Ulah Sembrono Gubernur Provinsi Heilongjiang, Apa Maunya ? Meluasnya Beban yang Sulit Ditanggung Pemimpin RRT

oleh Yang Ning

Menyusul ulah sembrono perusahaan ZTE menolak untuk menanggapi permintaan AS sehingga terkena tuntutan membayar denda besar. Terbaru, masalah permintaan klarifikasi fakta atas kekerasan seksual dosen Univ. Beijing terhadap mahasiswinya sehingga memicu gelombang protes dan kecaman keras dari mahasiswa, sekarang kembali muncul ulah sembrono dari seorang gubernur provinsi Heilongjiang sehingga harus menerima sendiri konsekuensinya.

Menurut laporan media ‘Minghui’ bahwa pada 19 April lalu, di Distrik Shuangcheng, Kota Harbin, Heilongjiang, Tiongkok terjadi peculikan terhadap 17 orang praktisi Falun Gong untuk diserahkan kepada kepolisian.

Buku-buku, laptop dan bahan-bahan yang relavan dengan ajaran Falun Gong disita. Poster Shifu Falun Gong diletakkan di atas lantai kantor polisi untuk diinjak-injak, memaksa para praktisi mengumpat Shifu, guru Falun Dafa, merobek-robek buku Falun Dafa di depan para praktisi, juga memaksa praktisi membubuhkan tanda tangan dan sidik jari di lembaran kertas yang disodorkan polisi.

Bagi yang tidak menurut akan mengalami pemukulan dan atau dibawa ke kamp di Yaziquan, Harbin untuk ditahan.

Ketika ditanya mengenai alasan mereka diculik, kepada praktisi Falun Gong polisi mengatakan bahwa karena 25 April (Hari Protes Damai di depan Zhongnanhai) sudah hampir tiba, gubernur baru takut kalian menyampaikan pengaduan, jadi memilih penangkapan terlebih dahulu.

Protes Damai di depan Zhongnanhai pada 25 April 1999 yang dimaksud polisi itu adalah aksi damai oleh puluhan ribu praktisi Falun Gong ke Biro Pengaduhan Dewan Negara yang dekat Zhongnanhai, Beijing, meminta Kantor Keamanan dan Ketertiban Publik Kota Tianjin untuk membebaskan sejumlah praktisi Falun Gong kota itu yang ditangkap karena meminta lingkungan latihan Falun Gong yang tiba-tiba diganggu gugat pemerintah.

Akibat unjuk rasa sangat disiplin, damai, rasional yang ditunjukkan oleh praktisi yang terlibat, hari itu dikenang sebagai Hari Protes Damai 425.

Kemudian, sebagaimana yang diungkapkan orang dalam bahwa pemimpin senior Partai Komunis Tiongkok seperti Luo Gan, He Zuoxiu berada di belakang upaya menjatuhkan reputasi Falun Gong demi alasan politik, yang kemudian dimanfaatkan oleh Jiang Zemin untuk mengeluarkan perintah pembasmian Falun Gong pada 20 Juli 1999.

Baca juga :  Demi Menggugah Kesadaran Dunia, Praktisi Falun Gong New York Rayakan Peringatan Protes Damai di Tiongkok

Dalam belasan tahun penganiayaan, Heilongjiang adalah provinsi pengikut Jiang Zemin yang paling sadis dalam penganiayaan terhadap praktisi.

Menurut statistik yang tidak lengkap dari media ‘Minghui’, sebanyak 532 orang praktisi Falun Gong di Heilongjiang telah tewas dianiaya, menduduki peringkat pertama dalam jumlah korban.

Wang Xiankui, yang pernah menjabat sebagai gubernur Provinsi Heilongjiang dan sekretaris partai, dituduh aktif ikut dalam penganiayaan Falun Gong.

Usai Dwi Konperensi tahun ini, Wang Wentao, Wakil Sekretaris Komite Provinsi Shandong, Sekretaris Komite Partai Kota Jinan menggantikan kedudukan Lu Hao menjadi Wakil Sekretaris Komite Partai, Gubernur  Heilongjiang.

Jadi perintah penangkapan terlebih dahulu terhadap praktisi Falun Gong menjelang 25 April itu jelas dikeluarkan oleh gubernur yang baru menjabat, yakni Wang Wentao.

Baca juga : Mengenang 19 Tahun Permohonan Damai Peristiwa 25 April 1999 Praktisi Falun Gong di Beijing

Karena perintah itu datang dari gubernur, para pihak tentu mau tak mau ‘menyambut’ perintah dengan melakukan juga penculikan dan penangkapan praktisi. Jadi mungkin saja praktisi yang menjadi korban lebih banyak dari 17 orang yang terekspos.

Data menunjukkan, Wang Wentao yang lahir tahun 1960 pernah lama bertugas di Shanghai, tahun 2005 ia dipromosi dari wakil kepala distrik Songjiang menjadi Walikota Kunming.

Dua tahun kemudian kembali ke Shanghai menduduki kursi Wakil Komite Distrik Huangpu, Shanghai, dalam perjalanan karirnya itu Wang juga pernah menjalin hubungan tugas dengan Xi Jinping meski tidak lama.

Bulan April 2011, Wang Wentao 2 kali meninggalkan kota Shanghai untuk menjabat Komite Provinsi Jiangxi dan Komite Kota Nanchang.

Tahun 2015 menjabat Komite Provinsi Shandong dan Sekretaris Partai Jinan. tahun 2017 dipromosikan menjadi Wakil Sekretaris Komite Partai Provinsi Shandong, menggantikan Wang Min, kawan dekat Bo Xilai yang dipecat.

Seorang pemohon petisi asal Shanghai mengatakan, Wang Wentao adalah keponakan dari Wang Yeping, istri Jiang Zemin. Ketika masih menjabat Wakil Komite Distrik Huangpu, ia mengeruk kekayaan pribadi dengan mengandalkan pembongkaran paksa, merampas hak tanah dan menjual secara ilegal tanah-tanah milik pemerintah dan melakukan korupsi. Kasusnya pernah dilaporkan kepada pihak berwenang, namun Wang Wentao di bawah perlindungan Yu Zhengsheng, hanya dipindahkan ke Propinsi Jiangxi.

Melalui hal ini dapat disimpulkan bahwa, sebelum para eksekutif di Zhongnanhai bermaksud untuk mengambil tindakan terhadap Jiang Zemin, meskipun kerabat dari keluarga Jiang juga terpukul, tetapi masih aman-aman saja. seperti kedua putra Jiang, Mianheng dan Miankang, cucu Jiang, Zhicheng, keponakan Jiang Wu Zhiming yang mantan Sekretaris Komite Politik dan Hukum Shanghai, juga mantan ketua Konferensi Konsultatif Politik Rakyat Kota Shanghai.

Wang Wentao mungkin termasuk dalam daftar ini. Namun, sulit juga untuk dikatakan apakah mereka benar-benar tidak akan bermasalah.

Seperti Wang Wentao takut praktisi Falun Gong datang kepadanya untuk menyampaikan petisi lalu secara ceroboh dan sewenang-wenang malakukan penculikan dan penangkapan praktisi Falun Gong sebelum Hari Protes Damai tiba.

Motivasinya tentu bukan hanya karena ingin mengamankan kedudukannya, tetapi lebih berlatar belakang oleh ketidakmampuan dalam mengurangi niat untuk tidak membuat kerepotan buat Zhongnanhai.

Seperti yang kita semua tahu, sejak 2012 Xi Jinping berkuasa, ia tidak bersedia dijadikan  kambing hitam oleh Jiang untuk mempertanggungjawabkan penganiayaan Falun Gong yang ia lakukan. Lalu mengambil serangkaian sinyal yang ‘menentang penindasan’. Dan mencopot sejumlah antek Jiang Zemin karena kejahatan korupsi.

Namun, karena berbagai masalah, sampai sekarang pun belum secara resmi mengumumkan untuk menghentikan penganiayaan Falun Gong. Dalam situasi inilah sisa antek Jiang seperti Wang Wentao terus melakukan pengacauan. Dan makin lama, situasi yang dikacaukan akan makin luas yang bebannya akan makin sulit ditanggung oleh pemimpin tertinggi Republik komunis itu.

Dapat dikatakan bahwa selama Beijing tidak secara resmi mengeluarkan perintah menghentikan penganiayaan terhadap Falun Gong, maka ‘Wang Wentao’ lainnya dengan perilaku yang sama akan terus muncul di hari-hari mendatang.

Pemimpin tinggi di Zhongnanhai yang posisinya sekarang sudah semakin pasif perlu sadar dan cepat menentukan pilihan. (Sinatra/asr)