Wanita Inggris Korban Racun Saraf Era-Soviet Akhirnya Tewas

EpochTimesId – Seorang wanita Inggris korban serangan racun saraf Novichok, Dawn Sturgess, akhirnya meninggal pada hari Minggu (8/7/2018) waktu setempat. Wanita 44 tahun itu meninggal setelah positif terkontaminasi racun Novichok pada 30 Juni 2018.

Korban ditemukan dalam keadaan kolaps bersama seorang korban pria lainnya di sebuah rumah di Inggris barat. Lokasi kejadian hanya sekitar 11 kilometer dari tempat agen ganda Rusia, Sergei Skripal dan putrinya diserang dengan racun yang sama empat bulan lalu.

Kematian Sturgess sedang diselidiki sebagai kasus pembunuhan oleh polisi Inggris. Perdana Menteri Inggris, Theresa May mengatakan dia kaget dan terkejut mendengar kabar kematian korban.

Serangan racun saraf terhadap mantan mata-mata Rusia pada bulan Maret 2018 lalu telah memicu krisis hubungan antara negara-negara Barat dan Rusia.

Polisi mengatakan mereka sedang menyelidiki bagaimana Sturgess dan seorang pria berusia 45 tahun, yang dikenal sebagai Charlie Rowley, terkena racun tersebut. Polisi menemukan barang yang terkontaminasi dengan Novichok, racun jenis baru yang dikembangkan oleh militer Soviet selama era Perang Dingin.

Serangan racun saraf terhadap duo Skripal mendorong pengusiran Barat terbesar terhadap para diplomat Rusia sejak Perang Dingin. Para negara sekutu memihak pandangan Inggris bahwa Moskow bertanggung jawab atau kehilangan kontrol terhadap racun saraf.

Moskow membalas dengan mengusir para diplomat puluhan negara Barat.

Setelah kematian Sturgess pada hari Minggu, menteri dalam negeri Inggris, Sajid Javid, mengatakan, “Berita menyedihkan yang menyedihkan hanya memperkuat tekad kami untuk mencari tahu persis apa yang telah terjadi.”

Kepala kepolisian Anti Terorisme Inggris, Asisten Komisaris Neil Basu, mengatakan Sturgess, seorang ibu tiga anak, meninggal sebagai akibat tindakan yang keterlaluan, sembrono dan biadab.

Sementara itu, korban Pria yang berusia 45 tahun masih kritis di rumah sakit Salisbury.

Serangan racun Novichok terhadap duo Skripal pada bulan Maret adalah penggunaan ofensif senjata kimia yang pertama kali diketahui di tanah Eropa, sejak Perang Dunia II.

Rusia, yang saat ini menjadi tuan rumah Piala Dunia sepak bola, telah membantah terlibat dalam kasus Skripal. Mereka justru menuding dinas keamanan Inggris yang melakukan serangan itu, untuk memicu histeria anti-Moskow.

Seorang petugas polisi berdiri di depan pembatas sementara yang dipasang di belakang rumah John Baker. Pembatas didirikan setelah dikonfirmasi bahwa dua orang korban terkontaminasi racun saraf Novichok, di Amesbury, Inggris, 5 Juli 2018. (Henry Nicholls/Reuters/The Epoch Times)

Sentuhan Fatal
Kedua korban dievakuasi dari rumah tersebut pada 30 Juni 2018. Mereka awalnya diduga overdosis heroin atau kokain sintetis.

Namun hasil uji oleh pusat penelitian militer Porton Down menunjukkan mereka telah terkena Novichok. Inggris telah memberitahukan kejadian itu kepada pengawas senjata kimia global, Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW).

Ujicoba lebih lanjut terhadap sampel dari Sturgess dan pria itu menunjukkan mereka terkena agen saraf setelah menyentuh barang yang terkontaminasi, dengan tangan mereka.

Javid mengatakan sebelumnya pada hari Minggu bahwa polisi memiliki hipotesis kerja bahwa kedua insiden keracunan itu terhubung. Dia juga mengatakan tidak ada rencana pada tahap ini untuk sanksi lebih lanjut terhadap Rusia.

Sturgess meninggal di Salisbury District Hospital, fasilitas yang sama yang merawat Skripal ketika sakit parah dan kritis.

Yulia Skripal, anak perempuan Sergei, mengalami koma selama 20 hari setelah keracunan. Namun, dia akhirnya sembuh dan dipulangkan sekitar lima minggu setelah keracunan. Ayahnya kemudian juga berhasil diobati dan keluar dari rumah sakit pada 18 Mei 2018.

Direktur medis rumah sakit, Christine Blanshard, mengatakan kepada BBC bahwa staf rumah sakit sudah bekerja maksimal dan tanpa lelah untuk menyelamatkan Sturgess. “Mereka melakukan semua yang mereka bisa,” katanya.

Alastair Hay, seorang profesor toksikologi lingkungan di Leeds University, mengatakan rumah sakit mungkin sekarang memiliki lebih banyak pengalaman daripada di tempat lain di dunia untuk menangani kasus-kasus Novichok. Akan tetapi ada batasan tindakan medis yang bisa dilakukan oleh dokter.

“Karena agen saraf menyerang fungsi saraf dan otot, efeknya tersebar luas, dan di mana kematian yang terjadi biasanya disebabkan oleh kegagalan pernafasan atau peredaran darah, atau keduanya,” kata Hay.

Otoritas kesehatan masyarakat Inggris mengakui pada hari Jumat, ada kekhawatiran warga sekitar beresiko tertular setelah dua insiden yang melibatkan Novichok. Akan tetapi mereka mengaku yakin bahwa risiko terhadap publik tetap rendah.

Investigasi terhadap serangan agen saraf sedang dipimpin oleh Jaringan Kepolisian Terorisme Inggris. Polisi mengatakan sekitar 100 detektif bekerja sepanjang waktu bersama rekan-rekan dari polisi lokal Wiltshire.

Tidak ada bukti bahwa kedua warga Inggris itu telah mengunjungi salah satu situs yang didekontaminasi setelah percobaan pembunuhan terhadap Sergei dan Yulia Skripal.

“Kami tidak dalam posisi untuk mengatakan apakah agen syaraf berasal dari batch yang sama yang menyerang Skripal,” kata mereka. (Reuters/The Epoch Times/waa)

Simak juga, Pengakuan Dokter yang Dipaksa Panen Organ Hidup :

https://youtu.be/0x2fRjqhmTA