Amerika Tidak Berkecil Hati dengan Penolakan Iran

EpochTimesId – Departemen Luar Negeri Amerika Serikat mengatakan tidak sedikitpun berkecil hati, setelah pejabat Iran menolak bertemu dengan Presiden AS, Donald Trump. Iran menolak keinginan Trump untuk bertemu dengan pemimpin tertinggi Kerajaan Islam Iran tanpa prasyarat apapun.

“Mereka berhak melakukan itu. Kami lebih memilih diplomasi, mereka lebih suka mengekspor perilaku ganas mereka di seluruh dunia. Seperti yang telah kami lihat, mereka lakukan selama bertahun-tahun,” kata juru bicara Deplu AS, Heather Nauert dalam konferensi pers 31 Juli 2018 lalu.

Dalam pendekatan ‘tongkat dan wortel’ yang khas, Trump memberikan tekanan yang semakin meningkat pada Iran. Dia kemudian memberikan pilihan jalan keluar untuk rezim Iran.

Pada bulan Mei, Trump membatalkan kesepakatan nuklir Iran (JCPOA) dan memerintahkan reimposisi atau penerapan kembali sanksi terberat secara bertahap terhadap rezim Iran. Namun pada 30 Juli, dia mengatakan pasti bersedia bertemu dengan Iran jika mereka ingin bertemu.

Para pejabat Iran menolak.
Penandatangan JCPOA lainnya, yaitu Rusia, Tiongkok, Inggris, Prancis, Jerman, dan Uni Eropa, berjanji kepada Iran bahwa mereka akan menjaga agar kesepakatan itu tetap hidup. Tetapi mereka juga menegaskan, tidak akan dapat memaksa perusahaan di negara mereka untuk tetap melakukan bisnis dengan Iran. Sebab, hal itu dapat melanggar aturan sanksi, dan dengan demikian, otomatis memutus perusahaan bersangkutan dnegan sistem keuangan AS.

Menlu AS, Mike Pompeo mengatakan satu tujuan utama sanksi adalah untuk menghentikan ekspor minyak Iran dan menghilangkan sumber pendapatan paling penting bagi Korps Garda Revolusi Islam, cabang militer itu, bersama dengan Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei, yang memegang kekuasaan atas pemerintah terpilih Iran. Sehingga dapat menghentikan dukungan mereka terhadap berbagai kelompok teroris dan militan di wilayah Arab.

Terakhir kali sanksi diberlakukan kembali, di bawah Presiden Barack Obama pada tahun 2012. Ketika itu, Iran kehilangan sekitar tiga per lima dari ekspor minyaknya. Saat itu, semua dari 20 negara yang mengimpor minyak mentah Iran menerima keringanan dari sanksi, dengan imbalan secara bertahap mengurangi impor.

Pemerintahan Trump mungkin lebih ketat. Setelah awalnya menunjukkan tidak ada keringanan sama sekali, para pejabat mengakui beberapa keringanan akan dipertimbangkan.

“Kami ingin orang-orang mengurangi pembelian minyak hingga menjadi nol, tetapi dalam kasus-kasus tertentu, jika orang tidak dapat melakukan itu dalam semalam, kami akan mempertimbangkan pengecualian,” ujar Menteri Keuangan, Steven Mnuchin kepada wartawan pada 13 Juli 2018.

Sumber industri minyak di India, importir terbesar kedua Iran dengan pesanan 2,5 juta barel per hari, sudah mengatakan pada bulan Juni bahwa mereka sedang bersiap-siap. Mereka akan beralih ke sumber minyak lain.

Arab Saudi, saingan utama Iran, sudah menawarkan 2 juta barel per hari. Mereka memiliki kapasitas produksi yang belum dimanfaatkan untuk menambal lubang di pasar minyak dunia.

Tiongkok, pelanggan terbesar Iran, menerima keringanan sanksi dari pemerintahan Obama pada 2012 silam. Meskipun mereka hampir tidak memangkas impor minyaknya dari Iran.

Tapi Trump berhadapan dengan Tiongkok dalam pertempuran tarif atas pelanggaran perdagangan. Situasi Iran memberikan Trump kesempatan untuk mengancam Tiongkok dengan sanksi. Sementara Tiongkok harus mempertimbangkan hubungannya dengan Iran, sekaligus dengan Amerika Serikat. (Petr Svab dan Reuters/The Epoch Times)

Simak juga, Pengakuan Dokter yang Dipaksa Panen Organ Hidup :

https://youtu.be/0x2fRjqhmTA