Perusahaan Jerman Jadi ‘Katak Rebus’ di Tiongkok

EpochTimesId – Rezim komunis di Tiongkok memperketat pengendalian terhadap perusahaan asing yang berinvestasi di Tiongkok. Bahkan, mereka memasukkan pejabat Partai komunis Tiongkok (PKT) ke jantung perusahaan, untuk membuat sirna harapan Barat mengubah Tiongkok melalui perdagangan.

Perusahaan Jerman yang bergantung pada pasar Tiongkok, kini mengeluarkan seruan untuk tidak memasukkan ‘telur ke dalam satu keranjang’.

Reuters melaporkan bahwa Bauer, sebuah produsen besar peralatan konstruksi asal Jerman telah banyak berinvestasi di Tiongkok dalam beberapa dekade terakhir. Mereka memiliki dua pabrik besar di Shanghai dan Tianjin.

Mesin konstruksi profesional yang diproduksi dari sini dijual ke berbagai negara di Asia. Meski begitu, CEO perusahaan Thomas Bauer masih khawatir terhadap masa depan perusahaannya di Tiongkok. Bauer juga mengkhawatirkan hubungan ekonomi yang lebih luas antara Jerman dengan Tiongkok.

“Jerman memasukkan terlalu banyak ‘telur’ ke dalam ‘keranjang yang sama’. Keranjang ini adalah Tiongkok,” kata Thomas Bauer kepada Reuters.

Kekhawatiran Thomas Bauer juga menjadi perhatian bagi banyak orang di Jerman. Selama satu dekade terakhir ini, Jerman telah menjadi lokomotif bagi pertumbuhan ekonomi di Eropa.

Jerman membantu meredakan gejolak keuangan global, krisis utang di zona Euro, dan masuknya pengungsi Timur Tengah.

Video Pilihan Erabaru Chanel :

Pendorong penting pertumbuhan ekonomi Jerman adalah pasar Tiongkok. Dalam dekade terakhir, Tiongkok telah membuat kejutan dengan membeli mobil dan mesin-mesin Jerman dalam jumlah besar.

Hanya pada tahun lalu saja, pabrikan Jerman telah menjual lima juta unit kendaraan roda empat ke Tiongkok. Jumlah itu tiga kali lipat lebih banyak daripada yang dijual ke Amerika Serikat.

Namun, dengan kinerja yang terlihat ini, perusahaan Jerman tetap pesimis terhadap masa depan pasar Tiongkok. Bahkan perubahan pandangan mereka cukup dramatis.

Dalam beberapa tahun terakhir, Tiongkok tidak hanya membalikkan tren keterbukaan. Perusahaan Tiongkok juga dengan cepat meningkatkan mata rantai nilai mereka dan mulai bersaing dengan perusahaan Jerman.

Secara pribadi, beberapa eksekutif senior Jerman telah membandingkan dilema perusahaan Jerman di Tiongkok seperti ‘katak rebus’. Perusahaan jerman bagaikan katak yang masih hidup, kemudian direbus dalam air yang dipanasi secara pelan-pelan, agar tidak terasa bahaya sedang mengancam.

Michael Clauss, Duta Besar Jerman untuk Tiongkok dalam pertemuan para eksekutif industri pada bulan lalu telah memperingatkan bahwa sedang terjadi suatu perubahan struktural dalam hubungan Jerman-Tiongkok.

“Kami harus membuat warga siap untuk menyambut era baru kerjasama kami dengan Tiongkok … Rintangan yang berada di depan jalan adalah kekhawatiran yang tinggi,” ujar Pejabat Federasi Industri Jerman.

“Partai (PKT) mengendalikan ekonomi hari ini. Perusahaan Bauer dan perusahaan Jerman lainnya yang berada di Tiongkok mengatakan bahwa yang paling mereka khawatirkan adalah peran PKT dalam ekonomi,” sambungnya.

Tahun lalu, PKT meluncurkan undang-undang keamanan cyber. Undang-undang ini memperketat kontrol negara atas Internet, termasuk melarang VPN sipil. Perusahaan asing dulu bergantung pada VPN untuk berkomunikasi dengan kantor pusat.

Baru-baru ini, beberapa perusahaan Jerman mengeluh bahwa komunis secara paksa menempatkan pejabatnya di dewan direksi perusahaan patungan.

Kamar Dagang Jerman untuk Tiongkok pada November tahun lalu mengatakan bahwa menurut jajak pendapat tahunan tentang kepercayaan diri perusahaan, hal yang paling dikhawatirkan oleh para perusahaan Jerman di Tiongkok itu adalah permintaan PKT untuk menempatkan anggota partai dalam jajaran manajemen perusahaan. Karena hal ini akan mempengaruhi operasi bisnis.

Michael Clauss dalam siaran persnya mengatakan, beberapa perusahaan Jerman dipaksa untuk mengubah kesepakatan usaha patungan yang memungkinkan anggota partai memiliki hak suara lebih besar dalam operasional perusahaan.

Clauss mengingatkan bahwa tindakan ini dapat menyulut konflik kepentingan dan mempengaruhi keputusan investasi. Mungkin saja dapat memaksa perusahaan mempertimbangkan untuk meninggalkan pasar Tiongkok.

Selain itu, hal lain yang membuat CEO Bauer khawatir adalah program ‘Made in China 2025’. Itu adalah kebijakan ekonomi Beijing yang akan secara langsung menantang posisi dominasi Jerman dalam manufakturing.

perdagangan dumping tiongkok
Gulungan aluminium foil diangkat ke pabrik di Kota Binzhou, Propinsi Shandong, Tiongkok pada tanggal 16 Mei 2017. (Stringer / REUTERS)

Tarif Impor Trump
Kekhawatiran warga Jerman terhadap partai komunis juga menjadi alasan mengapa Presiden Trump mengancam akan mengenakan tarif impor atas barang-barang impor dari Tiongkok senilai 150 miliar dolar AS.

Namun, beberapa perusahaan besar Jerman telah menjadi terlalu bergantung pada pasar Tiongkok. Sehingga pemerintah Jerman menghindari konflik langsung dengan Partai komunis Tiongkok. Perusahaan-perusahaan Jerman juga tidak berani berbicara menentang PKT.

Pada akhir bulan ini Mercator Institute for China Studies (MERICS) akan mengadakan debat gaya Oxford dengan tema, “Dalam 10 tahun mendatang, Partai Komunis Tiongkok akan secara signifikan melemahkan sistem politik dan ekonomi Eropa.”

Suasana perusahaan Jerman di Tiongkok juga sedang memburuk. Hasil jajak pendapat Kamar Dagang Jerman untuk Tiongkok tahun lalu menunjukkan bahwa untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun, lebih dari separuh anggota Kamar Dagang tidak berencana untuk berinvestasi di Tiongkok.

Hampir 13 persen perusahaan Jerman di Tiongkok mengatakan bahwa mereka berencana untuk hengkang dalam dua tahun ke depan.

Selama beberapa dekade, strategi Jerman terhadap Tiongkok dapat diringkas sebagai, ‘Membawa perubahan melalui perdagangan’.

Tetapi fakta membuktikan bahwa harapan tinggal harapan. Dengan nada gurau pejabat (Jerman) mengatakan ‘win-win’ solusi itu artinya PKT yang mau menang 2 kali.

“Kami dulu berharap bahwa hubungan ekonomi yang lebih dekat akan membawa pengaruh pada jalan liberalisasi. Hari ini terbukti bahwa harapan itu palsu,” kata seorang pejabat pemerintah Jerman.

“Mereka berbicara kepada kami tentang apa yang ingin kami dengar, enak di telinga, tetapi mereka kemudian melakukan yang sebaliknya.”

Perusahaan pembuat robot terkenal Jerman KUKA AG telah diakuisisi oleh investor dari Tiongkok pada tahun 2016. (Thomas Niedermueller/Getty Images/EpochTimes)

Berlin mulai memberontak
Tahun lalu, akuisisi produsen robot milik Jerman, KUKA oleh perusahaan Tiongkok digagalkan. Pemerintah Jerman kemudian memperketat pembatasan investasi asing terhadap perusahaan-perusahaan Jerman berpengaruh.

Mereka juga mendesak Uni Eropa untuk mengeluarkan peraturan baru dalam meninjau akuisisi perusahaan oleh pihak asing.

Pada bulan Desember tahun lalu, badan intelijen Jerman menuduh agen PKT menggunakan akun media sosial palsu untuk mengumpulkan informasi tentang politisi Jerman. Berlin mengatakan bahwa tuduhan publik yang jarang terjadi ini adalah sebuah peringatan buat PKT.

Kanselir Jerman, Angela Merkel dan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump pada 27 Maret lalu telah berbicara lewat sambungan telepon. Mereka membahas soal kerjasama kedua negara dalam menangani isu perdagangan dan pencurian hak kekayaan intelektual oleh pihak Tiongkok.

Menteri Keuangan Jerman mengatakan bahwa Jerman akan bergabung dengan AS untuk menindak keras Tiongkok dalam isu kelebihan kapasitas industri baja milik Tiongkok.

Pejabat Jerman mengatakan, pertemuan puncak pemerintah Jerman-Tiongkok pada akhir tahun ini bisa jadi akan digunakan untuk menyampaikan sikap lebih keras dari Berlin. (Qin Yufei/ET/Sinatra/waa)

Video Rekomendasi :

https://youtu.be/fTKcu82AtsA