Dapatkah Konsumsi Sayur–Buah Atasi sembelit? (3)

An Qi

“Setelah banyak mengonsumsi sayuran dan buah-buahan, mengapa masih mengalami masalah sembelit yang serius?” Ini merupakan pertanyaan dalam benak masyarakat. Pengertian masyarakat modern terhadap sembelit dan hubungannya dengan diet/pola makan kebanyakan hanya setengah-setengah saja, berikut ini adalah hasil wawancara dengan dokter keluarga Lin Xuhua tentang 6 mitos yang sering dijumpai:

Mitos 3: Selain mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan saja, lebih optimal ditambah multigrain (biji-bijian).

Mitos 4: Menurut studi di Jepang, serat yang larut dalam air dapat menjadi zat bagi bakteri dalam membantu melunakkan tinja; sedangkan serat yang tidak larut dalam air membantu usus dalam pengeluaran tinja.

Mitos 5: vegetarian tidak akan mengalami masalah sembelit

Masyarakat modern mengkonsumsi terlalu banyak makanan halus atau daging, setelah diserap oleh usus halus residu yang tersisa sudah tidak seberapa, ditambah dengan kekurangan serat sehingga tidak dapat BAB dengan lancar, ada orang yang dengan lugas hanya menerapkan vegetarian, mengira dengan berbuat demikian lebih lancar dalam BAB, alhasil masih ada sejumlah praktisi vegetarian yang mengalami masalah sembelit.

Sejumlah praktisi vegetarian yang makan di luar dalam jangka panjang selalu mengkonsumsi makanan olahan dan tidak pernah mengasup sayuran dan buah-buahan yang kaya serat; ada pula sejumlah orang yang tidak minum air dalam jumlah cukup, atau olah raganya tidak memadai, dengan demikian mereka tidak dapat merangsang gerak peristaltik usus.

Baca juga : Dapatkah Mengonsumsi Sayuran dan Buah-buahan Memperbaiki Kondisi Sembelit?

Selain itu, metode memasak juga berpengaruh, misalnya menumis dan merebus sayuran, menumis akan diberi sedikit minyak, ini dapat mengurangi sembelit. Faktor-faktor yang mempengaruhi buang air besar ini semuanya saling berkaitan dengan lingkungan.

Berbicara mengenai lemak, masyarakat modern memiliki pengertian yang salah kaprah tentang diet (pola makan sehat): banyak orang beranggapan mengkonsumsi lemak berlebihan akan membahayakan tubuh, sehingga terlalu menekankan prinsip-prinsip diet hambar dan sedikit lemak.

Sesungguhnya terlalu sedikit asupan lemak dapat membuat kulit tubuh atau mukosa dalam usus menjadi kering dan retak-retak, lemak dalam jumlah yang memadai baru dapat membuat tinja menjadi lunak dan licin.

Baca juga : Dapatkah Konsumsi Sayur–Buah Atasi sembelit? (2)

Singkat kata, jika ingin mencegah gangguan sembelit, yang terbaik adalah mengkonsumsi daging, sayarmayur dan lemak dalam proporsi yang tepat dengan susu sapi, kacang, wijen, kacang-kacangan, walnuts dan sejenisnya.

Mitos 6: Mengkonsumsi makanan kaya gizi dan yoghurt memberi suplemen probiotik, memperbaiki sembelit

Masyarakat kebanyakanan tahu bahwa peningkatan probiotik dalam tubuh dapat memperbaiki lingkungan usus, meningkatkan kemampuan pencernaan, meningkatkan peristaltik usus sehingga BAB menjadi lebih lancar.

Jika memilih obat-obatan probiotik oral, cukup diasup mengikuti petunjuk, jika makan melebihi petunjuk tidak akan memberi manfaat yang lebih besar. Juga perlu diperhatikan jam mengkonsumsinya, terutama karena probiotik oral dapat dirusak oleh asam kuat dalam lambung, bile salt dalam usus kecil dan jus pencernaan pankreas, sehingga tidak dapat memerankan fungsi mereka.

Menurut penelitian, waktu terbaik untuk mengkonsumsinya adalah bersamaan dengan makan, di antara jam makan atau dalam waktu 30 menit setelah makan.

Sedangkan yoghurt cair atau padat, dengan mempertimbangkan makanan jadi seperti itu mengandung gula berkalori tinggi, usahakan untuk dihindari.

Yang terbaik masihlah banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung probiotik, satu-satunya buah yang mengandung probiotik di alam adalah buah kiwi, makanan lain yang kaya probiotik adalah sayur asin (kimchi), natto, miso dan lain sebagainya.

Selain itu, boleh ditambahkan oligosakarida yang merupakan sumber nutrisi untuk bakteri probiotik seperti Bifidobacterium dalam usus, ini membantu peningkatan jumlah bakteri probiotik untuk melawan bakteri jahat seperti staphylococcus dalam saluran usus.

Makanan yang kaya oligosakarida adalah: burdock (buah berangan), asparagus, selada, krisan (chrysanthemum), bawang putih, bawang merah, kedelai, jagung, wortel, ubi jalar, gandum, apel, pisang, jeruk dan sebagainya. (PUR/WHS/asr)