Ribuan warga Rumania Demo Partai Sosialis Demokrat

EpochTimesId – Ribuan warga Rumania menggelar aksi unjuk rasa di luar markas besar pemerintah pusat di ibukota Bucharest, pada hari Sabtu (12/5/2018) waktu setempat. Demonstrans memprotes Partai Sosialis Demokrat yang berkuasa karena berupaya untuk melemahkan independensi peradilan.

Sosialis Demokrat dan mitra koalisi mereka ALDE menggunakan suara mayoritas mereka untuk mendorong perombakan peradilan melalui parlemen pada bulan Desember 2017. Perombakan tetap dilakukan walau ada kritik dari Komisi Eropa, Amerika Serikat, ribuan hakim dan presiden berhaluan tengah, Klaus Iohannis.

Langkah tersebut saat ini sedang diuji di Mahkamah Konstitusi, dan belum menjadi undang-undang.

Sekitar 5.000 orang yang berkumpul di Bucharest meneriakkan kata-kata “pencuri” berulang kali. Mereka juga menuntut pemerintah yang berkuasa mengundurkan diri. Warga berkerumun di sekitar bendera Uni Eropa raksasa. Selain di Ibukota, ribuan warga lainnya juga protes di kota-kota provinsi di seluruh negeri.

“Ini memalukan bagi rakyat Rumania yang dipimpin oleh politisi yang dihukum atau diselidiki 28 tahun setelah jatuhnya komunisme,” kata Nicu Petrescu, seorang insinyur berusia 56 tahun di Bucharest.

Transparency International menempatkan Rumania di antara negara-negara yang paling korup di Uni Eropa. Jaksa antikorupsi telah mengirim ratusan anggota parlemen, menteri, walikota dan pejabat publik lainnya untuk diadili atas dakwaan kasus korupsi.

Juru bicara dari majelis rendah parlemen dan pemimpin koalisi yang berkuasa di parlemen saat ini juga sedang diadili dalam kasus-kasus korupsi terpisah.

Upaya oleh koalisi yang berkuasa untuk mengeluarkan perbuatan korupsi dari kasus kriminal yang harus diadili melalui keputusan darurat pada awal tahun lalu, juga sempat memicu protes jalanan terbesar Rumania dalam beberapa dekade.

Anggota parlemen juga memperdebatkan satu set proposal baru untuk mengubah ‘Criminal Code’, termasuk mendekriminalisasi beberapa pelanggaran dan menurunkan ancaman hukuman penjara maksimal. (The Epoch Times/waa)