Gangster Rencanakan Penyelundupan Imigran Gelap dengan Jet Ski di Selat Inggris

EpochTimesId — Selat Inggris, lautan luas sejauh sembilan belas mil dari daratan, dengan kedalaman ratusan meter. Kanal itu dilalui 400 kapal sehari. Selat Inggris adalah kutukan para pedagang dan calon migran yang berkumpul di pantai timur Perancis, dengan pemandangan menuju Inggris.

Berbeda dengan para migran yang melintasi Laut Tengah secara massal untuk mencapai pantai-pantai Eropa, hanya sedikit yang mencoba perjalanan berbahaya melintasi jalur penyeberangan dengan perahu. Kebanyakan dari mereka, mencoba menyelinap ke truk yang menaiki banyak feri.

Tapi, sebuah gengster perdagangan orang mengambil langkah yang lebih ekstrim. Mereka tidak hanya menyelundupkan orang menyeberangi perairan melalui jalur pelayaran tersibuk di dunia melalui kapal tapi menggunakan cara super ekstrim. Mereka menyiapkan jet ski untuk imigran gelap menyeberangi lautan sejauh dan sedalam itu.

Rencana mereka terungkap dalam persidangan di Old Bailey London, baru-baru ini. Pengadilan menyatakan mereka bersalah pada 7 Agustus 2018 lalu, karena bersekongkol untuk melanggar undang-undang imigrasi.

Imigran ilegal diyakini membayar sekitar 5.500 (sekitar 90 juta rupiah) untuk perjalanan berbahaya itu. Perjalanan yang dikatakan sama berbahayanya dengan perlintasan Mediterania, dari Afrika ke Eropa, di mana ribuan orang telah tewas tenggelam dalam beberapa tahun terakhir.

Sebuah geng perdagangan orang asal Albania telah bekerja dengan sebuah kelompok dari Kent di Inggris. Semuanya dengan pengalaman berlayar minimal, bekerja untuk membawa orang-orang menyeberangi lautan dengan perahu kecil dalam kegelapan.

Secara total, enam pria telah divonis bersalah.

Pada sebuah kesempatan, gengster itu juga pernah membawa 18 orang menyeberangi kanal itu dengan perahu karet kecil. Perahu karet yang dipaksakan membawa enam orang.

Badan Kejahatan Nasional telah mengawasi awak itu dari Mei 2016. Mereka menanam alat pendengar di salah satu kapal karet mereka.

Diselamatkan Dari Jalur Penyeberangan
Gengster itu pernah mengalami serangkaian kecelakaan. Diantaranya termasuk serempetan dengan kapal penangkap ikan dan kapal kargo, dan memotong jalur pelayaran. Mereka juga pernah kehabisan bahan bakar dan harus diselamatkan dari tengah samudera.

Polisi melakukan penangkapan sebulan kemudian, ketika tiga anggota geng terlihat tengah membeli jet ski.

Kepala penyelidikan regional Badan Kejahatan Nasional Brendan Foreman mengatakan dalam sebuah pernyataan mengatakan, “Orang-orang ini terlibat dalam rencana yang sangat sembrono untuk membawa migran ke Inggris secara ilegal dan dengan cara yang sangat berbahaya.”

Foreman menambahkan, “Mereka siap mempertaruhkan nyawa demi keuntungan, memperlakukan orang sebagai komoditas untuk dikirim melintasi jalur pelayaran tersibuk di dunia menggunakan perahu kecil dan bahkan jet ski.”

Rose-Marie Franton dari Kejaksaan Agung mengatakan dalam sebuah pernyataan, “Ini adalah perusahaan yang profesional dan menguntungkan dan dilakukan dengan sedikit perhatian untuk risiko yang terlibat atau kehidupan yang bersangkutan.”

Mayoritas migran ilegal di Inggris adalah mereka yang memiliki visa jatuh tempo, gagal menerima suaka, atau telah mendapatkan visa secara ilegal.

Daya tarik Inggris sebagai tujuan akhir bagi imigran gelap menyebabkan berkembangnya sebuah kamp pengungsian 10.000 orang di pelabuhan Perancis, Calais. Kawasan yang dikenal sebagai The Jungle, di mana beberapa imigran gelap bahkan tinggal selama bertahun-tahun.

Kamp tersebut, yang dihancurkan pada tahun 2016, berfungsi sebagai pangkalan dalam upaya harian untuk menaiki, berbondong-bondong menaiki truk dan kendaraan lain yang sedang naik kapal feri.

Pengemudi truk menghadapi denda di tempat hingga hingga 2.000 Euro (sekitar 33 juta rupiah) untuk setiap imigran gelap yang ditemukan di dalam kendaraan mereka.

Hanya ada sedikit informasi tentang tingkat migrasi ilegal. Sebuah laporan oleh London School of Economics pada 2007 memperkirakan jumlah migran gelap adalah 533.000, sedikit di bawah 1 persen dari populasi.

Pada tanggal 15 Mei, di Pengadilan Kriminal Pusat, George Powell mengajukan pembelaan bersalah atas keterlibatannya dalam konspirasi. Anggota lain kelompok itu, Wayne Bath, Saba Dulaj, Artur Nutaj, Albert Letchford, Leonard Powell, dan Alfie Powell, mengaku tidak bersalah. Akan tetapi, mereka dinyatakan bersalah pada 7 Agustus 2018. (Simon Veazey/Epoch Times/waa)

Video Pilihan :