Taiwan Kehilangan Sekutu Kedua dalam Sebulan di Tengah Tekanan Tiongkok

OUAGADOUGOU / TAIPEI – Taiwan kehilangan sekutu diplomatiknya yang kedua dalam waktu kurang dari sebulan ketika Burkina Faso mengatakan pada 24 Mei bahwa mereka telah memutuskan hubungan dengan pulau yang diperintah sendiri tersebut, menyusul tekanan kuat dari rezim Tiongkok.

Partai Komunis Tiongkok menganggap Taiwan bagian dari wilayahnya dan bersikeras “satu kebijakan Tiongkok” yang menghalangi ruang internasional apapun untuk Taiwan. Baru-baru ini, karena mencari lebih banyak investasi di benua Afrika, Tiongkok telah menekan negara-negara Afrika untuk mengakui hanya satu Tiongkok.

Taiwan sekarang hanya memiliki satu sekutu diplomatik yang tersisa di Afrika, kerajaan kecil Swaziland, dan hubungan-hubungan formal dengan hanya 18 negara di dunia, banyak di antaranya adalah negara-negara miskin di Amerika Tengah dan Pasifik seperti Belize dan Nauru.

Pernyataan Kementerian Luar Negeri Burkina tidak menyebutkan Tiongkok secara langsung, tetapi mengatakan “evolusi dunia dan tantangan-tantangan sosio-ekonomi negara dan wilayah kami mendorong kami untuk mempertimbangkan kembali posisi kita.”

Berbicara pada konferensi pers yang diatur secara tergesa-gesa di Taipei, Presiden Tsai Ing-wen mengatakan Taiwan tidak akan terlibat dalam “diplomasi dolar” dan telah mencela metode-metode Beijing.

hubungan diplomatik taiwan-burkina afrika
Presiden Taiwan Tsai Ing-wen selama jamuan tahunan untuk Kamar Dagang Eropa (ECCT) di Taipei pada 17 Mei 2018. (Sam Yeh / AFP / Getty Images)

“Mainan Tiongkok dengan diplomasi dolar dan menjanjikan sejumlah besar uang untuk menarik banyak negara untuk membangun hubungan,” kata Tsai.

“Saya ingin menekankan lagi bahwa tekanan Tiongkok hanya akan mengarah pada hubungan Taiwan dengan mitra-mitranya di komunitas internasional semakin dekat. Kita tidak akan menyerah sama sekali.”

Taiwan menuduh Tiongkok memikat teman-temannya dengan menawarkan paket-paket bantuan yang murah.

Menteri Luar Negeri Taiwan, Joseph Wu, yang telah mengundurkan diri, mengatakan, “Tiongkok yang telah merebut sekutu-sekutu kita dan memberi kita tekanan di ruang diplomatik tidak akan menciutkan jarak menyeberang selat [Taiwan] tersebut dan tidak akan membiarkan hubungan-hubungan lintas selat berjalan damai, jalan yang bersahabat.”

Menumbuhkan Permusuhan

Taiwan adalah masalah teritorial paling sensitif di Tiongkok.

Permusuhan Tiongkok terhadap Taiwan telah tumbuh sejak Tsai terpilih sebagai presiden pada tahun 2016, yang berasal dari Partai Progresif Demokrat pro kemerdekaan. Dia bilang dia ingin mempertahankan status quo.

Tiongkok adalah mitra dagang terbesar Afrika, dengan investasi besar-besaran dalam pertambangan, konstruksi dan perbankan, meskipun saat ini kurang aktif di Burkina.

Tiongkok menjadi tuan rumah KTT para pemimpin Afrika pada September di Beijing, di mana negara tersebut kemungkinan akan menawarkan janji-janji bantuan dan pinjaman-pinjaman khusus yang baru.

Pada bulan Maret, Tiongkok mengatakan pihaknya sangat berkepentingan dengan sekutu-sekutu Taiwan untuk mengenali sebuah “kecenderungan yang sangat menarik” dan menyingkirkan Taipei demi “satu Tiongkok.”

Burkina adalah negara kelima yang memutuskan hubungan dengan Taiwan sejak Tsai menjadi presiden, menyusul Republik Dominika, Gambia, Sao Tome dan Principe, dan Panama.

Vatikan mungkin berikutnya, karena Takhta Suci (Holy See) dan Tiongkok semakin dekat dengan kesepakatan penunjukan uskup di sana.

Taiwan mengatakan Republic of China, nama resminya, adalah negara yang berdaulat dengan hak untuk mengembangkan hubungan dengan negara-negara lain.

Beberapa negara telah beralih gonta-ganti antara Beijing dan Taipei beberapa kali.

Ini adalah kedua kalinya Burkina telah memutuskan hubungan dengan Taiwan. Terakhir dilakukan pada tahun 1973, sebelum melanjutkan hubungan dengan Taipei pada tahun 1994. (ran)

ErabaruNews