Kedamaian Jadi Kunci Kemenangan Pendekar Hebat

Erabaru Chanel – Dahulu kala, hiduplah seorang pendekar hebat. Meskipun sudah tua, ia masih mampu mengalahkan semua penantangnya.

Suatu ketika, seorang pendekar muda menantangnya. Pendekar muda bertekad menjadi orang pertama yang mengalahkan pendekar tua yang hebat itu. Dia memiliki kekuatan luar biasa dan kemampuan khusus untuk menemukan kelemahan lawannya.

Dalam setiap pertarungan, Dia akan menunggu lawannya menyerang terlebih dahulu untuk memahami kelemahannya. Dia lalu akan melakukan serangan balasan dengan kecepatan dan kekuatan maksimal. Sehingga tiada seorang pun yang pernah mengalahkannya setelah melakukan langkah pertama.

Pendekar tua itu menerima tantangan pendekar muda walau berusaha dicegah oleh murid-muridnya yang prihatin. Pada hari pertarungan, semua orang berkumpul di sekitar dua pendekar itu.

Ketika pertarungan dimulai, pendekar muda itu mulai melecehkan pendekar tua. Ia menendang debu ke arah pendekar tua dan meludahi wajahnya. Tetapi, pendekar tua tetap berdiri tegak dan tidak bergerak.

Pendekar muda itu terus melecehkan pendekar tua untuk waktu yang lama. Namun pendekar tua tetap berdiri dengan tenang di hadapannya.

Akhirnya, pendekar muda itu menyerah. Ia sadar bahwa dirinya telah dikalahkan dan dipermalukan.

Semua murid kecewa mengapa gurunya tidak melawan pendekar muda setelah dihina seperti itu. Mereka bertanya bagaimana mungkin sang Guru mampu menahan penghinaan seperti itu, dan membiarkan pendekar muda pergi begitu saja, tanpa diberi pelajaran.

Pendekar tua itu menjawab, “Jika seseorang datang memberimu hadiah dan kamu tidak menerimanya, lalu milik siapakah hadiah itu?”

Salah satu muridnya menjawab, “Maka hadiah itu menjadi milik orang yang ingin memberikannya.”

https://www.youtube.com/watch?v=lUgai9iZ4Cc

“Benar,” kata pendekar tua itu.”Dan jika seseorang mencoba menghinamu dan membuatmu marah, tetapi kamu tidak menerimanya, milik siapakah hinaan atau amarah itu?”

Murid lain menjawab, “Menjadi milik orang yang ingin menghina kita dan membuat kita marah.”

“Benar,” jawab pendekar tua itu. “Orang lain boleh saja memprovokasi dan membuatmu marah, tetapi kamu tidak harus menerima amarahnya.

“Terserah padamu cara merespons. Ingat, kamu selalu punya pilihan. Pilih untuk menjadi orang yang lebih baik dan lebih mulia. Pilih untuk menjadi orang yang lebih baik dan lebih mulia.”

Jadi, tetap tenang bahkan di saat orang mencoba memprovokasi kita adalah tanda kebijaksanaan dan pengendalian diri yang tertinggi. (EB/waa)

Video Rekomendasi :