Amerika Waspadai Merger T-Mobile dan Sprint yang Terkait dengan Huawei

EpochTimesId – Anggota parlemen Amerika Serikat baru-baru ini mendesak pemerintahan Donald Trump untuk memperhatikan secara saksama rencana transaksi merger dan akuisisi perusahaan operator telkom AS, T-Mobile dan perusahaan Sprint. Anggota parlemen beralasan bahwa transaksi tersebut dapat menimbulkan ancaman bagi keamanan AS.

Sprint dan perusahaan Telekomunikasi Tiongkok, Huawei memiliki hubungan kerja sama. Sehingga aktivitas korporasi tersebut perlu peninjauan yang lebih ketat.

Menurut laporan Bloomberg baru-baru ini, anggota Dewan Perwakilan AS (HOR) pekan depan akan mengirim surat kepada Menteri Keuangan AS, Steve Mnuchin. Departemen Keuangan AS bertanggung jawab atas transaksi M&A tersebut.

HOR akan menyampaikan rasa kekhawatiran tentang rencana dua perusahaan operator utama yang dapat mengancam keamanan nasional. Mereka akan meminta pemerintah mengadakan peninjauan yang lebih ketat.

Bloomberg telah memperoleh salinan surat ini yang isinya, “Saya memahami bahwa kedua perusahaan ini adalah anak perusahaan dari perusahaan investasi asing, salah satunya (Sprint) dan perusahaan dengan latar belakang resmi Tiongkok (Huawei) mempertahankan hubungan kerjasama jangka panjang yang erat. Ini membutuhkan penyelidikan keamanan nasional yang komprehensif dan ketat.”

T-Mobile dan Sprint, adalah dua perusahaan operator seluler AS terbesar ketiga dan keempat. Pada bulan April lalu, mereka mengumumkan kesepakatan transaksi merger dan akuisisi (M&A) senilai 26,5 miliar dolar AS. Transaksi tersebut perlu mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari Komite Investasi Asing di AS (Committee on Foreign Investment in the United States/CFIUS).

Laporan menyebutkan bahwa Presiden Trump mungkin dapat memblokir transaksi M&A tersebut berdasarkan saran ahli.

Sprint dan Huawei memiliki hubungan kerja sama
Perusahaan induk Jerman dari T-Mobile akan memegang 42 persen dari saham gabungan perusahaan baru, dan menguasai 9 kursi dalam dewan direksi. Sementara SoftBank Group Corp di Jepang yang merupakan perusahaan induk Sprint, nantinya akan memiliki 27 persen saham gabungan dan 4 kursi dalam dewan direksi.

Dilaporkan bahwa salah satu dari kursi direksi tersebut akan diduduki oleh Sun Zhengyi, CEO SoftBank Group. Ini menandakan bahwa perusahaan T-Mobile baru nanti akan dimiliki terutama oleh dua perusahaan asing, yaitu Softbank Group Jepang dan Deutsche Telekom, Jerman.

Dalam draft surat Dewan Perwakilan AS ke Kementerian Keuangan itu telah disinggung tentang adanya kerja sama antara SoftBank Group Jepang dengan Huawei. Sedangkan Huawei telah didaftarkan oleh Amerika Serikat sebagai perusahaan Tiongkok yang mengancam keamanan nasional.

Pada bulan September tahun lalu, Softbank mengumumkan kemitraan dengan Huawei untuk mempromosikan penggunaan jaringan komunikasi nirkabel 5G generasi mendatang. Dan pada bulan November tahun yang sama, Softbank juga menandatangani perjanjian dengan Huawei untuk membuat robot layanan cerdas berdasarkan teknologi 5G.

“Penggabungan T-Mobile dan Sprint akan meningkatkan risiko telekomunikasi yang terkait dengan perusahaan asing pihak ketiga. Termasuk peralatan Huawei yang digunakan untuk mengembangkan infrastruktur 5G di AS,” tulis surat itu.

VOA mengutip analisa Gordon Chang, seorang kritikus politik dan ekonomi yang juga seorang penulis. Artikel VOA memberitakan bahwa keprihatinan Kongres AS terhadap rencana transaksi M&A 2 perusahaan telekomunikasi tersebut adalah karena kekhawatiran terhadap kompetisi AS-Tiongkok dalam komunikasi 5G.

“Transaksi antara Sprint dan T-Mobile terkait dengan keamanan nasional, karena Amerika Serikat dan Tiongkok sedang mengembangkan persaingan dalam teknologi komunikasi nirkabel 5G generasi berikutnya. Perusahaan induk Sprint yakni SoftBank memiliki hubungan dengan Huawei. Sedangkan Huawei dalam kompetisi 5G ini merupakan pemain penting, jadi setiap langkah yang dapat membantu Huawei pasti akan menarik perhatian Amerika Serikat,” ujar Gordon Chang.

Kasus M&A menimbulkan ancaman bagi keamanan nasional
Menurut Bloomberg, draft surat Kongres juga menyebutkan bahwa perusahaan Sprint telah melanggar perjanjian keamanan dan masih menggunakan peralatan Huawei. Sprint pada tahun 2013 telah berkomitmen dengan pemerintah AS untuk menghapus peralatan Huawei dari jaringannya.

Tetapi setelah 3 tahun berlalu, Sprint yang menjadi anak perusahaan SoftBank Group menegaskan bahwa peralatan Huawei masih digunakan dalam jaringan mereka. Ini jelas merupakan bukti pelanggaran terhadap perjanjian tahun 2013.

Surat anggota Dewan Perwakilan AS disampaikan bertepatan DPR AS sedang menyusun RUU terkait memperkuat tinjauan terhadap kasus merger dan akuisisi untuk mengurangi potensi ancaman keamanan nasional AS.

Awal tahun ini, CFIUS memberikan rekomendasi kepada Presiden Trump untuk menolak aksi korporasi M&A perusahaan Broadcom Singapura terhadap perusahaan besar pembuat chip AS, Qualcomm atas dasar keamanan nasional. Meskipun T-Mobile dan Sprint terus menekankan bahwa merger diperlukan bagi AS untuk memiliki jaringan 5G kelas dunia, sehingga kepemilikan asing dari jaringan 5G mungkin telah mengundang kewaspadaan tinggi dari Kongres AS.

Sebelumnya, Presiden Trump mencegah Broadcom mengakuisisi Qualcomm. Voice of America melaporkan bahwa dalam kasus itu Presiden AS menggunakan wewenangnya untuk memblokir transaksi tersebut.

“Yang menjadi kekhawatiran AS adalah Broadcom mungkin dapat menghalangi kemampuan Qualcomm di bidang pengembangan dan persaingan 5G,” sambung Gordon Chang. (Zhang Zhi/ET/Sinatra/waa)

Simak juga, Pengakuan Dokter yang Dipaksa Panen Organ Hidup :

https://youtu.be/0x2fRjqhmTA