Rencana Beijing Membunuh Presiden Taiwan pada Awal Perang

CHESTER BARAT- PENNSYLVANIA. Rejim Tiongkok berencana membunuh presiden Taiwan pada awal serangan terhadap negara kepulauan itu, seorang analis pertahanan mengatakan, berdasarkan pembacaannya terhadap tulisan internal militer Beijing. Pembunuhan itu dapat membuka jalan bagi Beijing untuk memenangkan invasi habis-habisan melawan Taiwan, kata pakar AS.

Ian Easton, seorang peneliti di Project 2049 Institute yang baru-baru ini menulis sebuah buku yang membahas strategi Tiongkok untuk menyerang Taiwan, mengatakan bahwa para pembuat rencana militer Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok (PLA) telah diinstruksikan sejak akhir 2012 untuk bersiap merebut kembali Taiwan dengan kekuatan “cepat atau lambat.”

Meskipun Taiwan mempertahankan militer yang kuat yang akan melakukan perlawanan besar terhadap serangan apapun, Easton mengatakan bahwa hasil pembacaannya terhadap tulisan-tulisan internal PLA mengungkapkan bahwa Beijing memiliki beberapa kartu untuk dimainkan yang dapat secara dramatis membahayakan pertahanan Taiwan, salah satunya adalah untuk membunuh kepemimpinan Taiwan pada awal pertempuran militer.

“Faktor yang paling penting adalah kepemimpinan Taiwan yang terpilih secara demokratis tersebut,” kata Easton pada konferensi Taiwan-Amerika pada 2 Juli di West Chester, Pennsylvania. “Militer Tiongkok memiliki rencana untuk mengeluarkan presiden Taiwan dalam operasi ‘pemenggalan’, atau pembunuhan untuk menyingkirkan pemimpinnya, meskipun mereka tidak mengatakannya seperti itu.”

Ian juga mengatakan bahwa ia menemukan banyak referensi dalam tulisan-tulisan internal PLA yang membahas bagaimana “menglenyapkan” orang-orang di Taiwan yang menentang aturan rezim Tiongkok. Tujuan Beijing adalah untuk mengubah Taiwan menjadi Xinjiang atau Tibet berikutnya, di mana kekuasaan militer menundukkan penduduk lokal, tanpa oposisi atau kemiripan dari sistem politik yang berbeda yang diizinkan, kata Easton.

Berbeda dengan kediktatoran satu partai rezim Tiongkok tersebut, Taiwan telah mempertahankan demokrasi yang dinamis selama beberapa dekade. Beberapa orang Taiwan ingin bersatu dengan Tiongkok, dan satu-satunya opsi yang layak bagi Beijing untuk menggabungkan Taiwan adalah melalui kekuatan, kata Easton. (ran)

ErabaruNews