ZTE Disegel, Dapatkah Andalkan Beking Bangkit Lagi?

Zhou Xiaohui

Beberapa hari ini perusahaan terkemuka RRT yakni ZTE Corporation telah dihukum berat oleh pemerintah Amerika dan berita ini telah menjadi topik pembahasan hangat, tidak sedikit analisa dari RRT mengatakan itu adalah akibat ulah ZTE sendiri.

Pertama, sebagai perusahaan yang utamanya bergantung pada chips dari AS, tapi berani melanggar undang-undang dan kesepakatan dengan AS, yakni janji untuk tidak menjual produk AS pada Iran; kedua, pada saat telah mencapai kesepakatan dengan pemerintah AS dan menerima denda serta berjanji untuk memperbaiki, ternyata masih berbohong pada pemerintah AS dan memberikan hukuman fiktif dan bonus nyata bagi sejumlah karyawannya. Memang tidak salah jika dikatakan ZTE sampai saat ini menuai akibat perbuatannya sendiri.

Tidak diragukan, larangan penjualan teknologi selama 7 tahun yang diberlakukan AS terhadap ZTE, bagi ZTE sendiri adalah pukulan yang menghancurkan. Berita mengatakan, tiga petinggi ZTE telah pergi ke AS untuk mencari jalan keluar.

Tanggal 20 April ZTE merilis pernyataan yang mengatakan sanksi keras dari AS sangat tidak adil, “Kami tidak bisa menerimanya”. Nada bicaranya sangat mirip dengan sikap keras pemerintahan PKT ketika pemerintah Trump memberlakukan tambahan bea masuk terhadap produk impor dari RRT, seolah-olah berada di pihak yang dizalimi.

Akan tetapi, bagi yang memahami situasinya akan tahu, dihukumnya baik ZTE maupun PKT, kesamaannya terletak pada tidak taat pada peraturan dan tidak bisa dipercaya, serta kebiasaan berbohong.

Sejak tahun 2001 saat PKT bergabung dalam WTO semua janjinya tidak banyak yang dipenuhinya, Beijing selain tidak menyesalinya, sebaliknya justru menyangkal dan menantang AS akan “meladeni sampai akhir”.

Sementara ZTE yang telah disegel juga sama ngototnya, karena terlalu lama berkutat di dalam kubangan yang sama dengan PKT, sehingga perilaku dan sifatnya menjadi mirip.

Sebaliknya jika mereka telah belajar bertindak-tanduk sesuai aturan di tengah masyarakat internasional/Barat, mana mungkin melanggar hukum AS dan dihukum?

Banyak analisa telah menunjukkan, karena chips dari Amerika tidak tergantikan, masa depan ZTE sangat suram.

Direktur ZTE Yin Yimin dalam pidato internalnya menyebutkan, sanksi ini akan membuat perusahaan berada dalam kondisi koma. Dan dilihat dari kondisi sebelumnya, ZTE yang kalah aturan jika terus ngotot, tak mungkin bisa menggulingkan larangan AS, jika masih ingin eksis, harus ada yang bisa menyelamatkannya. Apakah beking di balik ZTE mampu menyelamatkannya?

Siapakah dalang yang ada di balik ZTE? Dalam laporan yang baru saja dirilis Komisi Pengawas Keamanan Ekonomi AS-RRT (USCC) menyebutkan, produk teknologi informatika buatan perusahaan RRT mungkin telah dimanipulasi untuk bisa menyadap dan mengintervensi operasional pemerintahan AS.

Laporan tersebut menyebutkan, pemerintah Beijing mungkin telah mendukung kegiatan mata-mata di sejumlah perusahaan, untuk meningkatkan daya saing perusahaan RRT dan mendapatkan keuntungan bagi pemerintahnya.

Laporan juga memaparkan perusahaan lain seperti Huawei, ZTE, Lenovo, Beijing Teamsun Technology, Inspur Group dan banyak perusahaan ICT dari RRT lainnya. Produk dari perusahaan-perusahaan tersebut memberi kesempatan bagi PKT untuk menyusupkan perangkat mata-mata dan pintu belakang di kantor pemerintahan AS, sehingga bisa dimanfaatkan untuk melakukan serangan internet.

Walaupun Deplu PKT menyangkal hal ini, dan juru bicara Deplu bahkan mengutip pernyataan “produk Apple bisa ditemukan dimana pun di RRT, warga AS membeli produk Huawei dianggap sebagai ancaman keamanan negara” untuk menyangkal laporan tersebut, namun berbagai tindakan tidak terpuji sebelumnya menunjukkan bahwa hal ini bukan tidak beralasan.

Satu alasan utamanya adalah karena berada di bawah pemerintahan otoriter seperti PKT, perusahaan besar tersebut di atas harus mengandalkan pemerintah untuk berkembang, bahkan harus mentaati arahan dari pemerintah.

Di tahun 2016 ketika Apple berani menolak vonis pengadilan agar Apple membantu FBI membuka ponsel pelanggannya, perusahaan RRT tersebut di atas apakah berani berkata ‘tidak’ pada pemerintah yang hendak menggunakan informasi pengguna? Perusahaan mana yang berani tidak memberikan data tersebut? Siapa yang berani tidak kooperatif dengan pemerintah (PKT)? Inilah perbedaannya.

Benar, PKT adalah beking yang ada di belakang ZTE. Saat PKT membutuhkan, segala milik perusahaan itu termasuk produknya, siapa yang berani menjamin tidak dimanfaatkan oleh PKT? Dulu PKT memaksa Yahoo membocorkan nama reporter yang menulis pernyataan anti komunisnya itu, waktu itu PKT memaksa Google untuk disensor menyebabkan Google hengkang dari RRT, kejadiannya belum begitu lama berlalu, ancaman yang begitu terang-terangan terhadap perusahaan asing, apalagi terhadap perusahaan Tiongkok sendiri.

Mungkin bisa dikatakan, ZTE bisa begitu nekad menjual produknya ke Iran, karena di baliknya ada dukungan PKT. Sebagai rezim yang suka bersekutu dengan rezim sesat di dunia seperti Iran, Korut, Sudan dan Suriah, PKT telah memberikan tidak sedikit bantuan bagi negara-negara tersebut baik secara diam-diam maupun terbuka, siapa tahu ekspor ZTE juga dijadikan jembatan oleh rezim PKT?

Menurut dokumen rahasia milik ZTE yang terungkap di internet, produk dari ZTE tidak hanya dijual ke Iran saja, termasuk juga Sudan, Korut, Suriah dan Kuba. Bisa dilihat ZTE berupaya menghindari pemeriksaan oleh Amerika, dan di dalam dokumen itu disebutkan soal “risiko perusahaan”. ZTE yang jelas-jelas tahu telah melanggar aturan begitu bernyali! Dan nyali seperti itu hanya bisa didapat bila ada beking di belakangnya.

Masalahnya adalah, PKT yang berada di baliknya apakah berani mengaku sebagai beking bagi ZTE? Ada satu kondisi seperti skenario di dalam film: “Misi Anda ke negara musuh kali ini, jika berhasil, tidak akan ada penghargaan, tidak ada promosi; tapi jika gagal, jangan harap kami akan menyelamatkan kalian, kami akan menyangkal hubungan kalian dengan kami.” Sejumlah pernyataan dari Departemen Perdagangan dan media massa ofisial mengungkap makna seperti ini.

Akan tetapi, menurut penulis, walaupun Beijing tidak mengakui secara terbuka, namun belum tentu akan dibiarkan begitu saja, apalagi ZTE adalah salah satu perusahaan terbesar di dalam dunia industri RRT, itu sebabnya mungkin akan dilakukan diam-diam untuk menyelamatkannya dari kebangkrutan, mungkin dibeli oleh perusahaan lain, seperti Huawei, pemerintah akan menyuntikkan dana besar, dengan cara merujuk pada penanggulangan perusahaan produsen susu bubuk yang pernah terlibat kasus susu bubuk beracun dulu.

Namun bagaimana pun juga, setelah disegel oleh Departemen Perdagangan AS, ZTE telah menapak jalan kehancurannya, bagaimana pun ZTE dan PKT berupaya tidak akan banyak membantu masalah ini. Dan berakhirnya permainan ZTE adalah sebuah pukulan telak bagi PKT, ini adalah fakta yang kita saksikan bersama. (SUD/WHS/asr)