikan dan kepiting dalam jumlah besar untuk dijual antara negara Wu dan Yue. Suatu hari, perahu mereka penuh dengan ikan di Xinan dan sedang dalam perjalanan menuju daerah Danyang.

Hari sudah gelap ketika mereka tiba di Chapu, jadi mereka memutuskan untuk berhenti dan mencari tempat untuk tidur. Hui Li ingin pergi ke desa dan meninggalkan Cheng Liu sendirian di atas kapal.

Awan tebal menutupi langit, dan tenang, tanpa tanda-tanda siapa pun di sekitarnya. Tiba-tiba, Cheng Liu mendengar suara pria memanggil dengan sedih, “Amitabha!” Dia melompat dan memeriksa kabin perahu. Dia melihat seekor ikan besar, dengan janggut berwarna cerah, menggelengkan kepalanya dan memanggil dengan suara manusia, “Amitabha!”

Cheng sangat takut rambutnya hampir tegak lurus. Dia melompat dari perahu dan bersembunyi di alang-alang untuk melihat apa yang akan terjadi selanjutnya. Kemudian, ribuan ikan di kabin semuanya melompat-lompat meneriakkan nama Buddha. Suaranya bergetar. Begitu suara riuh mereka selesai, lelaki yang ketakutan tersebut buru-buru melemparkan semua ikan kembali ke sungai.

Tidak lama setelah itu, Hui Li datang kembali, dan Cheng Liu menceritakan semuanya. Hui dengan marah berkata, “Dari mana kamu datang dengan cerita aneh seperti itu? Itu hanya omong kosong!” dan menyumpahinya untuk waktu yang lama. Cheng tidak tahu bagaimana meyakinkan Hui tentang kebenaran tersebut, maka dia menggunakan pakaian dan perak yang dia punya untuk membayar atas ikan-ikan yang telah dia buang ke sungai tadi.

Cheng hanya memiliki satu keping perak tersisa. Dengan itu, ia membeli lebih dari selusin jerami yang bisa ia beli dan jual di tempat lain. Dia menaruhnya di tepi sungai. Keesokan harinya, Cheng mencoba memindahkan jerami ke perahu tetapi merasakan jerami tersebut sangat berat. Jadi dia membuka ikatannya  dan menemukan 15 bundel koin, yang merupakan sejumlah besar uang pada masa itu. Ada selembar kertas yang bertuliskan, “Ini adalah uang untuk ikan itu.” Cheng merasa lebih terkejut.

Pada hari yang sama, di Negara Gua, Cheng bertemu sekelompok biksu yang sedang makan dan memberikan uang tersebut kepada mereka. Seorang kepala pensiunan yang bernama Wan Zhuang kebetulan sedang melewati daerah itu pada saat itu. Dia mendengar hal ini secara rinci, mencatatnya, dan menyampaikannya kepada generasi-generasi berikutnya. (ran)

ErabaruNews