Gedung Putih Berlakukan Kembali Sanksi untuk Rezim Keras Kepala Iran

EpochTimesId – Amerika Serikat akan menerapkan kembali sanksi berat yang luas terhadap rezim Iran pada 7 Agustus 2018, waktu Amerika. Penerapan kembali sanksi berat itu adalah tindak lanjut sikap Presiden AS, Donald Trump yang menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran, tiga bulan lalu.

Sanksi akan berlaku karena protes meluas di Iran, dimana warga menyerukan perubahan rezim. Para pengunjuk rasa marah karena korupsi di tubuh rezim penguasa dan penggunaan kekayaan negara untuk mendanai kegiatan-kegiatan yang memfitnah di wilayah itu, dan bukan untuk membantu rakyat Iran.

Pejabat administrasi senior AS mengatakan kepada wartawan pada 6 Agustus 2918 bahwa Amerika Serikat mendukung rakyat Iran, tetapi tidak menyerukan perubahan rezim. Para pejabat AS menuduh penguasa Iran sebagai penyandang dana terorisme terbesar di dunia. Rezim Iran juga dituding mendukung para diktator, dan memainkan peran destabilisasi di Timur Tengah. Sanksi itu adalah bagian dari upaya untuk mengubah perilaku rezim.

Trump menangguhkan reimposisi dua set sanksi terhadap Iran, dalam 90 dan 180 hari sejak menarik diri dari kesepakatan nuklir pada bulan Mei lalu. Iran mulai menderita bahkan sebelum sanksi ekonomi itu mulai berlaku. Nilai mata uang negara itu runtuh, lebih dari 100 perusahaan internasional mengumumkan niat mereka untuk meninggalkan negara itu, dan pengangguran yang meningkat.

Demonstran Iran berkumpul dalam aksi demonstrasi di Teheran, Iran, pada 25 Juni 2018. (Atta Kenare/AFP/Getty Images/The Epoch Times)

‘Sanksi Agustus’ ini akan diikuti oleh serangkaian tindakan kedua pada bulan November. Kebijakan Amerika ini akan mempengaruhi sektor minyak dan energi Iran, lembaga keuangan, operasi pelabuhan, pengiriman dan pembuatan kapal, serta industri asuransi.

Pada 30 Juli, Trump menawarkan untuk bertemu dengan Presiden Iran, Hassan Rouhani tanpa prasyarat. Iran menanggapi tawaran itu dengan menuntut agar Amerika Serikat bergabung kembali dengan kesepakatan nuklir Iran, sebagai syarat untuk bertemu.

“Iran, dan ekonomi mereka, akan menjadi sangat buruk, dan segera!” Trump menulis di Twitter pada 4 Agustus 2018. “Saya akan bertemu, atau tidak bertemu, itu tidak masalah-terserah mereka!”

Seorang pejabat senior pemerintah AS mengatakan bahwa sanksi akan tetap berlaku sampai Iran menghentikan pengayaan uranium dan menghentikan kegiatan ‘kampanye memfitnahnya’ di Timur Tengah.

“Kami bermaksud untuk memotong akses rezim terhadap sumber daya yang mereka gunakan secara sistematis untuk membiayai teror, mendanai proliferasi senjata, dan mengancam perdamaian dan stabilitas di kawasan itu,” kata pejabat itu.

“Tindakan kami akan terus membatasi kemampuan Iran, yang seperti yang Anda tahu adalah sponsor teror negara terbesar, untuk mendapatkan pendanaan untuk terus membiayai berbagai perilaku buruknya.”

Tiongkok, Rusia, Jerman, Prancis, Inggris, dan Uni Eropa masih menjadi para pihak dalam kesepakatan nuklir Iran.

Sementara di ketika kampanye dan setelah menjabat, Trump telah mencermati kesepakatan Iran. Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA) itu, disebut sebagai sebuah bencana. Presiden menggandakan kritik dalam pernyataannya tentang sanksi pada 6 Agustus 2018.

“JCPOA, kesepakatan yang berat sebelah, gagal mencapai tujuan fundamental untuk memblokir semua jalan menuju bom nuklir Iran, dan melemparkan aliran uang tunai untuk kediktatoran pembunuh yang terus menyebarkan pertumpahan darah, kekerasan, dan kekacauan,” Kata Trump.

Latihan perang
Pengawal Revolusi Iran menegaskan pada 5 Agustus bahwa mereka telah mengadakan latihan perang di Teluk selama beberapa hari terakhir. Mereka mengatakan, latihan bertujuan untuk menghadapi potensi ancaman oleh musuh, kantor berita negara IRNA melaporkan.

Para pejabat AS mengatakan pada 2 Agustus bahwa Amerika Serikat percaya Iran telah mulai melakukan latihan angkatan laut di Teluk. Latihan yang lebih cepat dari jadwal waktu latihan tahunan di tengah ketegangan yang meningkat dengan Washington.

“Latihan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengendalikan dan menjaga keselamatan jalur air internasional dan dalam kerangka program latihan militer tahunan Garda,” kata juru bicara Garda, Ramezan Sharif, menurut IRNA.

Komando Sentral militer AS menegaskan pada 1 Agustus telah melihat peningkatan aktivitas angkatan laut Iran. Kegiatan diperluas ke Selat Hormuz, jalur air strategis untuk pengiriman minyak global yang Pengawal Revolusi telah mengancam akan menutup dan memblokir jalur itu.

Seorang pejabat AS, yang berbicara tanpa menyebut nama, mengatakan lebih dari 100 kapal terlibat dalam latihan itu, termasuk perahu-perahu kecil. Para pejabat AS mengatakan, latihan itu tampaknya dirancang untuk mengirim pesan ke Washington.

Iran tampaknya tidak tertarik untuk menarik perhatian pada latihan. Otoritas Iran tidak mengomentari sebelumnya dan beberapa pejabat menolak berkomentar.

Bulan lalu, Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei mendukung pendapat Rouhani bahwa Iran dapat memblokir ekspor minyak Teluk jika ekspor mereka sendiri dihentikan. (Reuters dan Ivan Pentchoukov/The EPoch Times/waa)

Simak juga, Pengakuan Dokter yang Dipaksa Panen Organ Hidup :

https://youtu.be/0x2fRjqhmTA