Warga Tiongkok Curi Teknologi Kelautan untuk Manfaat Rezim Tiongkok

Dua warga negara Tiongkok didakwa di pengadilan federal AS karena telah bersekongkol melakukan spionase ekonomi terkait teknologi kelautan untuk menguntungkan rezim Tiongkok dan perusahaan-perusahaan milik negara tersebut.

Shan Shi, 53 tahun, dan Gang Liu, 32 tahun, adalah dalang utama yang mengatur skema tersebut untuk mencuri rahasia-rahasia dagang dari perusahaan-perusahaan teknik mesin multinasional yang mengembangkan busa sintaksis, bahan ringan yang membuat benda-benda mengapung di air dalam, yang digunakan untuk tujuan militer dan komersial, termasuk dalam produksi minyak lepas pantai.

Departemen Kehakiman AS telah mengumumkan pada 27 April bahwa Shi, Liu, dan empat lainnya yang sebelumnya telah didakwa pada Juni 2017 atas tuduhan bersekongkol untuk mencuri rahasia-rahasia dagang tersebut. Sebuah dakwaan baru menambah tuduhan tersebut tentang persekongkolan spionase ekonomi untuk Shi dan Liu, dan tuduhan pencucian uang untuk Shi.

Para terdakwa telah berkomplot untuk meneruskan rahasia dagang tersebut ke perusahaan Tiongkok daratan, disebut CBM, Future New Material Science and Technology Co.(CBMF) yang berbasis di Kota Taizhou, di provinsi pesisir Zhejiang, yang akhirnya telah membangun pabrik untuk memproduksi busa sintaksis dengan teknologi yang dicuri dari perusahaan multinasional tersebut, hanya disebut sebagai “Perusahaan A” dalam dakwaan.

Anggota persekongkolan tersebut telah mendirikan sebuah anak perusahaan CBMF di Houston, Texas, yang disebut CBMI, di mana Shi menjabat presiden, untuk membantu perusahaan induk di Tiongkok mengembangkan kemampuan pembuatan busa sintaksis, menurut surat dakwaan. Kedua perusahaan tersebut telah didakwa atas tiga tuduhan untuk itu.

Shi, seorang warga negara AS yang dinaturalisasi, menghadapi hukuman maksimal 45 tahun penjara, sementara Liu, seorang penduduk tetap AS, menghadapi 25 tahun. Yang lain menghadapi 10 tahun.

Memenuhi Agenda Rezim Tiongkok

Skema tersebut bermula dengan keinginan rezim Tiongkok untuk mengembangkan industri kelautannya. Dalam rencana lima tahun terakhir untuk 2016-2020, rezim telah mengumumkan untuk menjadi kekuatan maritim sebagai prioritas nasional. Lembaga-lembaga negara dan perusahaan-perusahaan milik negara adalah untuk memajukan pengembangan teknologi kelautan dan memproduksi peralatan.

CBMF adalah salah satu dari beberapa perusahaan Tiongkok bagian dari “Tim Nasional Teknik Kelautan,” yang ditugaskan untuk melakukan usaha patungan untuk mengembangkan bahan-bahan yang memiliki daya apung di laut dalam, busa sintaksis dianggap sebagai salah satu bahan tersebut, dan peralatan laut lainnya “untuk memajukan militer RRT dan kepentingan sipil,” menurut surat dakwaan.

Perusahaan tersebut telah memiliki koneksi-koneksi lain ke rezim Tiongkok. Ia telah menerima lebih dari setengah dana penelitiannya dari negara, sementara tim riset dan pengembangannya hampir seluruhnya terdiri dari lulusan Harbin Engineering University, sebuah universitas yang berafiliasi dengan militer Tiongkok. Shi juga lulus dari universitas tersebut. Akhirnya, CBMF juga dikontrak untuk menyediakan bahan-bahan berdaya apung tersebut untuk China Shipbuilding Industry Corporation yang merupakan BUMN Tiongkok.

persekongkolan pencurian rahasia dagang amerika oleh tiongkok
Dua kapal patroli lepas pantai yang dibangun oleh Perusahaan Galangan Kapal dan Industri Tiongkok (CSIC) untuk angkatan laut Nigeria setelah upacara peresmiannya di Lagos, Nigeria, pada 19 Februari 2015. (Pius Utomi Ekpei / AFP / Getty Images)

Bahan-bahan juga merupakan bagian penting dari 863 program rezim Tiongkok, yang memberikan pendanaan dan panduan bagi perusahaan-perusahaan Tiongkok untuk memperoleh teknologi AS dan informasi ekonomi yang sensitif. Sebuah posting online 2014 telah menggembar-gemborkan peluncuran sistem penyelaman laut dalam yang dikembangkan oleh lembaga penelitian kelautan di bawah ChemChina, sebuah perusahaan kimia milik negara, telah mengumumkan berulang  kali.

Pengaturan Siasat

Shi melihat bahwa Houston dapat menjadi sumber potensial untuk pengadaan teknologi busa sintaksis. Pada tahun 2014, ia memasukkan anak perusahaan CBMI di Houston dan mulai menargetkan Perusahaan A.

Sementara itu, antara Juni 2014 dan Mei 2017, perusahaan induk CBMF menyalurkan sekitar $3,1 juta kepada CBMI untuk mempertahankan operasinya dan membayar gaji para karyawan.

“Menyadari prioritas nasional RRT [Republik Rakyat Tiongkok], dan dalam rangka menghindari teknis, biaya yang mahal, dan memakan waktu yang diperlukan dalam R & D untuk mengembangkan busa sintaksis itu sendiri, individu-individu yang disebutkan dalam Dakwaan ini telah mengambil untuk dimiliki sendiri rahasia dagang Perusahaan A yang berkaitan dengan sintaksis busa, tanpa otorisasi dari Perusahaan A,” bunyi surat dakwaan tersebut.

Bagaimana mereka melakukannya? Shi dan rekan sekongkolnya telah memburu para mantan dan karyawan yang saat ini di Perusahaan A, termasuk Liu, yang merupaka insinyur dalam pengembangan material dan memiliki akses pada data rahasia dagang dan hak paten.

CBMI juga telah berusaha mendapatkan rahasia-rahasia dagang melalui upaya hubungan bisnis dengan Perusahaan A dan perusahaan-perusahaan AS lainnya.

Akhirnya, pencurian rahasia dagang tersebut telah memungkinkan CBMF mendirikan pabrik pada tahun 2016 untuk memproduksi busa sintaksis dengan teknologi milik Perusahaan A. Rahasia dagang itu juga telah menguntungkan Universitas Teknik Harbin; China Shipbuilding Industry Corporation, BUMN China National Offshore Oil Corporation, dan pemerintah Linhai, kota tingkat kabupaten di Taizhou, menurut surat dakwaan tersebut. (ran)

Rekomendasi video :

Business is War

ErabaruNews