Pencemaran Air Tanah Sejumlah Wilayah di Jiangsu dan Hebei, Tiongkok Sangat Serius

oleh Lo Xingan

Bau busuk, air berwarna kehitam-hitaman dan berbusa… Ini terjadi akibat pencemaran air tanah yang menjadi pandangan yang sering dijumpai masyarakat Tiongkok.

Baru-baru ini, banyak wilayah di Tiongkok telah mengalami pencemaran air tanah yang serius hingga mempengaruhi kehidupan sehari-hari masyarakat.

Baru-baru ini di internet beredar sebuah video mengenai air tanah yang tercemar dengan sejumlah komentar yang diberikan para warganet, intinya menuduh pencemaran industri sebagai biang keladi sampai air tanah yang digali pun dipenuhi busa beracun. Polusi air tanah yang sedemikian beratnya menyebabkan warga ketakutan.

Pada 20 April, warganet asal Tangshan, Hebei mengatakan, air tanah di wilayahnya mengeluarkan bau busuk dan juga berbusa.

Ketika musim pengairan pada akhir bulan Maret, warga Dongzheng, kota Xingtai, Hebei menemukan air yang dipompa dari sumber air di bawah tanah berwarna merah kehitam-hitaman, dan air tanah inilah yang digunakan untuk mengairi ladang gandum.

Media dalam laporannya menyebutkan, dari foto sebuah drone yang mengambil gambar kondisi ladang pertanian di Guanyin County di propinsi Jiangsu dapat diketahui bahwa  parit-parit di tengah lahan pertanian itu airnya sudah tercemar, warna air berbeda-beda antar parit, dan permukaannya pun tampak sejumlah busa berwarna putih.

Air di parit itu disalurkan ke kanal yang menuju sungai. Kubangan-kubangan besar kecil di lahan itu juga digenangi limbah berwarna kekuningan.

Warga setempat mengatakan bahwa air limbah tersebut adalah limbah yang dicuri buang melalui pipa berdiameter 60 – 80 cm dan panjangnya beberapa ratus meter dari pabrik kimia yang berlokasi tidak jauh dari sini.

Air tanah (Net)

Dari video rekaman penduduk desa dapat terlihat bahwa pada permukaan air sungai, ada sabuk limbah berwarna cokelat tua, dengan campuran busa putih mengalir perlahan menuju hilir sungai. Saking lamanya pembuangan limbah berlangsung, seluruh dasar dan tebing sungai sampai berwarna kuning gelap.

Sampai sekarang belum jelas ada berapa pipa pembuangan gelap yang ditanam di pinggir sungai.

Selain air limbah industri, warga juga tercemar oleh limbah kimia. Banyak lahan yang rusak karena tercemar limbah kimia sehingga tidak dapat digunakan untuk menanam. Pencemaran menyebabkan produksi pangan berkurang. “Bisa sih ditanami tetapi bibit tidak bisa tumbuh,” kata warga.

Desa itu diselimuti bau menyengat yang keluar dari pabrik kimia. 8 tahun yang lalu, air sumur di sini sudah tidak layak untuk diminum, penduduk desa terpaksa membeli air kemasan, hingga sekitar 4 tahun lalu mereka mengkonsumsi air bersih luar daerah yang diangkut dengan truk tangki.

Di wilayah dekat muara sungai, sejak tahun 2015 sudah berdiri 3 pabrik  yang memproduksi bahan kimia. Demi mengurangi beban investasi pabrik untuk pengolahan limbah, mereka ‘main’ buang limbah ke laut.

Para nelayan setempat mengatakan, sejak berdirinya ketiga pabrik kimia itu, air laut pun tercemar. sehingga penangkapan kerangan-kerangan, ikan merosot drastis. Hampir tidak ada ikan yang bisa ditangkap di perairan pesisir, warna air laut di pagi hari adalah kuning, hijau, hitam, tidak biru lagi.

Dalam beberapa tahun terakhir, insiden pencemaran air tanah serupa terus terjadi di Tiongkok.

Pejabat perlindungan lingkungan hidup Huo Yushan mengatakan bahwa, selama periode terburuk pencemaran Sungai Huai, di bawah busa putih yang menutupi permukaan sungai adalah air berwarna hitam yang mengeluarkan bau menyengat dengan gas yang membahayakan kesehatan.

Di beberapa desa di Cekungan Sungai Huaihe, air tanah yang mereka konsumsi juga telah terkontaminasi. Banyak bayi lahir cacat. Setelah mulai dilakukan pembenahan pada tahun 2004, pada tahun 2006 tercatat bahwa tingkat pencemaran justru meningkat bukan menurun.

Menurut laporan bulan Januari 2016 dari Kantor Irigasi Tiongkok bahwa, hasil penelitian tahun 2015 terhadap 2.103 sumur air tanah di seluruh negeri, menunjukkan kualitas air yang masuk kategori IV adalah 32.9 %, dan yang masuk kategori V adalah 47.3 %. jumlah keduanya sudah mencapai 80.2 %.

Sesuai dengan kajian ilmuwan, air berkualitas kategori I, II dan III yang layak untuk dikonsumsi manusia, sedangkan kategori IV adalah air limbah industri yang tidak boleh berkontak langsung dengan tubuh manusia, kategori V adalah air pertanian yang terkontaminasi pupuk kimia, obat pembasmi serangga dan lainnya.

Berdasarkan ketentuan tersebut, lebih dari 80 % air tanah di Tiongkok tercemar serius dan tidak layak untuk dikonsumsi.

Elizabeth Economy, kepala urusan Asia dari organisasi non-pemerintah, Asosiasi Hubungan Luar Negeri Lembaga Penelitian Luar Negeri, pada awal tahun 2013 mengatakan bahwa Tiongkok sedang menghadapi krisis air dan bahwa sektor industri sedang mencemari sumber daya air Tiongkok dengan kecepatan yang luar biasa tinggi.

Dia mengutip laporan dari survei geologi Tiongkok yang dirilis pada bulan Februari 2013 menyebutkan bahwa 90% air tanah Tiongkok telah terkontaminasi.

Elizabeth Economy mengatakan, air keran (tidak higinis) Tiongkok pada dasarnya sudah tidak layak untuk diminum langsung, mereka yang meminum langsung sebenarnya sedang mempertaruhkan kesehatannya. Pencemaran bahkan telah menyebar ke sistem makanan, sehingga muncul beras tercemar kadmium dan masalah lainnya.

Pencemaran air tanah sudah mencemaskan warga. Beberapa warganet mengatakan: “Air tanah telah terkontaminasi sedemikian seriusnya. Bagaimana warga harus hidup?”

“Air tanah adalah jaminan untuk masa depan sebuah bangsa. Faktanya, Partai Komunis Tiongkok telah menghancurkan bangsa ini” demikian kata orang bijak.

Warganet dengan nama ‘Jiangcheng Jishi’ menulis : Pertumbuhan ekonomi Tiongkok selama beberapa dekade terakhir ini dibangun melalui model tanpa rencana, dibiayai dengan pemborosan energi yang menciptakan polusi tinggi.

Partai Komunis Tiongkok dengan mengorbankan kepentingan rakyat untuk membangun ekonomi, untuk mencapai legitimasi rezim, sehingga lebih mudah dalam mempertahankan kekuasaannya.  Ini seperti Minum Tuak Beracun untuk menghilangkan Dahaga, yang artinya menggunakan cara yang salah untuk memecahkan kesulitan di depan mata dengan tanpa menghiraukan konsekuensi serius. (Sinatra/asr)