Sepuluh Fakta Kunci Perdagangan Amerika

EpochTimesId – Defisit perdagangan Amerika Serikat dengan Tiongkok yang terus memburuk pada tahun 2017 telah mencapai 337 miliar dolar AS. Pemerintah Tiongkok membantu perusahaan mereka dengan cara melakukan spionase cyber, dumping dan kecurangan lainnya. Itu adalah perbuatan yang melanggar kontrak.

Amerika Serikat telah mengeluarkan biaya ekstra sangat besar selama bertahun-tahun. Hal itu karena tindakan curang oleh Tiongkok komunis tersebut. Trump kini mendapat angin tak terduga; kredibilitas, yang telah membuat kemajuan besar dalam hal mengatasi isu perdagangan.

Presiden Trump saat kampanye pemilihan presiden menyatakan bahwa Tiongkok komunis sedang menjarah Amerika Serikat. Sekarang, ia menepati janjinya untuk menghukum Tiongkok dengan menaikkan tarif impor pada produk baja dan aluminium mereka, serta produk-produk Tiongkok lainnya. Walau kemudian, banyak pihak mengkhawatirkan akan memicu perang dagang antar kedua negara besar itu.

Profesor Farok J. Contractor dari Rutgers Business School di University of New Jersey mempresentasikan makalah analisisnya melalui media Yale Global. Makalah itu mengenai 10 fakta tentang hubungan perdagangan, menyoroti tantangan yang dihadapi oleh Tiongkok dan Amerika Serikat.

Sepuluh fakta hubungan perdagangan AS-Tiongkok, Yaitu;

1. Defisit perdagangan AS dengan China yang terus memburuk pada tahun 2017, total telah mencapai 337 miliar dolar AS. Karena Amerika memiliki surplus dalam perdagangan jasa, jadi jika ditilik dari perdagangan barang saja maka defisitnya akan lebih besar dari angka tersebut.

2. Amerika Serikat memberlakukan tarif rata-rata tertimbang sebesar 1,6 persen pada produk impor. Alasan mengapa Amerika Serikat menjadi importir terbesar dunia hingga saat ini, sebagian disebabkan oleh hal ini. Menurut data Bank Dunia, tarif rata-rata di kebanyakan negara maju adalah kurang dari 5 persen.

3. Selama beberapa dekade, Amerika Serikat mengalami defisit perdagangan dengan negara-negara lain di dunia yang besarnya mencapai 566 miliar dolar AS.

Dalam hal perdagangan barang, defisit yang berkembang adalah 796 miliar dolar AS. Tetapi pada perdagangan jasa, AS mengalami surplus yang besarnya mencapai 230 miliar dolar AS. Impor dari semua negara berjumlah hampir 2,9 triliun dolar AS, dimana Tiongkok menghasilkan 524 miliar dolar AS, kira-kira 18 persen dari total impor AS.

4. Amerika Serikat memiliki surplus perdagangan dengan beberapa negara yang kebanyakan dari mereka adalah negara-negara kecil. Sebanyak 15 negara yang menghasilkan surplus perdagangan sekitar 124 miliar dolar bagi AS antara lain Belanda, Inggris, dan Guatemala.

5. Amerika Serikat adalah pengekspor jasa utama di dunia. Jasa yang diekspor AS telah melampaui impornya dari bagian lain dunia, yang menghasilkan surplus sebesar 230 miliar dolar AS. Amerika Serikat adalah negara yang inovatif dengan budaya perintis.

6. Tiongkok memainkan peran utama dalam defisit perdagangan barang AS. Dengan memperhitungkan jumlah perdagangan barang dan jasa, maka secara keseluruhan Tiongkok menyumbang 59 persen dari total defisit perdagangan AS (59 persen dari total defisit AS (566 miliar) adalah 337 miliar).

Foxconn, perusahaan OEM (Produsen Peralatan Asli) Taiwan yang berada di daratan Tiongkok merakit ponsel untuk Apple. Setiap kali merakit sebuah ponsel, Apple membayar sekitar 10 dolar AS, dengan berbagai komponen yang berasal dari banyak negara.
Foxconn akan mengirim iPhone yang dirakit ke Amerika Serikat dengan nilai sekitar 220 dolar AS, termasuk 210 dolar untuk biaya komponen dan 10 dolar untuk biaya perakitan.

Catatan pabean menunjukkan bahwa perakitan Tiongkok hanya akan meningkatkan nilai perdagangan 10 dolar. Sedangkan harga ritel iPhone 649 dikurangi 220 dolar, setara dengan laba kotor Apple adalah 429 dolar AS. Angka tersebut tidak muncul dalam data perdagangan. Jumlah total nilai tambah Tiongkok sebesar 10 dolar adalah 150 juta dolar AS, yaitu 4,5 persen dari 15 juta iPhone senilai 3,3 miliar dolar.

7. Seluruh dunia, termasuk Tiongkok ikut membayar defisit perdagangan AS. Anggaran belanja pemerintah AS lebih besar daripada penghasilan dari pajak domestik. Selama 35 tahun terakhir, pemerintah AS kebanyakan waktunya mengalami defisit perdagangan.

8. Semua kebijakan akan menciptakan pemenang dan pecundang, tetapi akan keluar lebih banyak pemenang daripada pecundang dalam perdagangan internasional. Secara umum, kebanyakan orang Amerika saat ini memiliki pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan prospek yang lebih baik daripada generasi ayah mereka.

Tingkat pengangguran mencapai rekor terendah, dan daya beli setelah pajak rakyat Amerika sekarang merupakan yang tertinggi di dunia.

9. Dalam hampir semua kasus, perusahaan yang dituduh melakukan dumping oleh pemerintah AS tidak mengalami kerugian. Dumping terjadi ketika importir yang tidak jujur menjual produk dengan harga di bawah harga dan melukai produsen lokal dalam persaingan.

Dumping telah memaksa produsen lokal untuk menurunkan harga, sesekali juga menimbulkan adanya PHK karyawan bahkan menutup bisnis. Perusahaan Trump menuduh perusahaan-perusahaan baja dan aluminium Tiongkok melakukan dumping.

10. Perusahaan-perusahaan Tiongkok menginginkan teknologi Barat dan rahasia perusahaan, dan pemerintah Tiongkok berniat untuk membantu; Peraturan Tiongkok mencegah perusahaan asing berinvestasi dan melakukan bisnis di Tiongkok, kecuali mereka bersedia bermitra dengan perusahaan lokal, pemerintah Tiongkok tidak menyembunyikan bantuannya. Mereka terang-terangan melakukan kegiatan spionase cyber demi perusahaan dalam negeri mereka.

Dalam 40 tahun terakhir, defisit perdagangan AS terkait dengan defisit pemerintah. Selama 3 kondisi berikut terus bertahan, pola ini akan berlanjut;

1. Investor asing dan investor domestik tetap percaya bahwa dolar AS adalah aset untuk menghindari risiko, baik untuk berinvestasi dalam obligasi Treasury AS.

2. Upah pekerja asing masih lebih rendah dari 5 dolar AS per jam.

3. Pengangguran tetap berada pada tingkat yang dapat diterima.

Kesenjangan kepercayaan
Christopher Balding, seorang profesor di HSBC School of Commerce di Peking University, menulis dalam Nikkei Asian Review bahwa seiring terjadinya sengketa perdagangan antara AS dengan Tiongkok, Presiden Trump justru mendapatkan keuntungan yang tak terduga, yaitu kredibilitas.

Dalam hal perdagangan, Trump telah membuat kemajuan besar. Seperti yang ia janjikan, AS telah mundur dari Kemitraan Trans-Pasifik (TPP) dan mencapai kesepakatan perdagangan dengan Kanada, Meksiko, dan Korea Selatan melalui negosiasi ulang dan penetapan tarif atas berbagai komoditas.

Sebaliknya, komitmen untuk perdagangan yang tak berujung dari Tiongkok komunis telah berulang kali mengikis kredibilitas terhadap mereka. Selama bertahun-tahun, Beijing telah bersumpah untuk mematuhi norma-norma internasional dan menyediakan lingkungan persaingan yang adil bagi perusahaan asing, tetapi itu tidak pernah terwujud.

Tiongkok juga berjanji untuk membuka pasar sepenuhnya bagi investor asing, tetapi masih tetap menjadi salah satu negara dengan ekonomi yang paling tertutup dan dilindungi (pemerintahnya) di dunia. Kamar Dagang Uni Eropa Tiongkok baru-baru ini menggunakan istilah promise fatigue (bosan dengan janji-janji) untuk menggambarkan bagaimana perusahaan asing menilai Tiongkok.

Menanggapi tingkat perlindungan perdagangan di berbagai bidang yang dilakukan pemerintah Tiongkok, Trump memutuskan bahwa ini adalah masalah nyata. Komitmen Tiongkok untuk membuka pasar adalah hal yang tidak perlu dipercaya, sehingga Amerika Serikat memiliki keuntungan yang menentukan dalam negosiasi.

Pada bulan April tahun ini, Departemen Kehakiman AS melarang perusahaan AS mengekspor layanan teknis ke ZTE Corporation. Ini bukan semata-mata karena pelanggaran sanksi perdagangan dengan Iran dan Korea Utara, tetapi lebih karena pernyataan palsu yang dibuat selama negosiasi penyelesaian (dan) selama periode observasi.

Dengan kata lain, pemerintah AS menemukan bahwa ZTE tidak memiliki kredibilitas untuk mematuhi undang-undang AS dan komitmennya sendiri dan dengan demikian perlu diberikan hukuman yang sangat berat.

Kesenjangan kepercayaan tidak sampai di situ. Perusahaan asing tidak percaya apakah mereka dapat diperlakukan dengan adil di Tiongkok. Pada saat yang sama, Washington percaya bahwa akibat perilaku dan pelanggaran kepercayaannya Tiongkok selama bertahun-tahun telah menyebabkan Amerika Serikat menanggung biaya yang sangat besar. (Li Qingyi/EpochWeekly/Sinatra/waa)

Video Pilihan :

https://youtu.be/fTKcu82AtsA