Micron Berencana Menghadang Pencurian Teknologi oleh Tiongkok

Pembuat chip memori yang berbasis di AS, Micron Technology, berencana untuk memperluas operasinya dan mempekerjakan 800 karyawan lebih di Taiwan pada akhir tahun ini. Ia berencana untuk mempekerjakan 350 lebih tahun depan.

Ketika perusahaan-perusahaan semikonduktor Tiongkok mencoba memburu para insinyur dari perusahaan AS, Micron mempekerjakan lebih banyak pebakat di Taiwan untuk menghadapi persaingan dari saingan-saingan Tiongkok, lapor Nikkei Asian Review pada 25 April.

Sejak Presiden AS Donald Trump dan pemerintahannya memblokir beberapa kesepakatan akuisisi besar Tiongkok untuk mengambil alih pembuat chip Amerika, dengan alasan kekhawatiran keamanan nasional, Partai Komunis Tiongkok (PKT) telah dipaksa untuk meninggalkan strateginya dalam mendapatkan kekayaan intelektual melalui investasi perusahaan-perusahaan asing, sebuah taktik yang secara eksplisit terperinci dalam kebijakan-kebijakan industri Tiongkok.

Industri semikonduktor Tiongkok tertinggal di belakang negara-negara lain; negara tersebut sangat bergantung pada chip impor asing. Dengan demikian, rezim telah menjadikannya prioritas nasional untuk mengejar ketinggalannya dengan mengakuisisi teknologi perusahaan-perusahaan asing.

Salah satu cara untuk melakukannya adalah dengan membajak para insinyur dari perusahaan asing.

Menurut Taiwan News, sebuah surat kabar Taiwan, para pembuat chip Tiongkok telah mencoba memikat para insinyur Taiwan dengan gaji lima kali lebih tinggi dari apa yang mereka tawarkan di Taiwan.

perusahaan chip terbesar ketiga di taiwan
Chip-chip Double Data Rate Synchronous Dynamic Random Access Memory (SDRAM) milik Micron Technology yang disusun untuk sebuah foto di Tokyo, Jepang pada 15 Juli 2015. (Tomohiro Ohsumi / Bloomberg via Getty Images)

Sejak Micron mengakuisisi perusahaan teknologi Taiwan Inotera Memories pada tahun 2016, perusahaan AS tersebut telah kehilangan lebih dari 400 karyawan dari kantornya di Taiwan pindah ke para pesaingnya di Tiongkok, menurut Taiwan News. Inotera Memories adalah produsen memori akses acak dinamis (DRAM), sejenis chip memori yang biasa digunakan di komputer pribadi.

Pada April 2017, Micron telah menggugat mantan karyawannya karena telah mencuri rahasia dagang, menuduh bahwa mereka membawa teknologi perusahaan tersebut kepada majikan-majikan baru mereka, perusahaan chip Tiongkok, dan akhirnya setuju membuat chip DRAM, melaporkan Electronics Weekly, sebuah majalah yang meliput industri elektronik. Sekitar 100 mantan karyawan anak perusahaan Micron di Taiwan, Rexchip dan Inotera, terpengaruh oleh gugatan itu.

“Ketika kita melihat potensi ancaman-ancaman di Tiongkok, apa yang bisa saya katakan adalah ada batang penghalang yang sangat tinggi untuk [para pendatang] baru untuk bisnis ini karena kekayaan intelektual sangat kaya,” kata Wayne R. Allan, wakil presiden senior manufaktur global di Micron, pada konferensi pers di Taiwan pada 24 April, menurut laporan oleh Nikkei Asian Review.

pencurian teknologi chip semikonduktor
Sebuah tanda berdiri di luar pabrik chip flash memory Micron Technology Inc. di Lehi, Utah, Jumat, 6 Oktober 2006. (George Frey / Bloomberg via Getty Images)

Micron, pembuat chip memori terbesar ketiga di dunia, telah memiliki 10 basis industri, termasuk dua di Taiwan. Perusahaan tersebut berencana untuk menjadikan Taiwan sebagai pusat industri global, dilaporkan Yahoo News di Taiwan pada Februari 2017.

Ada beberapa alasan untuk memilih Taiwan. Pertama, dua pabrik Taiwan besar dan memiliki efisiensi produksi yang tinggi, kata April Arnzen, wakil presiden sumber daya manusia global di Micron, menurut laporan Yahoo News.

Arnzen juga menambahkan bahwa sistem pendidikan di Taiwan telah membina banyak orang berbakat yang memenuhi kebutuhan dan budaya perusahaan.

Yang terakhir, lokasi geografis Taiwan sangat ideal. Dengan semakin banyak pelanggan di Asia, Taiwan dapat segera menanggapi kebutuhan para pelanggan dan membuat keputusan untuk kantor pusat perusahaan di Amerika Serikat, kata Arnzen.

Perusahaan-perusahaan teknologi lainnya juga telah beralih ke investasi di Taiwan karena ketegangan perdagangan yang telah meningkat antara Amerika Serikat dan Tiongkok, di mana iklim usaha telah menjadi semakin bermusuhan dengan perusahaan-perusahaan asing. Tiga raksasa teknologi Amerika, Google, Microsoft, dan IBM, baru-baru ini telah mengumumkan rencana mereka untuk mengembangkan staf mereka di Taiwan dan mendirikan pusat penelitian di negara kepulauan tersebut awal tahun ini. (ran)

Rekomendasi video :

https://www.youtube.com/watch?v=0x2fRjqhmTA&t=27s

ErabaruNews