Ekspor Kedelai Amerika ke Uni Eropa Melonjak Hampir Tiga Kali Lipat

EpochTimesId – Akibat perang dagang antara Amerika Serikat dengan Tiongkok, kedelai AS dikenakan tarif pembalasan oleh Tiongkok. Namun, kedelai Amerika kini berhasil keluar dari jalan buntu, bahkan mengalami peningkatan dalam jumlah yang diekspor ke Uni Eropa.

Data terbaru yang dirilis Komisi Eropa pada hari Rabu (1/8/2018) menyebutkan bahwa jumlah impor kedelai AS oleh Uni Eropa pada bulan Juli telah melonjak sebanyak 283, jika dibandingkan dengan bulan yang sama tahun lalu.

Komisi Eropa dalam laporannya yang dikeluarkan pada hari Rabu menyebutkan bahwa dalam waktu 5 pekan yang berakhir pada 30 Juli, Eropa mengimpor 360.000 ton kedelai dari Amerika Serikat. Jumlah itu melonjak 283 persen dibandingkan dengan bulan yang sama tahun lalu.

Pada 2017, impor kedelai AS oleh Uni Eropa hanya menyumbang 9 pesen dari pasar kedelai AS. Kini angka itu naik menjadi 37 persen. Uni Eropa membutuhkan 30 juta ton kedelai yang diimpor dari luar negeri setiap tahunnya.

Jean-Claude Juncker, Presiden Komisi Eropa mengatakan bahwa, Uni Eropa telah setuju untuk membeli kedelai AS, sekarang kami telah menepati janji. “Kami sangat senang untuk dapat mengimpor lebih banyak kedelai AS. Ini adalah situasi ‘win-win’ bagi masyarakat Amerika Serikat dan Eropa.”

Komisaris Pertanian dan Pembangunan Pedesaan UE, Phil Hogan mengatakan bahwa UE dan AS adalah mitra dagang jangka panjang. Upaya mempererat dan memperkuat hubungan perdagangan akan terus dilakukan di masa depan.

Menurut pengumuman itu, Juncker telah membentuk mekanisme pelaporan untuk mengimpor kedelai AS. Dia akan melaporkan status impor secara berkala, setiap dua bulanan di masa depan. Ini adalah tindakan terbaru setelah Amerika Serikat dan Uni Eropa mengeluarkan pernyataan bersama pada 25 Juli.

Pada 25 Juli 2018 lalu, Presiden AS, Donald Trump dan Presiden Komisi Eropa, Juncker mencapai kesepakatan dalam pembicaraan perdagangan. Kedua belah pihak telah berkomitmen untuk mempromosikan Tarif nol antara Uni Eropa dan Amerika Serikat dalam rangka menghindari perang dagang.

Salah satu tawar menawar dalam negosiasi adalah meningkatkan jumlah impor kedelai AS.
Pengumuman juga mengatakan bahwa selain kedelai, bungkil kedelai yang diimpor dari AS juga meningkat secara signifikan.

Pada bulan Juli, jumlah bungkil kedelai yang diimpor oleh Uni Eropa dari Amerika Serikat adalah 185.000 ton. Jumlah itu naik 33,37 kali lipat dari bulan yang sama tahun lalu, atau meningkat dari 0,3 persen menjadi 13 persen.

Tiongkok jatuhkan ‘Bom Kedelai’ ke AS, ibarat ‘membawa batu yang menimpa kaki sendiri’.
Pemerintah Tiongkok menjatuhkan ‘Bom kedelai’ yang diharapkan akan merugikan para petani AS, untuk memberikan tekanan kepada Presiden Trump. Tarif impor kedelai itu sebagai sarana pembalasan atas pengenaan kenaikan tarif oleh AS terhadap komoditas impor dari Tiongkok.

Namun, dunia luar menilai bahwa pendekatan yang diambil Tiongkok adalah ‘membawa batu yang menimpa kaki sendiri’, dan justru menimbulkan masalah keuangan dalam negeri. Saat ini, sejumlah besar industri pengolahan kedelai Tiongkok membayar harga tinggi dari perang dagang.

Economic Times baru-baru ini memberitakan bahwa sejumlah besar industri pengolahan kedelai Tiongkok mengalami penurunan produksi paling besar selama bertahun-tahun. Setidaknya 20 buah industri tersebut telah menghentikan produksi atau hampir tidak mendapatkan bahan untuk diproduksi.

Sebaliknya, industri pengolahan kedelai yang berada di wilayah tengah barat AS justru mengalami peningkatan produksi dan laba, lantaran banjir bahan baku dengan harga murah.

Selain itu, karena tarif kedelai impor dari Amerika Serikat dinaikkan, harga bungkil kedelai yang menjadi pakan utama ternak juga terus membumbung di Tiongkok. Pemerintah khawatir hal tersebut akan berdampak akhir pada pasokan pakan ternak. Pihak berwenang Tiongkok pun terpaksa mempertimbangkan untuk mengubah formula pakan.

Sedangkan melalui kerjasama antara pemerintahan Trump dengan Uni Eropa, kedelai AS mampu keluar dari jalan buntu. Kerjasama itu mengurangi dampak dijatuhkannya ‘Bom Kedelai’ oleh pihak Tiongkok terhadap industri pertanian AS.

Ketika Tiongkok menerapkan tarif pembalasan lewat kedelai AS, para ahli telah berkomentar bahwa pembalasan tersebut tidak akan melukai Amerika Serikat. Justru yang terluka adalah pasar dalam negeri Tiongkok. Karena Tiongkok merupakan konsumen dan pengimpor kedelai terbesar di dunia.

Sementara produksi kedelai global memiliki jumlah terbatas. Sehingga Tiongkok hanya bisa membeli kedelai dari negara lain, dengan harga yang lebih tinggi jika tidak membeli kedelai AS. Bagaimana pun juga rakyat Tiongkok sendiri yang harus membayar kerugian yang diakibatkan oleh balas dendam pemerintah Tiongkok terhadap AS. (Hong Mei/ET/Sinatra/waa)

Simak juga, Pengakuan Dokter yang Dipaksa Panen Organ Hidup :

https://youtu.be/0x2fRjqhmTA