9 Siswa Sekolah Menengah Pertama di Shaanxi, Tiongkok Tewas Terbunuh, Ada Apa?

oleh Xiao Lusheng dan Li Wenhui

Pada 27 April 2018 sekitar pukul 18:10, di kota Yulin, Provinsi Shaanxi, terjadi insiden berdarah di tempat yang masih termasuk daerah SMP III (Kabupaten) Mizhi. 9 orang siswa meninggal dunia. Dikabarkan bahwa tersangka saat ini telah tertangkap.

Sebelumnya, kepolisian Mizhi pada sekitar pukul 21 malam itu pernah menginformasikan bahwa seluruh siswa yang menjadi korban dalam insidenitu itu adalah 19 orang, dan di antara 7 orang siswa yang tewas di tempat itu 5 orang adalah perempuan.

Namun wartawan Beijing News mengutip laporan polisi Mizhi pada dini harinya menyebutkan bahwa korban meninggal bertambah 2 orang lagi sehingga seluruhnya 9 orang.

Menurut kepolisian Mizhi bahwa tersangka yang bermarga Zhao yang lahir 20 Januari 1990 kini telah tertangkap. Tersangka mengaku bahwa ia kerap diganggu oleh teman-teman sekelasnya sehingga berdendam dan melakukan pembunuhan.

Seorang pemilik toko yang berada tak jauh dari lokasi sekolah memberitahu reporter bahwa menurut sepengetahuannya, tersangka pembunuh itu juga siswa sekolah tersebut, namun sebelum kejadian ini ia sudah dikeluarkan oleh pihak sekolahan, ia sudah bukan berstatus sebagai siswa sekolahan tersebut, karena itu ia membunuh untuk balas dendam.

Seorang warga yang mengetahui masalah memberitahu reporter Epoch Times bahwa warga sekitar menduga bahwa tersangka ini dulu ketika masih bersekolah di sini sering diganggu oleh teman-teman. “Kami ada mendengar berita semacam ini. Kami semua merasa ngeri dan ketakutan. Sampai sekarang sirene masih berbunyi di jalan-jalan”

Warga tersebut menambahkan, di antara gedung kelas tempat siswa belajar sampai ke pintu gerbang penjemputan siswa terdapat sebuah jalan menurun sedikit sempit, di sana itu pembunuhan terjadi.

“Saat itu jam pulang sekolah, banyak siswa dan para orang tua juga banyak sedang menunggu anaknya keluar. Biasanya di lorong itu juga jarang ada orang dewasa” katanya.

“Namanya juga anak-anak belum pernah melihat kejadian semacam itu, jadi mereka tidak berani melakukan tindak perlawanan”

Warga mengatakan, karena kanan-kiri lorong itu tidak ada jalan, anak-anak tidak bisa menghindar, apalagi jam pulang siswa yang lewat jalan sempit itu cukup banyak. Sulit untuk menyelamatkan diri.

Selain itu warga tersebut juga memberitahu reporter Epoch Times bahwa sejumlah masyarakat spontan datang ke rumah sakit di Mizhi untuk berdonor darah membantu penyembuhan anak yang terluka.

“Saya melihat banyak orang tua yang menangis di rumah sakit, melihat anaknya terbaring dengan sejumlah luka tusukan. Seorang ibu bahkan menangis histeris sambil ditopang oleh beberapa orang tua lainnya…. Aduh sungguh ngeri”

Warga tersebut juga mengatakan, ada beberapa siswa yang lukanya cukup parah telah dipindahkan ke rumah sakit kota yang memiliki perlengkapannya lebih komplit. (Sinatra/asr)